DISERTASI: BERSAMA TUMPENG DAN MAKNA ADAB INTELEKTUAL PERGURUAN TINGGI

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”.  Q. S. Ali ‘Imran: 190

Ujian proposal disertasi bagi mahasiswa doktoral merupakan langkah awal yang wajib dilalui oleh kandidat doktor untuk menyelesaikan studinya dan meraih gelar strata tiga. Sudah menjadi rahasia umum bagi mahasiswa doktoral disa’at mengikuti proses sidang disertasi di mulai, Rasa deg-degan dalam hati tidak bisa disembunyikan. Rasa tersebut dimulai semenjak pendaftaran proposal sampai dengan hari pelaksanaan ujian dimulai. Raut wajah menjelaskan dengan sangat rinci jika kegelisahan tidak bisa dipungkiri. Gamang, takut, minder, pasrah, sifat-siffat tersebut melebihi gagoknya sang mantan bertemu dengan alumni hatinya.

Banyak cerita yang tidak habis untuk dijelaskan dalam waktu yang singkat. Masing-masing punya cerita sendiri. Bagi mahasiswa yang lulus ujian tentunya baru melewati proses awal. Dengan demikian proses berikutnya menanti, tentunya akan berhadapan dengan proses yang lebih rumit lagi. Beberapa sidang menunggu dimeja hiju, meja yang menakutkan bagi mahasiswa. Meja hijau adalah meja sidang di mana mahasiswa harus mempersiapkan laporan pertanggung jawaban atas apa yang sudah ditulis. Dimeja tersebut sudah menanti para penguji bergelar guru besar yang siap mencerca dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak terduka.

Banyak hal yang tidak terduga dalam hidup ini terjadi dengan tiba-tiba. Diluar dugaan manusia, peristiwa-peristiwa penting yang menimpa anak Adam dalam perjalanannya akan menjadi catatan sejarah dimasa yang akan datang. Berbagai konteks kehidupan yang menimpa manusia semuanya telah tercatat dalam takdir, takdir dalam kajian teologi disebut dengan peristiwa wilayah ketuhanan. Tidak ada manusia yang dapat menolak peristiwa tersebut, tidak ada kekuatan yang bisa menghindarinya. Manusia sebagai makhluk yang berakal hanya dapat mengambil ibrahnya saja atas apa yang menimpa dirinya.

Menempuh pendidikan berjenjang adalah cita-cita banyak orang. Apalagi bagi kalangan intelektual yang berkutat karir di dunia akademik. Memiliki segudang pemikiran merupakan tuntutan kerja. Tentunya tuntunan kerja  yang menyangkut dengan pencerdasan anak bangsa. Nasib generasi muda yang akan datang tergantung bagaimana calon intelektual sa’at ini mmenempa dirinya dalam membangun potensi individu secara terpadu dan menyeluruh.

Belajar bukan hanya perkara sekedar mendapatkan ilmu pengetahuan sekedar membangun potensi individu saja. Namun lebih dari pada itu, belajar adalah bagaimana membangun potensi intelektual yang mampu mempengaruhi prilaku, sikap, cara berfikir, cara membangun potensi akal menjadi aksi yang sempurna. Potensi akal di sini adalah kemampuan individu dalam membangun intepretasi. Menurut Paul Ricouer, intepretasi adalah kemampuan akal budi untuk menerangkan sebuah kenyataan dalam pemahaman yang mampu dimengerti oleh orang lain. Artinya, fungsi intelektual adalah kemampuan untuk membuat orang lain paham akan sebuah objek yang sedang disampaika.

Memahami adalah kemampuan akal budi menangkap setiap fenomena yang ada. Akal manusia berfungsi untuk memahami segala hal. Apa saja akan  dipikirkan oleh manusia. Tidak peduli apakah hal yang dia pikirkan itu bermanfa’at untuk dirinya ataupun tidak bermanfa’at. Apakah yang dia pikirkan itu merugi bagi orang lain atau merugi bagi dirinya sendir, alam, dan segala isinya. Manusia sering terjebak dengan dirinya sendiri. Keterjebakan ini merupakan hal yang biasa, sebab potensi diri manusia bukan hanya menjadi makhluk pelupa, namun juga sering melakukan hal yang sia-sia bagi dirinya.

Oleh karena manusia adalah makhluk pelupa, dan suka melakukan perbuatan yang sia-sia, Islam hadir menawarkan pemahaman-pemahaman pada manusia. Pemahaman pertama adalah bagaimana Tuhan telah mengajari Nabi Adam as., memperkenalkan simbol-simbol yang ada di bumi ini. Seperti yang telah Tuhan sebutkan dalam Alqur’an surat al-Baqarah tentang pegajaran pada Adam as., menyangkut dengan nama-nama benda yang ada di alam jagad raya ini. Nama-nama benda tersebut menjadi simbol komunikasi bagi manusia dalam berkomunikasi dengan alam.

Pengajaran berikutnya adalah diutusnya para nabi oleh Tuhan ke muka bumi. Ada dua puluh lima nabi yang diangkat menjadi rasul dan ribuan utusan nabi lainnya. Nabi berfungsi untuk mengajarkan agama, sementara para intelektual berfungsi mengembangkan  informasi kenabian untuk diterjemahkan dalam bahasa yang dimengerti oleh manuisa.

Menyangkut dengan pengajaran tentang intelektual bagi manusia, kadidat doktor hadir untuk menyempurnakan pemahaman intelektualnya. Perguruan tinggi menjawab sekulumit persoalan yang menjadi tantangan bagi perkembangan pengetahuan manusia sa’at ini. Menjawab persoalan manusia dalam berbagai masalah, lembaga pendidikan berjenjang hadir untuk meberikan warna dalam membangun khazanah pemikiran bagi manusia, tentunya untuk mencapai kehidupan yang terus bergerak menuju pedaraban baru.

Proposal disertasi adalah langkah awal bagi mahasiswa doktoral membangun intelektualnya. Jika langkah awal ini mampu dilewati dengan baik oleh mahasiswa dan lulus ujian. Ujian proposal dengan keputusan lulus menjadi kebahagiiaan tersendiri bagi mahasiswa. Seperti yang sudah dirasakan oleh beberapa mahasiswa doktoral yang telah berusaha sekuat tenaga dan pikirannya sehinggap apa yang ditulis sebagai langkah awal mampu dipertahankan di meja persidangan yang mana para pengujinya siap mencerca siapa saja.

Belajar memahami sesuatu lewat metode penulisan disertasi, mengajarkan manusia bagaimana meletakkan pola fikir yang bermetodelogis. Masalah akan dipahami sebagai objek kajian, bukan sekedar sebagai materi pembahasan semata melainkan dicari titik permasalahannya. Sesuai dengan tuntutan terhadap penulisan disertasi bagi mahasiswa untuk mencari titik kekosongan makna terhadap objek kajian. Berdasarkan titik kekosongan tersebut di tentukanlah novelty baru dalam menemukan titik seru dalam dalam menyelesaikan masalah.

Disertasi adalah karya ilmiyah, sementara masalah adalah dasar kajiannya. Berdasarkan latar belakang masalah titik seru terhadap suatu persoalan harus ditemukan. Untuk menentukan dan menemukan titik seru terhadap masalah harus melewati metode penelitian yang baik dan tepat sasaran. Metodelogi penelitian menjadi pisau bedah dalam memahami dan menyelesaikan masalah yang sedang dipecahkan oleh peneliti.

Hidup ibarat lembaran-lembaran disertasi, setiap halamannya mendapati pembahasan yang mana kalimat-kalimatnya harus berkesinambungan. Jika para peneliti disertasi tidak jeli melihat masalah, maka kalimat perkalimat akan amburadul dan tidak sinkron dengan alur pikir yang sudah di identifikasikan sebagai masalah. Landasan berfikir utama dalam penulisan disertasi ada pada perumusan masalah. Berdasarkan perumusan masalah inilah, para peneliti menarik sebuah konklusi sebagai hasil dari penelitian tersebut. Setiap kesimpulan yang ditarik alurnya, berdasarkan rumusan masalah.

Memahami persoalan hidup setiap momennya, persis seperti menyelesaiakan disertasi. Berawal dari memahami latar belakang masalah, mencoba untuk mengidentifikasi masalahnya, lalu memetakan perumusan masalah dan tujua penelitiannya. Semua rumusana maslah tersebut diselesaikan dengan pisau bedah metode penelitian. Untuk mempertajam pembahasan dan memperkuat data ketika menelusuri gagasannya, diperkuat dengan minimal dua pendekatan. Pendekatan tersebut disesuaikan dengan tema dan objek kajian yang dilakukan.

Penulisan disertasi adalah awal pembentukan karakter berfikir yang dibangun atas dasar filosofis. Sistematika pembahasan menjadi alat ukur yang tepat untuk mengurutkan sistem penulisan bab per babnya. Tidak kebohongan yang diselipkan dalam pengumpulan data disertasi. Untuk menjaga keaslian dari penulisan tersebut para peneliti harus menyampaikan dari mana setiap untaian penjelasan tersebut berdasarkan referensi yang kuat.

Menghindari kebohongan dalam penulisan disertasi sesuatu yang mutlak bagi setiap mahasisw. Jagankan mencantum data kebohongan, memilih narasi yang sama saja tidak diperkenankan. Memilih pembahasan yang sama akan dianggap sebagai penulisan plagiasi. Untuk menghindari plagiat dalam penulisan, maka dideteksilah setiap bab-bab disertasi tersebut dengan melewati proses turniting.

Kenyataannya di alam nyata, bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari kebohongan-kebohongan. Kebohongan hanya dilakukan oleh orang-orang yang suka menipu. Prilaku yang paling bodoh adalah prilaku orang yang suka berbohong. Untuk melawan orang yang suka berbohong dan suka menipu menurut Uda Datoak Majo Nan Sati Bapak Suherman Saleh, hanya bisa dilakukan dengan kecerdasan. Uda Datoak Majo Nan Sati melanjutkan hanya dengan kebohongan juga yang bisa mematahkan sifat   orang yang suka menipu, menipu dengan kecerdasan maksudnya adalah menghancurkan pikiran busuk sang penipu, dengan cara yang cerdik. Disini prilaku menipu secara cerdas perlu dilakukan. Sebab hanya dengan cara menipu juga sang penipu itu bisa dihentikan.

Menurut Uda Datoak Majo Nan Sati, Ada tiga cara untuk menghancurkan prilaku bohong dan yang suka menipu. Pertama, omongan-omongannya apakah secara akal sehat dan secara akdemis bisa diterima oleh akal, sehingga kita diwajibkan untuk mempunyai kecerdasan, sebagai contoh: secara akal sehat  menyimpan uang di dalam kotak lima puluh juta, lalu tiga hari kemudia dijanjikan uang tersebut berlipat menjadi lima ratus juta. Apakah secara akal sehat hal yang demikian bisa di terima, kalau seseorang mempercayainya janji tersebut, maka orang yang mempercayainya tidak memilik kecerdasan berfikir yang cukup. Seharusnya dia bertanya pada ahli keuangan atau bisnisman menyangkut dengan penipuan dan kebohongan. Akibat dari kebodohan tersebut, maka lebih dari satu triliun orang akan tertipu dari sikap orang-orang bodoh.

Kedua, berdasarkan pengalaman Uda Datoak Majo Nan Sati, apakah seseoarang bisa dipercaya atau tidak, sedangkan kita beru mengenalinya. Hal ini, terjadi pada saat seorang kiai dengan atribut kiainya, berfoto bersama politisi, tentara, dan tokoh masyarakat disebuah mesjid yang sedang dibangun, tinggal penyelesaian keramiknya saja. Ketika itu Suherman Saleh menjanjikan akan membiyayai pembayaran lantai keramik, sampai dengan biayay tukang dan bahannya, ternyata di desa dan kecamatan tersebut tidak terdapat plakat pembangunan mesjid tersebut, artinya prilaku yang demikian adalah penipuan.

Ketiga, rejeki itu milik Allah swt., dan Allah swt., juwalah yang bisa menjaga rejeki tersebut. Oleh karena itu, kita diwajibakan selalu berdoa, agar rejeki yang ada ditangan kita dilindungi oleh Allah swt., dan terhindar dari penipuan-penipuan tersebut. Juga kita akan terhindar dari penipuan lainnya. seperti, seorang yang mengaku sebagai dokter, menikahi wanita perawan yang tertipu setelah menikah ternyata dia adalah dokter gadungan.

Berdasarkan kajian masalah yang dilandasi dari proses berfikir yang mengguanak tata cara berfikir ilmiyah. Setiap apa yang difikirkan tentunya melewati proses berfikir kajian ilmiyah juga. Memahami masalah dalam kehidupan sosial, tentunya tidak sama dengan membaca sebuah hasil penelitian. Membaca disertasi yang sudah ditulis hanya mendapatkan informasi teks saja, sementara membaca fenomena sosial merupakan sebuah usaha menangkap gejala konstektual.

Memahami kedua masalah yang menyangkut dengan fenomena teks dan konstektual dibutuhkan kecerdasan berfikir yang matang. Kecerdasan berfikir inilah yang didapatkan dari hasil penulisan disertasi. Berdasarkan kajian yang terpola dengan baik dan sistematis tersebut, akan membawa kecerdasan akal, dengan kecerdasan yang dibangun atas dasar metode berfikir ilmiah, membantu akal menemukan akar problematisnya dengan berbagai metode dan pendekatan dalam menyelesaikan masalah sosial kemasyarakatan.

Uda Datoak Majo Nan Sati menyimpulkan dalam perkara kecerdasan akal dan kebodohan berfikir. Menurut beliau, Alqur’an tidak pernah mencela sikap orang-orang yang bodoh. Artinya Tuhan sendiri tidak pernah mencella orang-orang yang bodoh itu. Bagi orang yang bodoh akalnya cukup disenyuminya, tidak boleh dimarahi, sebab jika dimarahi oleh manusia berakal menyalahi hukum alam. Ketika orang bodoh ingin menyelesaikan masalahnya, duduklah dengan baik bersamanya, dengarkan dengan jeli apa keluhannya, pahami dengan seksama bagaimana dia membangun argumentasi kebodohannya. Lalu kemudian jawablah dengan tepat dan berikan jawaban yang baik untuk semua atas apa yang menjadi persoalan bagi orang bodoh tersebut.  Jangan pernah menghukumi buruk atas orang bodoh yang tidak tahu bagaimana bersikap terhapa prilaku yang menimpa dirinya.

Penulisan disertasi adalah langkah awal bagi mashasiswa doktoral untuk mamahami tehnik dasar ditingkat strata tiga dalam memahami dan membangun wacana keilmuan yang sistematis, bermetodelogis, berdasarkan teori dan kajian terdahulu, lalu kemudian menjelaskan dan menemukan teori baru  dalam menyelesaikan masalah yang diteliti dan dihadapi dalam konteks kehidupan sosial. Setiap masalah akan dipahami dengan tenang dan mencari titik seru yang menghadirkan keselematan bersama. Jika belum lulus ujian proposal disertasi jangan buru-buru menyimpulkan masalah. Apalagi harus menyimpulkan masalah yang keliru terhadap orang lain.

Akhiirnya penulis berpesan “Jangan pernah menghukumi orang bodoh itu dengan kesimpulan yang buruk. Sayangilah dan pahami dia seperti engkau memahami dan menjaga kecerdasanmu”.

  
                            Jakarta, 19 Januari 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meraih Gelar Doktor; Muchlinarwati Disabilitas yang Menginspirasi

Melihat Masalah dengan Masalah

SURAT TERBUKA: KEPADA YANG TERHORMAT BAPAK BUPATI ACEH BARAT DAYA