Your Smiling Face Makes Me Happy
Artinya, “Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai)
sedekah bagimu”. (Hadis)
Kata orang tersenyum itu mudah, semudah kapas
terbang dibawa angin. Berbeda dengan mencemo’oh atau mencibir, tidak begitu
gampang untuk dilakukan, sebab untuk melakukan cemo’ohan atau mencibir harus
mengaktifkan ribuan saraf di bibir. Untuk mencibir butuh perangkat yang lain di
dalam hati, yakni cemo’ohan atau mencibir tersebut tidak akan pernah dapat
dilakukan jika hati tidak ikutan berperan. Jika hati sudah membusuk, maka untuk
mencibir dan mencemo’oh, akan dengan sangat mudah dilakukan.
Mencibir atau mencemo’oh hanya bisa dilakukan
oleh orang-orang yang mentalnya rusak. Tujuan dari mencibir hanya satu, yakni
ingin merendahkan martabat orang lain, begitu kata Uda Datoak Majo Nan Sati
Bapak Suherman Saleh. Tidak ada makna yang lain yang dapat ditangkap dari
sebuah cibiran yang dilkukan oleh sebagian orang, selain bermakna merendahkan
orang lain. Dan juga tidak akan ada sebuah motivasi hidup dari aktifitas
cibiran tersebut, yang ada hanya menanamkan kebencian saja.
Sebagian besar masyarakat Indonesia adalah
masyarakat pencibir. Siapa saja dicibiran, dengan berbagai alasan, baik alasan
keterbelakangan tempat tinggal, mental, pendidikan, gaya hidup, kemiskinan,
kekurangan fisik, dan lain sebagainya. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat
yang suka mencibir, jangankan orang biasa wilayah kepemimpinanpun tidak luput
dari cibiran. Bencana alam yang melanda sebuah negeri namun yang dicibir adalah
pemimpinnya.
Bagaimana dengan tersenyum.......sebuah
senyuman menghadirkan rejeki yang tak disaangka-sangka. Bayangkan saja hanya
dengan sebuah senyuman laki-laki bisa menghipnotis seorang perempuan, yang
mana perempuan tersebut akan melahirkan anak dan keturunan baginya. Namun
dengan senyuman tersebut bagi laki-laki juga sering bertengkar dengan istrinya. Kalimat
pamungkas yang sering dilontarkan istri kepada suaminya ketika lagi tersenyum adalah “jangan
mudah untuk menyebarkan senyum kepada wanita yang lain, nanti banyak yang
tergoda” biarkan saya saja yang tergoda dengan senyumanmu daeng tampanku, tidak
boleh ada wanita lain yang tergoda dengan senyuman kamu kecuali aku. Begitulah kekhawatiran pandangan istri terhadap senyum suaminya.
Berbeda dengan bapak failosof kita, abangda Hotmatua
Paralihan, pria asal Medan Sumatra Utara ini, mengutarakan, silakan kamu
tersenyum kepada siapapun, namun hatimu jangan. Tentunya pernyataan ini mirip
dengan sebuah lagu yang dipopulerkan Ike Nurjannah. Intinya, tersenyum itu harus dimaknai sebagai
mimik dari sebuah komunikasi yang membangun rasa kebersamaan. Bukan tersenyum
yang akan menghadirkan malapetaka dalam rumah tangga. Senyum dalam pengertian ini
adalah senyum yang bermakna humanisme nilai kemanusian, bukan senyum yang
bermakna godaan-godaan yang mampu menukar keadaan. Senyum yang dipaksakan adalah
senyumnya para perusak kehidupan. Hanya dengan memanfa’atkan ceme'ohan dan cibiran saja mampu
merubah kebahagian menjadi murka terhadap alam.
Uda Datok Majo Nan Sati, Bapak Suherman Saleh
melanjutkan, tersenyumlah dengan makna sedekah. Kenapa demikian, sebab senyum
adalah perintah Nabi Muhammad saw., untuk menebarkan kasih sayang kepada
sesama. Jika makna senyum adalah sedekah, maka tidak ada alasan bagi manusia
untuk mengeluarkan gerak bibir yang bermaksud cibiran kepada orang lain, dengan
tujuan melecehkan sesama. Sekali lagi saya ulangi (kata Uda Datoak Majo Nan
Sati) cibiran itu tujuannya adalah menjatuhkan martabat manusia. Makanya aktifitas tersebut sangat dilarang dalam agama Islam.
Jika Nabi Muhammad saw., memaknai senyum itu
sedekah, lalu mengapa kita merubahnya dengan cibiran. Bibir tidak diciptakan
untuk menceme’oh. Namun bibir diciptakan untuk tersenyum. Dari senyuman
bibirlah lahirnya keberkahan yang berlimpah ruah. Dari senyuman bibir juga
mendatangkan azab bagi suami, sebab senyum kepada sembarangan wanita, dengan
senyum tersebut akan mendapatkan murka dari seorang istri. Senyum bisa membawa
berkah bagi orang lain, dan dengan senyum juga bisa menanamkan sifat cemburu bagi
seorang istri. Dengan demikian perhatikanlah senyummu dengan baik. Perhatikan tempat
dan waktunya dengan benar-benar tepat.
Tersenyumlah dengan siapa saja dengan senyuman
yang membawa berkah, bukan senyum dengan bibir mencibir lalu yang nampak adalah
cemo’ohan kepada sesama manusia. Yang mana dari cemo’ohan tersebut akan
menimbulkan hubungan yang tidak lagi harmonis antar sesama. "Buanglah dan jangan pernah tersenyum lagi pada alumni hatimu, sebab itu merusak keharmonisan hidup".
Kari Minang 05
Januari 2020
Komentar
Posting Komentar