Ruh dan Oksigen Kehidupan
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ
مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
Artinya,
“Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya
roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya".
Puncak penciptaan adalah diciptakannya manusia oleh Tuhan. Manusia
diciptakan Tuhan tidak berdasarkan unsur yang lain. Unsur yang terdapat dalam
diri manusia seperti sel, DNA, atom, molekul, hidrogen, darah, neutron,
elektron, suhu, udara, dan lain sebagainya. Unsur
tersebut bukanlah zat utama yang
menciptakan manusia, melainkan manusia dijadikan Tuhan berdasarkan unsur
diri-Nya sendiri.
Oksigen merupakan unsur terpenting untuk keberlangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lainnya. Dalam bahasa Ibrani disebut dengan "nephesh"
yakni makhluk hidup yang bernyawa, bernafas, dan memiliki kesadaran. Tanpa Oksigen
makhluk hidup akan berhenti bernafas. Unsur udara dalam diri makhluk menjadi
substansi bersama ruh dan jasad. Dalam bahasa Ibrani kata ruh disebut dengan
"ruach" dengan pengertian angin, udara, dan nafas. Sudah
menjadi kenyataan dalam kehidupan makhluk jika sudah tiba ajalnya berpisahlah
ruh dengan jasad bersamaan itu pula berhenti pernapasannya sebab oksigen sudah
tidak lagi menyertai raga.
Langit adalah wilayah dimana keberadaan oksigen sangatlah terbatas
bahkan tidak ada. Bagi siapa yang hendak melakukan perjalanan keluar angkasa
tentunya harus membawa oksigen dalam bentuk tabung untuk digunakan disaat
manusia menduduki wilayah hampa udara dimana oksigen menjadi langka dan kosong
sama sekali. Langit merupakan simbolisasi ketuhanan, sifat materi yang
keberadaannya di atas menjadi komponen nilai-nilai keilahian. Maha tinggi Tuhan
dengan segala keagungan-Nya.
Sebelum manusia mengetahui tentang oksigen Tuhan telah memberi
tanda-tanda jika langit adalah wilayah yang sangat paradoks dengan
keberlangsungan hidup manusia. Di langit atau tempat ketinggian nun jauh
menjulang, bukanlah tempat oksigen bersemanyam, maka tamsilan Tuhan dengan
mengatakan orang-orang yang tidak mendapat petunjuk dari Tuhannya ibarat orang
yang sedang melakukan perjalanan keluar angkasa di mana oksigen sukar didapat,
maka saat itu dia merasa seperti orang yang tersesak dadanya, gelisah jiwanya,
khawatir hidupnya, dan sempit cara pandangnya.
Akibat dari kesesakan di dada yang sudah disempitkan Tuhan,
berakibat pada rasa responsibility social movement terhadap sesama dalam
mencapai kebahagian hidup di dunia dan di akhirat secara bersama-sama. Ayat di
atas sebagai tanda jika Alquran sudah menginformasikan kepada kita tentang ruh
merangkap sebagai geberator udara dalam bentuk oksigen yang hari ini sudah
menjadi kajian penting ilmu kedokteran dan kesehatan manusia.
Sifat orang yang beriman dan yang mendapatkan
petunjuk dari tuhan, keberadaannya tidaklah melangit atau meninggi, di mana
langit bukanlah tempat yang akan melapangkan dada kita, sebab tidak ada oksigen
disana, maka gerak rasa yang akan diproduksi oleh hati akan lambat, bahkan
hilang dengan sesaknya dada yang susah bernapas, sehingga mengakibatkan pada
metabolisme pikiran yang sempit, congkak, membanggakan diri, membusung dada, sambil
menepuk-nepuk kebesaran nama dan latar belakang identitas diri.
Bumi adalah simbolisasi kerendahan, di mana bumi menjadi banknya
oksigen. Ibarat orang beriman jika oksigennya maksimal dihirup, maka
pernapasannya akan menjadi lapang, lalu terhindar dari sesak. Jika kelapangan
bernafas sudah didapat , maka gerak rasa sosial akan bergerak melakukan
perubahan secara bersama-sama dalam mencapai kehidupan di dunia dan akhirat.
Membumilah jiwa itu supaya kecerdasan intelektual hidup dalam jiwa yang aktif
dan oksigen menjadi sumbernya.
Hiruplah oksigen yang original di pagi hari di
sa’at sepertiga malam menghampiri melewati waktu fajar yang kita lalui setiap
saat. Jika oksigennya original ruh menjadi hidup. Dengan demikian maka
rasa empatinya akan cemerlang. Jangan pernah takut atas kehilangan sesuatu
asalkan engkau masih mendapatkan kesempatan menghirup oksigen kehidupan yang
original di sa‘at dua sujud menjelang pagi. Takutlah atas kehilangan sesuatu
jika yang hilang adalah instrumen gerak nafasmu. Takutlah olehmu akan
kehilangan oksigen yang tidak lagi menjadi sparing partner bagi ruh dan
jasadmu, sehingga rasa empatimu hidup. Be on the spotlight in the midle of
society.
Bandung 31 Desember 2019
Komentar
Posting Komentar