Menuju Solo Dan Tanggung Jawab Sang Konsultan
Selasa 28 Januari 2020, tepatnya pukul 05.00
WIB., waktu Jakarta, dipagi hari yang mulai kehilangan gelap menuju ke Bandara
Soekarno Hatta, perjalanan kali ini dengan tujuan Kota Solo. Kota Solo adalah sebuah kabupaten kota tempat asal presiden
Republik Indonesia yang ke tujuh, bapak Ir. Joko Widodo.
Menyelesaikan tugas transaksi perpajakan bersama Uda Datoak Majo Nan Sati. Tiba
di Air Port Soekarno Hatta pada pukul 06.30 WIB., menyelesaikan
keperluan penyelesaian administrasi penerbangan. Menuju ruang tunggu
keberangkatan merupakan aktifitas rutin bagi yang akan menempuh jalur
penerbangan. Sambil mencicipi minuman kopcino ala
Bandara, tentunya minuman yang tersedia dengan harga yang tidak biasa dengan
harga diluar bandara. Hal ini, tidak menjadi persoalan bagi setiap orang yang
melakukan perjalanan udara, semua sudah diperhitungkan.
Menunggu batas waktu penerbangan, budaya
tertip menjadi ciri khas masyarakat modern, sambil menunggu jadwal penerbangan
setiap mereka mengambil posisi masing-masing, ada yang membaca, ada yang
mendengar music lewat aplikasi music yang tersedia di android masing-masing, ada
yang sekedar duduk sambil menelpon orang-orang terdekat, untuk sekedar
mengabari jika jadwal keberangkatan ke kota tujuan akan dimulai. Berbeda dengan
saya, sibuk memperhatikan gejala apa saja yang dilakukan manusia di bandara. Manusia
modern yang katanya super sibuk, apa dan bagaimana mereka mengisi
waktu-waktunya, walaupun sedang berada di bandara, gelagat sibuk semakin tapak
di wajah mereka. Masyarakat
modern adalah masyarakat yang sudah tidak mengenal batas teritorial kedaerahan,
semua menyatu dan memiliki hak yang sama, siapapun dia dan apapun jabatannya
ketika berada di fasillitas umum.
Menunggu kata kebanyakan orang adalah peristiwa yang membosankan,
apalagi yang ditunggu tidak pernah mendatangkan hasil. Menunggu dengan
kepastian saja membosankan apalagi menunggu dengan ketidakpastian. Menunggu
yang membuat deg-degan adalah ketika menunggu sang kekasih datang. Jangan
pernah berharap kekasihmu akan datang jika, keberadaannya tidak diharapkan.
Seorang kekasih paham kapan dia akan datang. Bukan perintah untuk datang yang
menjadi pertimbangannya, namun sejauh mana kamu bisa meyakini dia jika kedatangannya
benar-benar diharapkan. Jika sekedar datang, lalu kemudian dia
dipermalukan buat apa harus buru-buru, toh daftar antrian penerbangan masih
lama, dan pesawat itu akan terbang menuju tujuannya.
Delay dalam penerbangan
hal yang biasa, penundaan yang terjadwal jangan pernah dirisaukan, delay
itu bukan membatalkan keberangkatan, namun menunda sebentar saja, oleh sebab
ada sesuatu yang lain hal. Sistem kerja manusia walaupun sudah dihitung
sedetail mungkin, tetap saja ada kekurangan dan kelemahannya. Kekurangan dan
kelemahan itu harus disyukuri, sebab dengan sifat itulah manusia menjadi
manusia seutuhnya. Sistem yang diciptakan manusia merupakan,
sebuah kemajuan dalam berkerja, bukan
berarti dengan sistem manusia bisa melakukan apa saja, kemampuan manusia sudah
ditakar sedemikian mungkin. Secanggih apapun kemampuan dan setinggi apapun Ilmu
Pengetahuan manusia tetap saja tergaris bawahi pada titik kulminat “wama
utitum minal ‘lmi illa qalila”. (Tidaklah diberikan ilmu itu kecuali
sedikit saja).
Tepatnya pada pukul 08.50 WIB., waktu Jakarta,
pesawat Garuda Indonesia menuju kota Solo, dalam penerbangan mendapat informasi dari majalah bacaan TEMPO,
edisi 27 Januari 2020, membahas tentang “Salah Kaprah Undang-Undang Sapu
Jagad”, tanpa partisipasi publik, bahkan ada kesan dirahasiakan, rancangan
regulasi ini sudah sejak permulaan.
Menurut majalah TEMPO, dari empat rencana omnibus
law, Rancangan Undang-Undang Cipta Lapangan Kerja, RUU Perpajakan Untuk
Penguatan Ekonomi, Rancangan Kefarmasian, dan RUU Ibu Kota Negara, baru isi
tegulasi pertama yang bocor ke publik. Kekhawatiran
publik muncul karena dua alasan. Pertama, pemerintah tak melibatkan semua
pemangku kepentingan yang bakal terkena dampaknya. Kedua, ada indikasi
pemerintah keliru mendiagnosis akar masallah yang mendasari kebutuhan omnibus
law ini.
RUU Cipta Lapangan Kerja adalah omnibus law pertama dan paling
kompleks. Ada 1.244 pasal dalam 79 undang-undang yang akan berubah lewat satu
ketuk pengesahan di Senayan. Dari belasan kluster pembahasan, sejumlah
pertanyaan krusial sudah mengemuka seputar konsesi tambang, penggunaan kawasan
hutan, masa berlaku hak guna usaha, analisis mengenai dampak lingkungan, dan
aturan perubahan.
Menutup bacaan majalah TEMPO sambil menunggu pesawat take of, dan
menempuh penerbangan Jakarta Solo yang akan memakan durasi waktu satu jam lebih
kurangnya. Tak tahan mata membaca, dan tak kuat mengingat dan menulis huruf di
atas udara, sebab hati terpaut dengan-Nya. Berziikir adalah aktifitas yang
paling menenangkan jiwa ketika berada di atas pesawat terbang yang sedang
mengudara.
Terbang dengan cuaca yang cerah, dan udara yang bersahabat membuat
laju terbang pesawat sangat nyaman, tanpa ada turbulensi sama sekali,
kecuali sedikit goncangan badan pesawat. Lumrah saja, angin di atas permukaan
ribuan kaki dari dasar laut juga ingin menyapa para penumpang pesawat dengan
caranya sendiri. Memanfa’atkan keseimbangan udara agar supaya burung besi
Garuda Indonesia bisa mengepakkan sayapnya. Tentunya, sang udara juga berkeinginan untuk menggoda para penumpang pesawat, sebagai
sesama makhluk Tuhan, air, api, angin, dan tanah merupakan unsur utama
diciptakanannya manusia, walaupun berbeda bentuk dan fungsinya, namun tujuannya
sama, yakni menyambung kehidupan bagi manusia. Angin yang menggodaku di udara
dengan menggerak-gerakkan badan pesawat sehingga hatiku dag dig dug merasakan
goncangannya, angin kamu juga bisa nakal ya, angin kamu juga bisa membuat
hatiku mengingatnya, sang alumni hati.
Menyapanya angin di udara, menggodanya dikau dalam menyapa. Jika
goncangan badan pesawat Garuda bisa membuat hatiku agak-agak gemana gitu, boleh
juga dong wahai angin, sampaikan rinduku pada dia lewat udara, bisikkan
padanya, berhentilah menjadi badai, toh setajam apapun topan yang engkau
hempaskan itu, aku tetap menganggap itu adalah cara kamu menumpaskan
kekesalan padaku. Engkau kesal sebab aku tak pernah tiba di sa’at engkau
mengharap datang, oh angin mengapa begitu cepat engkau menjadi badai, padahal belum
sa’atnya aku berharap topan.
Angin,,,,,,sekuat apapun hempasan doronganmu,
aku tetap tidak akan melawannya. Sebab prinsip dalam menjaga keseimbangan dari
pembelajaran hidup “jangan pernah melawan badai, sebab sebelum angin itu
menjadi topan, angin sudah duluan hadir menghampirimu dalam bentuk tiupan
sepoi-sepoi yang menenangkan jiwamu”. Bukan aku tak datang wahai angin,
bukan aku tak tiba wahai badai, namun waktu dan keadaan membuat aku harus
menunda untuk melangkah, sebab aku harus bersembunyi dan mencari perlindungan dahulu
di dalam gedung sambil menunggu amarah hempasanmu reda duhai angin.
Disebalik itu, apalah daya manusia, sekuat apapun keinginannya,
setekad apapun dia, jika Tuhan berkehendak lain tentunya yang demikian
itu adalah keputusan yang paling indah untuk di terimah. Namun atas semua itu
wahai angin, ada satu hal yang aku merasa kecewa denganmu angin “disa’at aku
menimbang masalah kenapa kamu datang dengan marah-marah lalu engkau menghempas apa saja yang
berkaitan benda-benda disekitarku”.
Wahai angin mengapa begitu cepat waktu itu berlalu, sebentar saja aku terlena
dengan ayunanmu di udara krue pesawat mengabarkan, jika sebentar lagi kita akan
mendarat di Bandara Adi Soemarmo Boyolali, tepatnya pukul 10.20 WIB., waktu Solo.
Meninggalkan Bandara
Soemarmo pukul 10.48 WIB., menuju kantor KANWIL pajak kota Solo. Menyelesaikan
pekerjaan Uda Datoak Majo Nan Sati Bapak Suherman Saleh, sambil menikmati damainya suasana penduduk kota Solo. Walaupun
cuacanya agak panas, berbeda dengan Kota Bandung Jawa Barat. Hawa dingin
membuat malas untuk bergerak. Cuaca di Solo mengajari sebuah pelajaran,
sepanas-panasnya cuaca di kota ini tak sepanas hatiku padamu, berkata bunga
pada rumput di kala musim semi tiba.
Mendengar percakapan antara Uda Datoak Majo Nan Sati dengan sopir
taxi, ketika meranjak dari bandara Adi Soemarmo menuju kantor KANWIL pajak,
logad bicara mas sopirnya Solo banget.
Tergiang dalam pikiran saya, tentang sosok presiden Republik Indonesia. Gaya
dan logad bicaranya sama, dan familiar, se fameliarnya bapak Jokowi yang selalu
berwara-wiri di media elektronik dan media cetak, menghiasi berita politik di
negeri yang bernaung di dalamnya ribuan pulau, suku, dan ratusan bahasa, serta
puluhan agama tunduk dan patuh dibawah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Mesjid Nurul Iman Kalitan Solo, menunaikan
shalat dhuhur dengan porsi jama’ taqdim, jamak qasar bagi yang melakukan
perjalanan mencapai deelapan marhalah menuru mazhab Imam Syafe’i, para musafir
yang melakukan perjalan mencapai jarak tempu sebagaimana disebutkan, mempunyai
hak untuk mempersingkat waktu shalatnya. Menggabungkan dua waktu shalat
merupakan benntuk kasih sayangnya Tuhan bagi manusia.
Islam adalah agama yang tidak mempersulit
bentuk taklif kepada hambanya, termasuk dalam bentuk ibadah mahdhah. Di
manapun bumi dipijak, di situ ada langit yang menaunginya, kemanapun langkah
kaki di diayun ada tujuan akhir yang kita tuju yakni, Tuhan sang maha pencipta.
Allah swt., adalah zat yang mengatur setiap langkah anak Adam, di manapun
engkau memandang langit di situ ada bumi untukmu bersujud. Mesjid Nurul Iman
Kalitan Solo, kamipun bersujud di dalamnya, sebagai bukti di atasnya ada
langit.
Setelah menunaikan shalat dhuhur beserta ashar
yang dikerjakan secara bersamaan, tidak jauh dari mesjid Nurul Iman Kalitan
Solo, disebelahnya terdapat Mdalem Kalitan rumah pangeraan masa kejayaan
raja-raja Surakarta. Rumah di mana ibu negara kedua Republik Indonnesia, Ibu
Tien Soeharto, anak dari pejabat kerajaan, tentunya sangat akrab dengan
kehidupan kraton. Pada Tahun 1969 menurut Uda Datoak Majo Nan Sati Bapak
Suherman Saleh, keluarga mdalem Kalitan kesulitan masalah keuangan sehingga oleh ahli
warisnya dipindahkanlah pada tempat yang lain dalam bentuk ganti rugi, berupa
tempat tinggal yang baru, dan juga mendapatkan kompensasi dana dari Ibu Tien
Soeharto. Sampai hari ini Mdalem Kalitan dijadikan museum Pak Harto dan
Ibu Tien, yang bisa dikunjungi oleh umum kapan saja, sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan, antara jam sembilan sampai dengan lima belas tiga puluh, dan
akan di gaed oleh pramuwisata yang proporsional.
Sebagai tamu wisata yang sempat mendatangi
museum tersebut, saya bersama Uda Datok Majo Nan Sati, berkesempatan masuk dan
melihat langsung keadaan serta suasana di dalam Mdalem Kalitan. Begitu mudah
kita menemukan pajangan-pajangan foto bapak Presiden Republik Indonesia yang
kedua Bapak Soeharto bersama istrinya, Ibu Tien Soeharto. Suasana kerajaan
sangatlah terasa ketika memasuki dalam rumah keraton tempo doloe, di mana para raja tempo menjadikan tempat tersebut sebagai pusat
pengendalian kerajaan. Setiap pajangan foto tidak terlewatkan bagi kami berdua
untuk mengabadikan dalam bentuk gambar, sebagai bukti jika kami pernah
mengunjungi rumah keraton Mdalem Kalitan di kota Solo.
Pukul 13.04 WIB., waktu Solo,
makan siang di Ruman Makan Adem Ayem Jl. Slamet
Riyadi No. 342 Solo, bersama bapak Johan, koleganya Uda Datoak Majo Nan Sati. Banyak hal soal
pekerjaan yang mereka bahas, dan banyak hal yang dipelajari dari pembicaraan
dengan seorang pengusaha play word. Sebagai pengusaha yang ta’at akan
pajak, yang memerlukan bimbingan dan pembinaan, tentunya usaha beliau untuk
menuntas bentuk pengabdian kepada bangsa ini, lewat pembayaran pajak
penghasilan dan pajak pertambahan nilai, sebagai warga negara yang baik. Persoaln
pajak dan zakat menjadi perdebatan bagi masyarakat Aceh. Berbenturan dengan
persoalan undang-undang perpajakan dengan keyakinan masyarakat Aceh, yang
memahami bahwa persoalan pajak tidaklah wajib, sebab tidak ada pembahasan yang
terkait dalam Alquran dan Hadis, apalagi sudah mengeluarkan zakat.
Setiap perjalanan yang dilakukan oleh manusia,
kembali pulang adalah akhir dari setiiap langkah yang sudah diayun. Setiap kita
merindukan pulang. Pulang ke tempat asalnya, pulang kerumah ibunya, pulang
kepada keluarganya, pulang ke kampung halamannya. Burung yang terbang saja
tidak lupa pulang, apalagi manusia yang tidak mempunyai sayap untuk terbang, begitulah para penyair mengungkapkan rasanya. Tentunya pulang adalah kembali yang sangat diharapkan. Kembali kepada waktu
disa’at azan berkumandang, pulang kerumah hakikat, yaitu mesjid tempat
bersujud. Kembali kepada asal ketika nyawa berpisah dengan badan, kita kembali
menyatu dengan tanah, melebur, terkuras, yang tersisa hanyalah tulang belulang.
Menjelang pukul 18.50 WIB., waktu Solo, jadwal pemberangkatan pulang menuju
Jakarta, kembali ketempat asal setelah bermu’amalah seharian di kota Solo
bersama Uda Datoak Majo Nan Sati Bapak Suherman Saleh, Ketua Asosiasi Konsultan
Pajak Pablik Indonesia.
Amfat Es Dot Fil, Solo, 28 Januari 2020
Komentar
Posting Komentar