Positivisme Sang Predator Anggaran
Positivisme berasal dari kata positif. Kata ini bermakna faktual.
Yakni melihat sesuatu berdasarkan fakta. Dalam pengertian filsafat, positivisme
adalah aliran yang berpangkal dari fakta yang positif, sementara yang berada
diluar fakta akan dikesampingkan dalam pembahasan ilmu pengetahuan.
Bapak positivisme modern salah satunya adalah Auguste Comte
(1798-1857) yang tertuang dalam karya utama Auguste Comte adalah Cours de
philosophic positive, yaitu kursus tentang filsafat positif (1830-1842) yang
dirbitkan dalam enam jilid. Selain itu dia juga mempunyai sebuah karya yaitu
Discour L’esprit Positive (1844) yang artinya pembicaraan tentang jiwa positif.
Menurut positivisme, pengetahuan kita tidak boleh melebihi
fakta-fakta. Dengan demikian ilmu pengetahuan empiris menjadi contoh istimewa
dalam bidang pengetahuan. Kemudian, filsafat pun harus meneladani contoh itu.
Oleh karena itulah, positivisme menolak cabang filsafat metafisika. Menanyakan
“Hakekat” benda-benda atau “penyebab yang sebenarnya”, bagi positivisme
tidaklah mempunyai arti apa-apa. Ilmu pengetahuan hanya menyelidiki fakta-fakta
dan hubungan yang terdapat antara fakta-fakta. Positivisme tidak menerima
pengalaman batiniah tersebut. Ia hanyalah mengandalkan fakta-fakta.
Beberapa hari yang lalu saya mengamati kalimat yang berseliweran pada akun-akun media sosial. Pemimpin publik memperkenalkan kembali istilah positivisme.
Apakah positif di sini terkait kajian filosofis dalam melihat seauatu, atau
positif dalam artian memandang baik atas apa yang sedang berlaku. Jika kepala
negara atau kepala daerah meminjam istilah positif untuk meminta kepada
masyarakat melihat setiap kebijakan yang sedang diterapkan di suatu tempat
dengan kacamata positif, maka hal ini perlu dicurigai.
Mencurigai ada yang salah dari cara berfikir positif seperti ini.
Sebab kenapa masyarakat dipaksa melihat baik. Tidak masalah jika kebijakan itu
menguntungkan masyarakat, nah jika kebijakan membuat masyarakat rugi, pemimpin
menerobos sesuka hatinya, program kerja pemerintah dianggap sebagai
laboratorium bagi dia untuk menguji setiap program yang dipikirkannya saja.
Apakah ketika membiarkan hal seperti ini masyarakat dianggap sudah berfikir
positif.
Aliran positif mengajarkan manusia bagaimana melihat masalah itu
sesuai fakta. Ketika kata positifis diucapkan oleh pemimpin, maka langkah yang
harus ditempuh adalah melihat fakta yang terjadi. Apa yang sudah dikerjakannya
selama memimpin, program kerja apa yang sudah dirasakan masyarakat yang sudah
merubah taraf ekonomi kearah yang jauh lebih baik, program-program yang sudah
diperkenalkan kepada masyarakat apakah sudah berjalan dengan baik, atau malah
gulung tikar dan mobilisasi dananya harus diaudit.
Jika kekayaan daerah hannya diretribusikan
kepada tiga pengusaha saja, koleganya saja, keluarganya saja, maka patutkah
positifis berfikir melihat fakta di anggap sebagai sesuatu yang baik. Dan positifis berfikir seperti ini tentu bertentangan dengan
filsafat yang diajarkan Comte.
Auguste Comte memandang bahwa positif itu adalah aliran filsafat
yang melihat masalah ilmu pengetahuan berdasarkan fakta. Namun tentunya berbeda
makna POSITIF atas stekmen kepala negara dan kepala daerah mesti melihat
positif itu berdasarkan fakta lapangan hasil kerja sebagaimana program yang
sudah dijanjikan olehnya pada saat berkampanye tempo hari. Positif kembalikan
hak-hak rakyat.
Semoga saja setiap kepala daerah hadir sebagai tokoh yang
benar-benar penganut aliran positivisme dan menjalankannya dalam program kerja
pemerintah yang melihat masalah sesuai dengan fakta yang berlaku dilapangan.
Komentar
Posting Komentar