AUDIO VISUAL: ANTARA PESAN DAN TAULADAN YANG HILANG
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ
وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Artinya, "Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan)
kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu
membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir".
Abad milenium telah diprediksikan dalam dunia pendidikan, bahwa
proses belajar mengajar sudah didominasi oleh mesin digital. Hari ini, proses
pembelajaran direkam dalam bentuk suara dan video. Audio dan visual hadir dalam
bentuk gambar elektronik yang bergerak. Baik direkam melalui kamera kusus
maupun kamera dalam bentuk ponsel genggam. Setiap orang dengan mudah
memvideokan proses belajar mengajar di lembaga pendidikan, bahkan pelajar
sendiripun bisa merekam baik dalam bentuk suara maupun dalam bentuk rekaman
video ketika proses belajar berlangsung. Penyampaian ilmu yang disampaikan
dalam kurun waktu tertentu bisa dilihat kembali dikemudian hari secara
berulang-ulang.
Seorang penceramah bisa menyampaikan dakwahnya
dari ruang mesjid yang kecil kepada ruang pablik yang besar, dan ditonton oleh
jutaan orang lewat channel youtube pribadi maupun channel perusahaan
telekomunikasi. Ada yang
dilakukan langsung bersama dengan televisi udara yang disampaikan lewat
frekuensi visual dengan kecepatan menyampaikan gambar secepat gerak cahaya,
sehingga apa yang sedang berlangsung ditempat yang jauh bisa ditransfer ke
daerah terpencil lewat pesan aidio visual pertelevisian.
Ilmu dalam berbagai klasifikasi disampaikan lewat audio visual
secara berulang-ulang. Apapun masalah yang sedang terjadi di alam ini
sudah terjawab dan tersimpan jawabannya di dalam pita audio visual. Setiap kita
bisa mendownloadnya kembali tentang tema dan pokok bahasan yang sedang
dibutuhkan oleh sekelompok orang dan umat manusia untuk membantu menjawab
persoalan kekinian yang sedang dihadapi dan dibutuhkan oleh sekelompok orang
tertentu.
Kedudukan ilmu dalam Islam sifatnya tidaklah dikotomi. Memisahkan
antara ilmu agama dan ilmu umum dalam memahami fenomena dunia telah
meletakkan Islam dalam posisi absensi omnipressent. Kedudukan ilmu dalam Islam
hannya berbeda dalam bentuk sifat wajibnya bukan kedudukannya.
Pertama, ilmu dalam bentuk sifat wajib kifayah dan kedua ilmu dalam
bentuk sifat wajib 'ain. Fardhu kifayah ilmu meliputi ilmu yang menyangkut
dengan keduniaan. Di sini Nabi Muhammad saw. Bersabda "antum a'lamu bi
umri dunyakum" kamu sekalian lebih tahu tentang utusan duniamu. Tidak
semua dari kita wajib mempelajari ilmu yang bentuk sifatnya fardhu kifayah,
cukup sekelompok orang saja dalam kelompok yang beragam profesi untuk
mempelajari pengetahuan tersebut sehingga menjadi ahli yang bermacam corak,
tentunya ahli yang posisinya menjadi perisai untuk menyelesaikan masalah kekinian
umat. Ada yang harus menjadi politisi, dokter, tehnokrat, birokrat, pengusaha,
ahli ekonomi, ahli militer, ahli strategi, ahli pertanian, dan ahli-ahli
lainnya.
Kedua, ilmu dalam bentuk sifat wajib 'ain. Ilmu ini wajib
dipelajari per individu. Mulai dari ilmu bagaimana mengenal Tuhan, yang diatur
dalam struktur ilmu tauhid dan turunan ilmu lainnya, dan juga ilmu yang
menyangkut dengan bagaimana proses mengenal Tuhan, tata cara beribadah
kepada-Nya, serta memperkenalkan wujud ilahiyah dalam bentuk kauniyah dan
menjadikan agama sebagai instrumen ilahiyah untuk memahami dunia. Dalam sejarah
perkembangan ilmu yang menyangkut dengan keagamaan tentunya sudah banyak hadir
berbagai disiplin ilmu yang hari ini dengan sangat mudah kita temukan di
halaman media sosial, baik dalam bentuk file, rekaman suara, maupun dalam
bentuk rekamna audio visual yang bisa dilihat lewat tulisan di dalam kitab,
buku, artikel, google, televisi dan youtube.
Apa yang harus dilakukan dengan serius oleh penyampai ilmu hari
ini. Apakah masih fokus pada penyampaian ilmu yang mana hal tersebut sudah
dilakukan dalam berbagai bentuk tulisan, bacaan, dan ceramah-ceramah, yang mana
sang
Komentar
Posting Komentar