Guru dan Amanah Negara yang Terabaikan
Buat apa hari
guru itu diperingati, sementara gajinya tidak seberapa dibandingkan dengan mal
praktek para pemuka agama. Penceramah agama melakukan mal praktek dalil diatas
mimbar mesjid dengan bayaran mahal. Tidak ada kurikulum bagi ustadh yang
mengajar umat di Mesjid, tanpa diikat dengan kurikulum. Mereka bicara seenaknya
saja, tidak peduli terhadap dampak yang muncul kepada umat akan materi yang
disampaikan.
Berbeda dengan
guru yang mengajar disekolah, perguruan tinggi, dan di lembag-lembaga
pemerintah lainnya. Mereka terikat dengan berbagai macam aturan yang ditetapkan
oleh pemerintah. Seharusnya dengan ikatan kurikulum, guru menjadi objek
pendidikan yang harus diperhatikan dengan serius oleh pemerintah. Mengingat
tanggung jawabnya terhadap masa depan anak bangsa lebih besar. Mencerdaskan
pribadi-pribadi anak negeri dengan patokan kurikulum mengharuskan guru bekerja
lebih ekstra.
Guru tidak
mungkin melakukan mal praktek dilembaga pendidukan. Baik pendidikan agama
maupun pendidikan umum, sebab sistem kerjanya terikat dengan berbagai macam
aturan. Tentunya aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah hasil dari musyawarah
bersama dan produk demokrasi. Dengan produk demokrasi tersebut, pemerintah
bertanggung jawab atas orang-orang yang berdiri di front terdepan. Di sini guru
sebagai eksekutornya dilapangan.
Guru tanpa
kompensasi demokrasi akan melahirkan generasi yang tidak menghargai eksistensi
Ilmu Pengetahuan. Kenyataan ini, menjadi PR bagi kita semua. Terutama pemangku
kebijakan yang menyangkut dengan pendidikan.
Guru dan mal praktek ayat-ayat keagamaan.
Guru dan mal praktek ayat-ayat keagamaan.
Selamat hari
berkabung buat guru......
Komentar
Posting Komentar