Laut China Selatan dan Natuna
Bertemu dengan seorang teman yang kebetulan beliau adalah tenaga pengajar (dosen) di salah satu perguruan
tinggi. Sebagai dosen yang
terlibat langsung sebagai pengelola akademik di Fakultas. Persoalan pertama yang beliau utarakan menyangkut dengan
potensi akademik yang harus selalu ditingkatkan. Tentunya, Mengingat
kemampuan baca mahasiswa semakin meningkat yang ditunjang oleh arus informasi
yang begitu cepat. Jika seorang tenaga dosen diperguruan tinggi kalah cepat dalam membaca arus informasi baru, maka kondisi seperti ini
akan memperlambat kemampuan skil tenaga pengajar. Bukan hannya memperlambat, bahkan tinggal sekalipun. Perkembangan tehnologi informatika yang begitu
sangat terbuka hari ini. Menjadikan keterbukaan pengetahuan seamkin terbuka dan
sangat dekat dengan manusia. Bayangkan ada jutaan bacaan bisa diakses langsung
lewat putaka digital yang dipegang masing-masnig individu.
Keluhan tenaga pengajar
di perguruan tinggi yang disibukkan dengan pengelolaan administrasi kampus. Berfungsi
ganda tugas dosen sebagai tenaga pengajar, yang merangkap juga sebagai petugas
administrasi diperguruan tinggi, tentunya menyita banyak waktu. Apalagi menyangkut dengan pengembangan akademik. Seorang
dosen dibebankan berbagai syarat. Syarat-syarat administratif sebagai
masyarakat akademis. Mengejar dan mempersiapkan diri mengikuti prosedural
jenjang kepangkatan ini dan itu, dapat mengenyampingkan pengembangan potensi
bagi tenaga pengajar diperguruan tinggi. Orientasi mengajar berubah dengan
meraih jenjang kepangkatan. Akhirnya tridarma perguruan tinggi terabaikan.
Kesibukan ini menjadikan tenaga pengajar
terhalang untuk mengembangkan potensi akdemiknya. Jangankan untuk
menulis karya-karya ilmiah
untuk membacapun waktunya sudah berkurang. Dan secara
berlebihan boleh dikatakan hampir tidak sempat membaca lagi. Nah disaat kondisi seperti
ini tenaga pengajar dibebani dengan berbagai macam syarat. Maka, berpengaruh pada pengembangan
potensi tenaga pengajar itu sendiri.
Akibat dari fenomena tersebut,
menimpa dan dirasakan oleh seorang teman, yang kebetulan beliau adalah dosen di
salah satu perguruan tinggi di tanah air. Ketika penguasaan informasi baru
telat diketahui, disa'at beliau mengajar dikelas kepada mahasiswanya, tentang
penyebutan laut china selatan. Lalu kemudian seorang mahasiswa
meluruskan beliau "pak..... Laut China Selatan hari ini sudah diganti
nama dengan sebutan Laut Natuna".
Mendengar interupsi
mahasiswanya, dia tersentak dan menyadari jika kemampuan dan kecepatan
membacanya telah dihabiskan oleh sebab berfikir tentang syarat ini dan itu. Tentunya,
syarat yang menyangkut dengan potensi akademiknya. Ditambah lagi dengan
pekerjaan administrasi kampus yang harus diselesaikan dalam hitungan hari
secara rutin. Mendengar mahasiswa meluruskan tentang Laut China Selatan
menjadi Laut Natuna, kamipun bersama masyarakat penikmat kopi pagi
disudut kota ketawa dan saling ngecas tangan, dan berdiri dengan gaya kocak. Ingin mengekpresikan kelucuan.
Lucu sekali. Sebab negeri ini, rupanya dengan sistem masyarakat pendidikan membuat tenaga
pengajar makin lambat untuk cerdas. Dan
update dengan perkembangan fenomena zaman, karena sudah dibebankan dengan
berbagai macam syarat ini dan itu. Bagi yang merasa kejadian yang sama mari kita tertawaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.......
Komentar
Posting Komentar