Refleksi Awal Tahun 2020 Bersama Datoak Majo Nan Sati Bapak Suherman Saleh


Menghidupkan Syurga Sebagai Manifestai Al-Jannah Akhirat, di Dunia
Oleh: Amfat Es Dot Fil

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا
السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Artinya Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Surga yang telah disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. QS. Ali Imran: 133.
Syurga dalam bahasa agama sering digambarkan dengan sungai, alirannya mengalir  banyak air berbentuk susu yang mampu menghilangkan dahaga bagi manusia. Syurga juga digambarkan dengan berbagai macam kenikmatan yang tidak mampu dilukiskan dengan gambaran nyata. Kenikmatannya hanya bisa di pahami secara abstrak. Namun dibalik ketidaktahuan manusia tentang gambaran syurga, imajinasi yang terbangun dalam pikiran manusia, hadirnya syurga sebagai balasan kebaikan dari setiap apa yang pernah dilakukan manusia ketika hidup di dunia.
Ilustrasi kenikmatan yang digambarkan dalam bentuk imajinasi dipahami sebagai simbolisasi syurga. Dalam bahasa kegamaan syurga disebut dengan aj-Jannah. Terdapat delapan tingkatan al-Jannah, yang mana masing-masing tingkatan memiliki kenikmatan yang berbeda-beda. Masing-masing tingkat di sediakan bagi orang-orang yang mengamalkan amal shaleh sesuai dengan ibadah dan ketentuannya.
Neraka dipahami sebagai tempat yang memiliki berbagai macam bentuk penyiksaan. Jika syurga memiliki delapan tingkatan, maka neraka memiliki tujuh tingkatan. Dalam bahasa keagamaan neraka di sebut dengan an-Nar. An-Nar dipahami dalam bahasa indonesia dengan api. Api adalah simbol panas. Berdasarkan api yang menyala-nyala, maka neraka adalah tempat di mana setiap manusia yang durhaka dengan amalannya ketika hidup di dunia, akan mendapatkan berbagai macam penyiksaan. Penyiksaan dalam bentuk apapun tersedia di dalamnya. Bahkan penyiksaan yang tidak pernah terjadi di duniapun, namun di neraka diterapkan, sesuai dengan amalan perbuatan manusia ketika hidup di dunia.
Antara syurga dan neraka terdapat perbedaan yang sangat berlawanan sekali. Jika syurga adalah tempat yang memiliki ribuan kenikmatan, sementara neraka adalah tempat  di mana tersuguhkan berbagai macam penyiksaan. Syurga dan neraka wujudnya tidaklah terdapat di dunia. Namun keberadaan keduanya hadir ketika manusia sudah melewati masa persidangan Tuhan di padang ma'syar. Berdasarkan hasil timbangan atas apa yang dilakukan manusia ketika hidup di dunia, jika hasil timbangannya berat ke kanan, maka syurga akan hadir untuk memberikan balasan kenikmatan yang setimpal. Sementara jika timbangannya berat ke kiri, maka neraka akan hadir untuk menyuguhkan segala penyiksaan, sesuai dengan perbuatannya di dunia.
Jika syurga sebagai tempat di mana kenikmatan disuguhkan bagi pelaku amal shaleh,  dan neraka merupakan tempat di mana manusia mendapatkan azab dengan berbagai bentuknya. Kedua kenikmatan dan azab tersebut hanya ada di akhirat. Artinya syurga dan neraka hanya ada di akhirat. Namun esensi dari keberadaan keduanya, bisa dipahami, dimengerti, dan di adopsi oleh manusia pada sa'at hidup di dunia.
Syurga adalah simbol abstrak tentang kenikamatan yang diperoleh manusia di akhirat, dan neraka juga dipahami sama sebagai simbol abstrak tentang azab di akhirat juga. Tidak bisa dipungkiri, jika syurga dan neraka dua hal yang saling berlawanan, yang setuju atau tidak oleh manusia, pasti akan merasakannya. Baik merasakan azab di neraka, maupun merasakan nikmat di dunia.
Dunia adalah kehidupan yang kesekian dalam sejarah perjalanan hidup manusia. Dimulai dari alam zuriat, mani, ovum, rahim, dan lahir ke dunia. Rentetan sejarah tersebut hanya sebagai ajang bagi manusia untuk berpindah tempat saja. Di alam zuriat sesuai dengan bentuknya, di alam mani sesuai dengan bentuknya, di alam ovum sesuai dengan bentuk, di alam rahim sesuai dengan bentuknya, dan di alam dunia nyatalah manusia menjadi wujud manusia itu sendiri.
Alam sudah diciptakan Tuhan untuk manusia. Puncak penciptaan alam adalah diciptakannya manusia. Manusia berfungsi sebagai khalifah di muka bumi. Khalifah dalam bentuk personal, diciptakannya Adam sebagai manusia pertama yang mendiami syurga, dengan berbagai macam fasilitasnya. Sementara khalifah dalam bentuk kepemimpinan Tuhan menjadikan Nabi Daud as., sebagai pemimpin di muka bumi, yang bertujuan untuk menegakkan keadilan bagi manusia dengan seadil-adilnya.
Nabi Adam as., adalah manusia pertama yang sudah menikmati indah dan nikmatnya fasilitas syurga. Lalu muncul sebuah pertanyaan, sudah adakah neraka sa'at itu? Tentu jawaban yang pantas untuk disuguhkan di sini adalah wallahu a'lam bishshawab. Namun jika sedikit agak berani untuk memahaminya, tentu akan dipahami dengan berbagai pemahaman. Salah satunya adalah, neraka belum ada sa'at itu, sebab Adam belum diberikan beban taklif yang harus dilakukan, sehingga dengan beban tersebut Adam diberikan informasi tentang azab neraka bagi yang membangkang terhadap perintah-Nya.
Kembali kita menyadari, manusia sebagai khalifah di muka bumi dengan simbolisasi Nabi Adam as., dan simbolisasi Nabi Daud as. Adam as., adalah satu-satunya manusia yang pertama sekali berada dalam syurga sebelum diciptakannya Hawa. Jika syurga menyuguhkan kenikmatan bagi Adam, dan hawa juga menjadi selimutnya Adam di syurga.
Menjadi sangat nyata bagi manusia, hidup di dunia setelah Allah swt., ciptakan secara sunnatullah manusia dalam bentuk berpasang-pasangan. Dari berpasangan tersebut menjadi bentuk aplikatif dalam kehidupan, bahwa sanya Adam dan Hawa merupakan simbolisasi syurga di dunia, ketika keduanya di turunkan ke bumi.
Akibat sebuah dosa yang dilanggar oleh Adam dan hawa pada sa'at mendiami syurga, maka terazablah keduanya, tentunya azab bukan dalam bentuk penyiksaan, sebagaimana yang telah terimajinasi oleh manusia dalam neraka. Azab yang dirasakan oleh Adam dan hawa sa'at itu adalah terusirnya Adam dari syurga. Berpisahlah keduanya pada tempat yang berbeda dan jauh. Mulai sa'at itu Adam kehilangan syurga dunia dalam bentuk al-Jannah, dan juga kehilangan syurga dalam bentuk Hawa.
Dunia menjadi ajang bagi manusia untuk berkompetisi, segala hal harus diperebutkan. Kedudukan, pangkat, posisi, pekerjaan, pendidikan, kemerdekaan, bangkit dari keterpurukan, berusaha untuk menjadi orang yang berada pada posisi terdepan. Tidak peduli dengan apa, dan bagaimana untuk mendapatkan semua itu. Sampai pada semangat kompetisi menjadi prinsip hidup manusia sa'at itu, maka keberadaan kitab suci tidak lagi menjadi pedoman, moral bukan lagi sebuah ukuran, etika bukanlah lagi sebuah patokan, akhlak tidak lagi menjamin membentuk karakter manusia yang beradab dan bereperadaban.
Disa'at kehidupan mencapai pada  posisi yang demikian, maka simbolisasi syurga harus dihadirkan dalam kehidupan manusia. Baik dalam kehidupan sosial politik dan kehidupan sosio keagamaan. Simbolisasi syurga yang menghadirkan keademan dalam hidup, tentunya yang harus dikedepankan adalah bagaimana menciptakan sifat harmonisasi alam nan berimbang dalam berbagai bentuk.
Sebagai khalifah dalam bentuk personalnya Adam as., manusia sebagai makhlukh berakal adalah sosok yang paling tepat untuk menghadirkan simbolisasi syurga dalam berbagai sisi kehidupan di dunia. Tentunya syurga dalam pengertian menghadirkan kesejahteraan bagi manusia. Jika syurga dalam bentuk al-Jannah, hadir untuk memberikan kenikmatan hidup di akhirat. Maka syurga dalam bentuk Adam di dunia adalah memberikan rasa kepedulian bagi sesama manusia.
Setiap hamba telah diberikan oleh Tuhan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan yang dimiliki seseorang bukanlah sebagai bentuk ancaman terhadap apa yang tidak dimiliki oleh orang lain. Melainkan kebaikan tersebut adalah untuk mengamankan sesuatu, pada apa yang telah menjadi kekurangan bagi orang lain. Membangun kebaikan bukanlah perkara yang mudah, apalagi merefleksikan al-Jannah akhirat sebagai manivestasi kebaikan di dunia.
Kebaikan yang dipahami oleh Bapak Suherman Saleh memahami Islam dengan sebuah pertanyaan.   Apakah Islam itu? jawaban yang sering disebut adalah dengan menjawab jika Islam adalah pilihan. Kita memilih Tuhan dengan bersyahadat untuk bersaksi jika  Allah swt., adalah Tuhan kita, dan Nabi Muhammad saw., adalah utusan-Nya.  Tentu pilihan ini sangatlah mendasar sekali sebagai pondasi awal, bahwa Islam dibangun atas dasar tauhid. Yang di rekonsruksi dalam dua syahadat, yakni syahadat kepada Allah swt., dan syahadat Rasul_Nya.
Bapak Suherman saleh melanjutkan,Islam adalah pilihan, memilih yang terbaik. Dalam ilmu ekonomi juga berbicara tentang ilmu, bagaimana untuk memilih, bahkan sangking memilihnya, ada hukum, hukum memilih, bahwa sesuatu yang kita miliki makin banyak jumlahnya, maka makin berkurang nilainya. Udara ini paling penting, tapi karena banyaknya menjadi tidak terhingga, lalu kita menganggap udara ini murah, karena kita isap tanpa bayar, akan tetapi jika masuk kerumah sakit, per dua jam harus membayar mencapai harga lima juta. Jadi sebenarnya berapa yang harus kita bayar kkepada Tuhan untuk menghisap udara ini. Itu adalah pilihan, kenapa kita harus memahami tentang ilmu pilihan ini, karena kita kebanyakan dari kita tidak pandai meimilih, makanya pilihan yang utama, yang paling baguus adalah sesuai dengan kebutuhan, bagi anak-anak tentunya pilihan bermain-main menjadi terbaik, dan tidak bagi orang dewasa. Bagi orang dewasa pilihah untuk berilmu, pilihlah untuk belajar, pilih lembaga pendidikan.
Jika ilmu menjadi kelebihan bagi seseorang, tentunya ilmu tersebut bukan menjadi pengetahuan yang menakutkan bagi orang awam dan bodoh. Namun ilmu tersebut menjadi penerang dalam kebodohan dan cahaya dalam kegelapan. Jika yang menjadi kekurangan bagi orang lain dalam bentuk materi, kemiskinan, kefakiran, dan dalam bentuk kekurangan materi yang lainnya. Tentunya kekayaan yang dimiliki oleh seseorang bukanlah sebuah bentuk ancaman bagi simiskin. Baik ancaman dalam bentuk megekang harta tersebut dalam bentuk defosito, dan mengekang harta tersebut dalam bentuk kredit berbunga. 
Mengekang kekayaan dalam bentuk defosito dan kredit berbunga, ini adalah sebuah kedhalimaan yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kelebihan dari segi materi. Kekayaan materi yang dimiliki oleh seseorang sering menjadi musuh bagi pemegangnya. Harta dalam bentuk materi sering menjadi musuh bagi manusia. Musuh di dunia dan musuh di akhirat. Musuh di dunia harta tersebut akan menjadi penyakit bagi pemiliknya, jika kekayaan tersebut dikekang sedemikian rupa, sehingga susah untuk dikeluarkannya. Jangan untuk memberi dalam bentuk bantuan yang tidak wajib, mengeluarkan dalam bentuk perintah wajib seperti zakat misalnya sangatlah berat.
Syurga dunia sebagai refleksi al-Jannah akhirat bermakna menebarkan kebaikan di muka bumi dalam berbagai bentuk. Menciptkan rasa kenyamanan bagi orang lain, membantu dalam bentuk penyebaran ilmu, membangun lapangan pekerjaan bagi yang mampu, saling memberi informasi penting terkait hajad hidup orang banyak, memberi modal usaha, memberi maka, mengayomi sesama, yang kaya pemurah, yang miskin ramah. Syurga dalam  bentuk al-Jannah adalah sebuah usaha untuk membangun rasa kenyamanan bagi sesama, sebagaimana nyamannya orang-orang yang mendapatkan nikmat Tuhan ketika hari penghisapan di akhirat dan al-Jannah balasannya, serta kekal selama-lamanya.
Sebelumnya sodara amfat es dot fil menyampaikan sepatah kata dalam rangka memahami makna menghadirkan syurga dalam bentuk kebahagiaan di dunia sebagaimana refleksi al-jannahnya akhirat. Tentunya menghadirkan syurga dunia adalah memberi rasa kenyamanan bagi orang lain. Nyaman dalam kehidupan, sejahtera terhadap kebutuhan hidup, bahagia dalam rasa, indah ketika antar sesama saling membangun rasa kasih dan sayang, tidak saling melecehkan, tidak saling me jatuhkan. Sebab jika komunikasi antar sesama diabngun atas dasar saling menghina dan menjatuhkan , maka komunikasi yang dibangun menjadi buruk dan dan tidak akan adalagi saling memahami, yang hadir hanyalah kebencian.
Refleksi di awal tahun ini 2020, Bapak Suherman saleh menutup dengan sebuah kesimpulan, Jika ada yang berbuat baik kepadamu, maka balaslah kebaikan tersebut dengan yang jauh lebih baik, atau setara. Ayat tersebut sebagaimana disampaikan oleh sodara Amfat Es Dot Fil, tentunya membalas dalam bentuk materi. Pada tahapan ini, bapak Suherman Saleh meluruskan, hal yang demikian, bukanlah sebuah keharusan bagi kita untuk membalas materi dengan materi, uang dengan uang, benda dengan benda, atau balasan dalam bentuk apapun. 
       Menurut bapak Suherman Saleh yang terpenting atas semua kebaikan yang sudah diperoleh dari seseorang, balasan yang paling penting untuk dilakukan dalam rangka membalas kebaikan yang pernah diberikan orang lain kepada kita adalah dengan mengucapakan “jazakumullahu khairan kathira”. Ucapkanlah kalimat tersebut sebanyak-banyaknya supaya yang memberi kebaikan dalam bentuk apapun kepada kita, mendapatkan kemuliaan dan bertambah segala kebaikan baginya.


                                 Bandung 2 Januari 2020


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meraih Gelar Doktor; Muchlinarwati Disabilitas yang Menginspirasi

Melihat Masalah dengan Masalah

SURAT TERBUKA: KEPADA YANG TERHORMAT BAPAK BUPATI ACEH BARAT DAYA