Jika Kebaikan Telah Hilang
وَإِذَا حُيِّيْتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّواْ بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيباً
Artinya, “dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah Memperhitungkan segala sesuatu.” Q. S. An-Nisa’/004: 86.
Penghormatan yang diberikan oleh seseorang pada ayat ini, para ulama tafsir menyatakan tentang pemberian salam. Jika ada yang memberikan ucapan salam kepadamu, maka balaslah ucapan salam itu dengan ucapan yang jauh lebih baik. Namun pada sisi yang lain kebaikan pada ayat ini tidak hanya bicara tentang salam, melainkan lebih dari makna salam itu sendiri, dan juga termasuk pada sikap dan tindakan yang dilakukan oleh manusia.
Salam sebagai kata penghormatan diucapkan dengan kalimat assalamualaikum. Ucapan salam sepadan alur dengan kata Islam. Kata ini merupakan ruh dari agama Islam itu sendiri.
Islam dimaknai dengan keselamatan, atau menyelamatkan, atau mengharapkan kebaikan kepada sesama manusia. Islam memiliki makna kata yang sangat luas, tidak hanya berkisar pada makna, mengenai ucapan salam saja, melainkan juga dipahami sebagai tindakan dan usaha seseorang untuk menebarkan kebaikan pada manusia.
Makna yang lain dari kata penghormatan adalah berbuat kebaikan. Kebaikan di sini, tidak berpaku paku pada ucapan saja, melainkan juga termasuk di dalamnya adalah sikap, cara melayani, memberi solusi, mengayomi, dan yang lainnya.
Ayat ini memerintahkan kepada manusia tentang bagaimana menyikapi tindakan kebaikan yang diberikan seseorang, "jika seseorang berbuat baik kepadamu, maka balaslah kebaikan itu jauh lebih baik, jika kamu tidak mampu membalasnya dengan kebaikan yang jauh lebih baik, minimal membalasnya dengan kebaikan yang setara.
Ayat ini ditutup dengan narasi hitungan Tuhan terhadap apa yang dilakukan oleh manusia, "Allah akan menghitung-hitung atas segala sesuatu".
Menyangkut dengan hitungan, bukan hannya Tuhan saja yang akan menghitung-hitung atas apa yang dilakukan oleh manusia. Tuhan akan menghitung amal perbuatan manusia, baik yang besar maupun yang kecil, baik amal kebaikan maupun amal keburukan.
Sebaliknya, manusia juga akan mengadopsi sifat hitungan ketuhanan tersebut. Manusia akan menghitung-hitung kebaikan, dan juga menghitung-hitung keburukan. Jika seseorang berbuat baik kepadanya, maka dia akan membalas juga dengan kebaikan pula. Begitu juga sebaliknya, jika seseorang berbuat buruk kepada, maka orang lain juga akan berbuat buruk.
Adapun soal perbuatan buruk akan dilakukan lebih buruk lagi balasannya terhadap apa yang telah diperlakukan atas dirinya. dan ini sudah menjadi hukum alam.
Berbuat baik dalam konteks yang lebih luas bisa jadi dalam persoalan sosial, termasuk di dalamny terkait dengan ekonomi. Memberikan modal usaha kepada seseorang, atau memberi pekerjaan lengkap dengan fasilitas kerja, kemudian memberi akses seluas-luasnya kepada orang lain untuk mengembangkan usahanya.
Tentunya kebaikan jenis seperti ini menyangkut dengan hajat hidup orang lain, dalam ranah bantuan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup seseorang kearah yang jauh lebih baik, menyangkut dengan sistem pengembangan ekonomi, atau membangun mata rantai penghasilan kepada sesama.
Kebaikan berjenis seperti ini, jika dikaji dalam konteks ayat di atas harus, pelakunya mesti membangun hubungan timbal balik, dengan balasan yang jauh lebih baik. Upaya ini tidak hanya mendatangkan keuntungan bagi pemilik modal saja, namun harus jauh lebih dari itu, yakni pelaku usahanya juga mendapatkan kebaikan.
Dengan berusaha sekuat tenaga dan upaya dengan cara bagaimanapun, agar usaha dan modal yang diberikan tersebut mendatangkan keuntungan bersama, bukan malah merugi, bahkan menipu si empunya modal dan dan si empunya usaha. Jika upaya yang dilakukan tidak menghadirkan keuntungan bersama, maka jangan heran hubungan dan komunikasi antara keduanya akan tidak harmonis, bahkan akan muncul ketidak saling percayaan. Jika sudah tidak percay, maka hubungan yang sebelumnya baik, akan buyar dan berakhir dengan permusuhan.
Jika tidak mampu mengusahakan, untung minimal mempertahankan usahanya atau dalam bahasa ayat tersebut, membalas dengan balasan yang setara.
Artinya, jika tidak saling mendapatkan laba, minimal tidak rugi atau bangkrut sepihak. Dalam bahasa kebaikan jika tidak mampu membalas jauh lebih, balaslah dengan yang setimpal atau dengan tindakan yang lain, jika yang setimpalpun tidak mampu diberikan, maka jangan engkau sakiti hatinya, dengan cara menipu dan menjual aset orang yang sudah berbuat baik kepadamu tanpa sepengetahuannya.
Kebaikan dalam bentuk lain adalah kebaikan dalam hal bersikap. Jika seseorang memperlakukan kamu dengan baik, maka balaslah perlakuan sikap tersebut dengan sikap yang jauh lebih baik pula, atau jika kamu tidak mampu membalasnya dengan sikap yang jauh lebih baik, maka balaslah dengan sikap yang setara atas kebaikan yang sudah diberikan orang lain kepadamu. Dan janganlah bersikap masa bodoh, sudah tidak mampu membalas kebaikan yang jauh lebih baik, membalas dengan kebaikan setarapun tidak, malah engkau membalasnya dengan perbuatan dan sikap yang jauh lebih buruk kepada seseorang yang telah berbuat baik kepadamu.
Membalas dengan menyakiti hatinya, memaki dirinya, menghina fisiknya, merendahkan martabat kemanusiaannya, mencemo'ohkan apa yang dia miliki, menganggap remeh kemampuannya, baik kemampuan intelektual, ekonomi, dan kadar keimanannya.
Perbuatan yang celaka dan tidak disukai oleh seseorang adalah, sudah berbuat baikpun tidak malah merasa sudah berbuat segalanya kepada orang lain, lalu kemudian memaksa orang lain untuk membalas kebaikan yang jauh lebih baik kepadamu.
Prilaku seperti ini hannya dimiliki oleh orang yang sombong jiwanya, angkuh sikapnya, egois cara berfikirnya. Kebaikan yang sudah diberikan saja tidak harus diminta untuk dibalas kembali, apa toh lagi tidak pernah berbuat baik sama sekali, malah memaksa orang lain untuk membalasnya kepadamu, dengan balasan yang jauh lebih baik, lalu engkau akan memaki, menghina, mencemo'ohkan, dan merendahkannya, jika orang tersebut tidak mau mengikuti keinginan hatimu.
Balaslah kebaikan yang telah diberikan orang lain dalam bentuk apapun dengan balasan yang jauh lebih baik, seperti balasan cucunya Nabi Muhammad saw., Sayyidina Hasan, dikala ada seseorang memberikannya bunga setangkai, lalu beliau membalasnya dengan membebaskan seseorang dari seorang budak menjadi hamba yang merdeka.
Seandainya saja engkau tidak mampu membalas dengan cara yang jauh lebih baik, maka balaslah dengan balasan yang setimpal. Dan jangan pula membalas perbuatan yang jauh lebih baik tidak mampu, dan dengan balasan yang setimpal juga tidak sanggup, malah engkau memusuhinya dan mencaci maki kepribadiannya.
Setiap orang akan menilai sekecil apapun tindakan yang kita lakukan atas orang lain. Seburuk-buruknya laki-laki dia akan menilai dengan detail terhadap pilihan hidupnya. Secantik apapun seorang wanita dia akan tidak berguna lagi jika ucapannya tidak mampu menghadirkan kelembutan, kebaikan, semangat juang, rasa kasih yang hadir dari sifat sabar yang melekat dalam dirinya.
Di sini jelas terlihat, betapa kebaikan itu harus diupayakan dan diperjuangkan, ia tidak akan hadir dengan sendirinya tanpa ada dorongan dari niat yang baik.
Semua manusia, baik laki-laki maupun perempuan akan mengaharapkan kebaikan yang jauh lebih baik atas apa yang sudah diberikannya, minimal dengan kebaikan yang setara. Dan tidak akan mau menerima kerugian atas semua yang telah diberikannya, baik waktu, tenaga, pikiran, bahkan berupa pemberian dalam bentuk materi dan yang lainnya.
Mari berfikir untuk melakukan kebaikan kepada orang lain, agar supaya kita mendapatkan balasan yang jauh lebih baik dari sesama manusia. Mari kita hindari berbuat buruk kepada partner kita atau kepada orang yang telah berbuat baik pada kita. Sebab keburukan akan melahirkan sifat komunikasi yang tidak baik atas sesama.
Apapun masalah yang menimpa anak Adam semestinya kita pahami dan kita selesaikan dengan cara yang baik, dan bermanfa'at untuk kita semua.
Bukan malah menyelesaikannya dengan cacian, makian, penghinaan, menghukumi, intervensi, menekan, menganggap diri yang paling baik dan berjasa atas orang lain, lalu dengan tegap dan tegas berkata siapa kamu berani melawan keinginan dan perintahku.
Semua tindakan kita akan dihitung oleh orang lain, sebagaimana Tuhan menghitung atas segala sesuatu yang dikerjakan oleh manusia dimuka bumi ini.
Berbuat baiklah, berfikir baiklah, berbicara baiklah, bersikap baiklah, berdiskusi dengan baiklah, berbagi dengan baiklah, bercengkrama dengan baiklah, berprilaku dengan baiklah, berharaplah dengan cara yang baik, melayanilah dengan cara yang baik, dan sampaikan hasrat hatimu dengan baik kepada sesama, agar supaya kamu, saya, dan kita menjadi pribadi yang mampu menghadirkan energi positif kepada sesama. Dengan energi tersebut tersebarlah segala kebaikan di atas permukaan bumi, dan mendatangkan keuntungan bersama.
Amfat Es Dot Fil, 26 Oktober 2019........
Komentar
Posting Komentar