Meminta-Minta Jalan yang Dilarang



اتَّبِعُوا مَنْ لَا يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا وَهُمْ مُهْتَدُونَ

Artinya, “Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Surah yasin ayat 21, Allah swt., menegaskan tentang sesuatu hal yang menyangkut dengan balasan diluar hak-hak yang seharusnya tidak boleh dituntut kepada pihak yang lain. Apalagi persoalan yang menyangkut antara hak dan kewajiban yang harus ditunaikan.
Meminta-minta adalah perbuatan yang dilarang oleh Nabi Muhammad saw., sebab meminta-minta tersebut adalah perbuatan yang tidak melahirkan kemandirian. Berbeda dengan meminta utang. Utang dilakukan pada saat butuh akan sesuatu, akan tetapi kemampuan untuk menunaikannya terkendala, sebab kekurangan bahan untuk melakukannya, seperti uang misalnya,  maka dengan itu dibolehkan meminta utang kepada yang lain, dan yang memberikan utang sudah melakukan kemualiaan sebab telah membantu seseorang menunaikan suatu keinginan yang sudah diprogramnya. Membantu seseorang untuk melakukan hal-hal yang sudah diprogramnya ini perbuatan sangat mulia dan dianjurkan dalam agama.
Meminta pada ayat ini adalah meminta pada porsi yang lain dan sifatnya mencederai pihak-pihak lain. Meminta yang harus kita pahami disini adalah meminta imbalan yang imbalan tersebut tidak berhak untuk kita bebankan kepada orang lain secara berlebihan dan diluar ranah hak dan kewajiban. Diantaranya ada beberapa permintaan dibawah ini:
Pertama, Meminta fee proyek (ini diluar hak dan kewajiban). Kedua, Meminta ingin dipanggil dengan nama yang mulia atau ingin mencitrakan diri untuk digolongkan menjadi kelompok kelompok terhormat. Ketiga, Meminta disanjung sanjung. Ketiga, Meminta di imaejkan menjadi orang baik. Keempat, Meminta dipanggil ulama. Kelima, Meminta pengakuan kebenaran. Keenam, Meminta ingin di benarkan setiap perkataannnya. Ketujuh, Meminta ingin diluluskan ditempat-tempat tertentu dengan konsekuensi tertentu. Dan, kedelapan, meminta pada porsi-porsi yang lain.
Sudah menjadi kebiasaan orang yang suka meminta-minta itu ingin melebihkan hitungan untuk dirinya,  sementara untuk orang lain dikurangi jumlahnya. prilaku seperti ini diancam oleh Tuhan tercantum dalam dalam surat Al-Muthaffi fiiin mulai dari ayat pertama,  yang pesannya lebih kurang celakalah orang-orang yang menghitung-hitung itu. ketika dia menghitung untuk dirinya dia melebih-lebihkan dan ketika dia menghitung untuk orang lain dia menguranginya.
Hal ikhwal yang merusak dinegeri ini adalah ketika para pemimpim tidak memahami makna surah yasin ayat 21. dengan kebodohan itu diciptakanlah pos-pos tempat meminta disetiap level transaksi setiap tahunnya,  apakah lewat dinas, lewat utusannya,  lewat timnya,  lewat programnya, jika program itu menguntungkan dirinya program tersebut bakal dilanjut, jika tidak menguntungkan dirinya program itu bakal dibatalkan sebab tidak ada pos meminta untuk dirinya disitu, meminta dengan menentukan Fee Disetiap Proyek, meminta lewat tanda tangannya, dan meminta lewat pos-pos yang lain.
Sekiranya lewat pesan singkat dan pemahaman yang dangkal terhadap pemaparan surah yasin ayat 21 ini menjadikan kita adalah orang-orang yang tidak akan melakukan  permintaan-permintaan tersebut, sebab surah yasin, pada penghujung ayat 21 menyatakan jika orang-orang yang meminta balasan itu adalah orang yang tidak mendapatkan petunjuk. Seyogianya, janganlah kamu mengikuti mereka. Sebab mereka orang-orang yang meminta balasan itu bukan orang yang mendapatkan petunjuk dari Tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meraih Gelar Doktor; Muchlinarwati Disabilitas yang Menginspirasi

Melihat Masalah dengan Masalah

SURAT TERBUKA: KEPADA YANG TERHORMAT BAPAK BUPATI ACEH BARAT DAYA