Nabi dan Nilai Ketuhanan dalam Pendidikan Sosial



Tauhid ilahiyah membentuk karakter tauhid sosial. Sejarah mencatat, ketika Nabi Muhammad saw. mulai mengajarkan tentang sisi-sisi kehidupan sosial kepada sahabatnya.  Betapa serius Islam memahami tentang kehidupan dalam ranah masyarakat. Sehingga, dalam Ajaran Islam, sebelum membangun ranah sosial, terlebih dahulu ditanamkan nilai tauhid dalam diri manusia. Hal ini, diperkuatkan di dalam Alqur'an, bahwa sanya dengan tauhidlah salah satu persamaan derajat manusia bakal terwujud. Islam memandang kedudukan manusia sama dalam pandangan Tuhan. Kecuali yang membuat beda adalah nilai takwanya. Penjelasan ini, sebagaimana Allah swt. berfirman dalam Alqur‘an surat Al-Hujarat ayat ke 13, sebagai berikut:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Tauhid adalah dakwah pertama yang dilakukan nabi diawal periode kenabian. Dakwah yang dilakukan secara diam-diam ini, lama-kelamaan menjadi terbuka setelah masyarakat Qurays mulai menerima ajaran Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. Dakwah yang dimulai dari lingkup keluarga, kemudian menyebar kepada sahabat-sahabatnya. Ada sahabat yang langsung menerima risalah kenabian dengan tanpa mempertanyakan lebih banyak, langsung tertancap keimanan dalam dirinya.
Setelah Nabi Muhammad saw. berhasil menanamkan nilai tauhid pada masyarakat Qurays sa‘at itu. Sebagian besar masyarakat Jahiliyah berbondong-bondong masuk Islam. Ketika tauhid ilahiyah sudah melekat dalam diri masyarakat sa‘at itu, maka dakwah berikuynya adalah menanamkan tauhid sosial pada masyarakat yang sudah mantap tertanam tauhid ilahiyyah dalam diri mereka. Memahami tauhid ilahiyah tentunya, membebaskan manusia dari belenggu kemusyrikan. Masyarakat yang dulunya menyembah berhala, akhirnya memahami jika Tuhan adalah zat yang tidak memiliki batas  standar makhluk. 
Awal mula pengelolaan masyarakat sosial dengan peristiwa hijrah nabi. Hijrah ke madinah dengan mendirikan sebuah negara, yang mana atas negara tersebutlah perjanjian sebuah akad sosial dimulai. Semua elemen masyarakat tanpa terkecuali dengan latar belakang agama yang dianut oleh mereka, tanpa mempesoalkan suku dari kabilah mana mereka berasal, tanpa mempertentangkan perbedaan strata, dan meleburkan sifat tradisi ashobiyah masyarakat Qurays sa‘at itu. Sakralitas ashobiyah yang mereka anut, sering menjadi pemicu konflik antar suku.
Sebelum peradaban Arab maju dengan berdirinya Negara Madinah atas kesepakatan bersama dengan sebuah perjanjian. Yang dinamakan dengan Piagam Madinah. Di mana, pelopornya adalah  nabi sendiri. Sebelum Negara Madinah dibentuk, terlebih dahulu sudah berdiri tegak dua kerajaan besar. Pertama, kerajaan Romawi dan yang kedua, kerajaan Persia.
Untuk membentuk karakter masyarakat Arab yang berperadaban, nabi tidak pernah berfikir untuk mengirim para sahabat beliau belajar kepada dua kerajaan yang sudah duluan maju, serta kuat dengan pertahanan dan ekonominya. Nabi Muhammad saw. lebih memilih mendidik sahabat, dengan metode yang diajarkan Tuhan dan beliau sendiri yang menjadi guru besarnya, dengan konsep wahyu sebagai panduannya. Nabi Muhammad saw. adalah sosok yang kepribadiannya tidak hannya dibimbing oleh wahyu, melainkan ruh ketuhanan melekat dalam dirinya. Maka, dengan bimbingan wahyu tersebut, nabi tidak hadir sebagai guru dakwah saja, melainkan juga hadir sebagai guru ideologi, dengan tauladan yang menjadi patokan dasarnya.
Nabi Muhammad saw. sebagai pribadi yang dalam dirinya melekat ruh ketuhanan. Tanpa belajar diperguruan tinggipun, dalam dirinya terpatri ragam pengetahuan dan nilai-nilai kebaikan. Nabi Muhammad saw. adalah sosok yang unik, kepribadiannya menarik. Semakin seseorang mengenal beliau, maka semakin terbentuk rasa kagum, dari rasa kagum ini terbentuk jiwa loyalitas yang tinggi dan patriotis yang sangat kuat. Sehingga para sahabat akan berkorban apa saja demi sahabat besarnya. Jangankan mengorbankan harta, benda, pikiran, waktu, dan bahkan nyawapun dipertaruhkan untuknya.
Berbeda dengan kita sa'at ini, semakin seseorang mengenal kita semakin muncul kebenciannya. Sebab keluar sifat buruk yang ada pada diri kita masing-masing. Buruk rupa buruk pula perangainya. Semakin kita dikenal oleh orang terdekat, maka yang muncul adalah sifat keburukan. Seolah-olah keburukkan itu dengan mudah kita lihat dan kita perlihatkkan kepada sesama. Seperti mudahnya melihat data hasil download dengan kapasitas jutaan kbps kecepatan data.
Nabi Muhammad saw. mendidik sahabatnya dengan nilai yang diajarkan oleh wahyu melalui media Alquran. Alquran menjadi sumber inspirasi bagi nabi dalam membentuk karakter generasi yang kuat tangguh dan bervisi kemajuan. Hasilnya mereka menjadi sahabat yang ta'at dalam beribadah mahdhah, dan kuat dalam bermuamalah. Jujur dalam berkata dan lurus dalam berniaga.
Setelah beberapa tahun nabi mengajarkan sahabatnya. Nabipun wafat dengan meninggalkan generasi Alquran yang sudah kuat dalam jiwa mereka. Apa yang terjadi, pada khalifah berikutnya yang memimpin Negara Madinah, mereka  berhasil menggulingkan dua kerajaan besar Romawi dan Persia. Padahal sa'at itu belum ada universitas termasyur di dunia, belum ada sekolah militer yang paling jitu dalam mendidik kemiliteran dan strategi tempur.
Namun semua berbanding terbalik hari ini, generasi Nabi Muhammad saw. kehilangan identitas peradabannya. Sehingga harus mengekori barat yang dulunya adalah sebuah kerajaan yang diruntuhkan oleh pasukan nabi. Pasukan yang didik oleh beliau sendiri. Masyarakat Muslim hari ini, mngekori seperti tidak tahu lagi harus berpegang ke mana. Seperti mengekornya seorang buta yang kehilangan tongkatnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meraih Gelar Doktor; Muchlinarwati Disabilitas yang Menginspirasi

Melihat Masalah dengan Masalah

SURAT TERBUKA: KEPADA YANG TERHORMAT BAPAK BUPATI ACEH BARAT DAYA