BERPOLIGAMI ATAU MENIKAM DENGAN SIRRI
Berawal dari sebuah pertanyaan. Apakah menikah itu?
Menikah adalah ikatan yang
dilakukan kedua anak adam laki-laki dengan wanita dalam bentuk akad. Di mana ketika akad
diucapkan ketika itu juga akad
tersebut langsung menjadi milik Tuhan.
Oleh karena sudah menjadi milik Tuhan, pada perjalanan pernikahan
tersebut keduanya harus memenuhi
perintah Tuhan. Dan keduanya punya hak untuk memiliki akad tersebut, sera juga memiliki hak memprotes jika salah satunya berbuat dhalim.
Keduanya memiliki hak untuk saling mengingatkan, hak
untuk menegur, bahkan keduanya mempunyai hak menggugat ke
pengadilan jika salah satu dari keduanya tidak dapat mengahadirkan memenuhi
lagi hak-hak atas akad yang telah diucapkan.
Kebahagiaan berawal dari kata yang diucapkan,
jika kata-kata itu baik untuk didengar, maka akan terus ada kerinduan, jika
kata-kata itu buruk ketika dituturkan, maka akan muncul kebencian.
Kata dan kerinduan merupakan resonansi yang terbangun atas getaran
yang hadir dari frekuensi interval antara rasa, ucapan, dan kerinduan.
Namun jika yang tersajikan adalah ucapan yang buruk secara
berulang-ulang, maka rasa dan kerinduan itu akan hilang.
Peristiwa terburuk yang dirasakan oleh manusia adalah
hilangnya rasa cinta dan kasih sayang. "Lhok lingkong kuala ligan, lhok
nagan kuala pasi, gadoh lhok diteka padang, gadoh sayang diteka benci".
Mahabbah pada
diri anak Adam selalu melewati masa pasang dan surut. Rasa saling memahami
itulah puncak kesetiaan. Sang pencinta tidak pernah lelah memahami kekasihnya.
Apapun yang berlaku
tekadnya pasti bulat sampai keinginan hati terpenuhi tanpa tersisa rasa sakit.
Mencintai tanpa masalah bukan sebuah hakikat.
Namun
bermasalah dalam mencintai merupakan jalan yang sedang disediakan Tuhan untuk
membuat wadah bagi Anak Adam supaya manusia tahu jika cinta adalah gelisah yang
membawa bahagia, tangis, dan tawa.
Tersenyumlah
wahai kalian yang sedang bermasalah dengan mahabbahnya.
Ketahuilah
serumit apapun masalahnya Tuhan sedang membuka jalan untuk kalian supaya saling
memahami dan dalam pemahaman tersebut melahirkan substansi ta'aruf, sehingga
sekecil apapun kekurangan yang terdapat dalam diri masing-masing kalian akan
diketahui dan dipahami sebagai masalah yang harus diselesaikan secara
bersama-sama.
Peliharalah cinta yang sudah ada, dan
jagalah dia yang sudah setia. Masalah
yang sedang dihadapi adalah cara Tuhan menanamkan rasa merindu dalam diri yang
sedang bermasalah dengan cintanya.
Hindari sifat prosesif dan dominankan
sifat romantis. Prosesif dalam cinta hanya
melahirkan kelelahan, sementara romantisme melahirkan rasa keindahan.
Menikah itu nasib, sementara mencintai itu takdir. Kamu boleh
menikah dengan siapapun, namun tidak akan bisa mencintai siapa saja begitu kata
Sujiwo Tejo.
Cinta itu bukan karena kamu tahu dia anak
siapa, keturunan raja yang mana, berasal dari mana, alumni pendidikan ternama,
pekerjaannya apa, kenapa kamu mencintainya, bukan karena dia sudah meminang
lalu engkau mencintainya, bukan pula sebab engkau mencintai sebab engkau telah
menikahinya dan berbagai macam respon cinta lainnya.
Akan tetapi yang dipahami oleh para pecinta adalah ketika kamu tidak tahu bagaimana untuk menjelaskan mengapa kamu mencintainya.
Memilih yang terbaik merupakan hal yang lumrah disa'at memilih pasangan untuk dinikahkan. Dikala menentukan sebuah pilihan sering mucul rasa ketidak yakinan terhadap pilihan tersebut.
Ketika hati tidak tahu bagaimana caranya memilih yang terbaik, maka istiqarah menjadi jalan keluar, disaat istiqarah tidak menunjukkan pilihan yang tepat, maka gunakan dan perhatikan dengan sebaik-baiknya bisikan hati yang menuntun untuk menjawabnya.
Akan tetapi perlu diingat kata hati itu sangat rentan termanipulasi. Ketika kata hati terjebak dengan manipulasi maka jalan keluarnya adalah perhatikan baik-baik objek-objek yang akan menjadi pilihanmu, pastikan jika dia adalah orang yang benar-benar baik untuk dinikahkan atau objek yang benar-benar baik untuk menerimanya.
Menikah adalah memulai ikatan dengan sebuah akad. Akad dalam pernikahan termasuk dalam rukun. Ketika akad pernikahan sudah diucapkan, maka ucapan tersebut sudah menjadi milik Tuhan.
Artinya, sebuah ucapan yang kita ucapkan dan dipersaksikan oleh para saksi, (saksi di sini wali dari laki-laki dan perempuan) adalah sebuah ikrar atau janji yang mana janji tersebut langsung menjadi milik Tuhan.
Oleh
karena akad
nikah sudah menjadi
milik Tuhan maka berdosalah orang-orang yang mengingkarinya. Dengan demikian menikah sirri model yang dianut oleh masyarakat hari ini
seharusnya di fatwa haram oleh ulama.
Sebab tidak adalagi kepemilikan Tuhan disitu. Yang ada hanya kepemilikan laki-laki atas wanita yang sudah dinikahkan secara diam-diam. jika sudah seperti ini bukan pernikahan lagi namanya tapi perbudakan. Budak yang digaji dengan konsensasi yang sudah disepakati.
Wahai para wanita menghindarlah dari pernikahan sirri yang dilakukan secara diam-diam. tulisan ini bukanlah anti poligami, melainkan anti menikah siri secara diam-diam, sebab merugikan wanita itu sendiri.
Setiap aktifitas anak adam selalu dituntut pada awalnya membaca basmalah. Di dalam basmalah terdapat narasi ketuhanan. Ada dua sifat keutuhanan yang disandingkankan dalam narasi basmallah.
Kedua sifat ketuhanan tersebut bukan hanya sekedar dimaknai dengan makna leterlek saja, akan tetapi perlu ditelusuri dengan pengertian makna filosofis.
Filosofi yang dibangun atas dasar dua narasi ketuhanan ini tentunya membangun sebuah tatanan rasa yang dalam dan mesti mempengaruhi pola pikir anak Adam ketika mengucapkannya di saat memulai setiap tindakan, termasuk di dalamnya adalah di sa‘at akan mengucapkan akad pernikahan dilakukan.
Pada penciptaan makhluk tentunya Allah Swt. Melengkapi penciptaan tersebut dengan berbagai macam ragam, ada ragam kelebihan dan ragam kekurangannya. Setiap makhluk mempunyai peran masing-masing.
Hewan dengan level kemulian yang melekat padanya, tumbuh-tumbuhan dengan level kemuliaan yang melekat kemulian padanya, dan manusia juga mempunyai level kemulian yang melekat padanya sebagai khalifah di muka bumi.
Adam adalah penciptaan manusia pertama dan sekaligus menjadi simbol penciptaan manusia yang paling sempurna serta mempunyai kedudukan yang tinggi sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan dimuka bumi. Namun pada kenyataannya manusia juga dapat menjadi makhluk ciptaan yang paling hina di saat konsep pembebasan menuju teomorphisme tidak menjadi tujuan dari misinya.
Teomorphis adalah makhluk ideal yang diharapkan oleh sang pencipta sebagai pribadi yang jujur, amanah, berprsangka baik, mempunyai visi kenabian, dapat dipercaya, membawa berkah bagi setiap hamba, dan berbagai macam sifat baik lainnya.
Setelah Allah swt. menciptakan Adam, penciptaan kedua adalah menghadirkan Siti Hawa. Jika Adam merupakan simbol kelelakian maka Hawa merupakan simbol kewanitaan.
Wanita atau perempuan di sebagian besar masyarakat kita menyebutnya adalah salah satu makhluk yang dalam penciptaan organ tubuhnya langsung dinamai dengan narasi sifat ketuhanan.
Rahim adalah organ tubuh yang terdapat dalam rongga perut perempuan. Sifat Ketuhanan ini tertancap dalam tubuh perempuan yang dalam bahasa kedokterannya disebut dengan uterus.
Uterus adalah organ reproduksi betina yang utama pada kebanyakan mamalia, termasuk manusia.
Rahim juga meliputi unsur terdiri dari otot. Lapisan permanen jaringan tersebut yang paling dalam disebut endometrium. Di dalam rahimlah bertemunya sperma dengan induk telur, saling berjuang disana, dan anak Adampun berkembang sedemikian rupa.
Rahim juga satu-satunya tempat yang paling nyaman yang pernah ada di dunia ini. Sangking nyaman tidak ada satu bisingankan yang akan menggangu aktifitas bayi didalamnya.
Rahim juga sebagai simbol kasih sayang anak Adam yang melekat dalam diri Hawa sebagai simbolisasi perempuan.
Sebagai makhluk yang di dalamnya terdapat organ yang dinamakan dengan narasi sifat ketuhanan, tentunya sifat kelembutan lebih dominan padanya.
Sifat kelembutan ini bermetamorposis dalam bentuk cinta kasih antara laki-laki dan perempuan. Dengan ini wajar saja timbul ungkapan bagi kalangan para pencinta "jika cinta sudah melekat taik kucingpun rasa coklat".
Oleh karena Rahim itu menginginkan sifat kasih sayang dari seorang lelaki, tentunya satu peristiwa yang diinginkan oleh wanita adalah hadirnya seorang pencinta laki-laki yang mempunyai sifat Rahman dalam bentuk narasi sifat ketuhanan kedua dalam dirinya.
Di dalam narasi basmalah terdapat posisi kata Rahman mendahului kata Rahim, posisi ini bermakna bahwa para laki-laki harus memulai mendatangkan rasa kasihnya kepada Rahim.
Rahman juga merupakan narasi pilihan untuk disandingkan dengan kata Rahim. Dua kata ini melekat dalam narasi basmallah.
Laki-laki adalah Rahman bagi Rahim. Disinilah Rahim akan merasa nyaman dan tentram ketika Rahman mengsi Rahim dengan cara yang penuh nilai-nilai kasih sayang.
Ketika Rahman dan Rahim menyatu dalam sebuah “adegan percintaan” disaat itulah perasaan wanita menembus awan hingga menuju syurga dan lupa jika dia berpijak di atas bumi.
Ketika keadaan berbanding terbalik, di mana laki-laki tidak mampu berperan seperti Rahman sebagai simbolisasi lelaki yang selalu berjuang menampilkan rasa kasih sayang kepada Rahim sebagai simbolisasi sifat kewanitaan, pada kondisi seperti ini maka akan muncul keadaan yang tidak mendatangkan kenyamanan bagi seorang wanita dalam hidup bersama.
Jika
ini yang diraskan maka fungsi akad nikah menjadi buyar disana, fungsi akad
nikah hanya dipahami dalam konteks fiqh saja tanpa dibarengi dengan gejala
sosiologis.
Ar-Rahman dan Ar-Rahim adalah narasi sifat ketuhanan sebagai simbol kasih sayang yang harus diperjuangkan dan dijaga kesimbangannya.
Godakanlah wanita dengan sifat kasih, sebab dalam perutnya ada organ yang disebut Rahim sebagai wujud sifat ketuhanan.
Wahai Rahim sebagai simbolisasi wanita, menetaplah disana bersama Rahman sebagai simbolisasi lelaki yang selalu memelukmu dengan rasa pengasih dan penyayang di dalamnya.
Jangan tergoda dengan kang ucep. Sebab kang ucep bukanlah Rahman bagimu sebagai narasi sifat ketuhanan. “Doraman tikoh, Dorahim tupe, Doraman jak u lampoh, Dorahim jak ukude....(tidak satu tujuan).
Dr. Zakir Naik berkata "lebih baik mencintai orang yang sudah engkau nikahi daripada menikahi orang yang sedang engkau cintai".
Pernyataan ini tentunya bagaimana memilih yang terbaik dan menjaganya sebagai bentuk rasa mencintai terhadap pasangan yang sudah menjadi milikknya. Akhirnya penulis hanya bisa berpesan "pelara cinta yang kana, jaga yang ka setia".
Jakara, 11 November 2019.
Komentar
Posting Komentar