Artinya, "dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu
berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah
bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan
kamu sebersih-bersihnya". Q. S. al-Ahzab: 33.
Corona
mengajarkan kita banyak hal. Semenjak hadirnya pertama sekali di kota Wuhan
China, menjadi perhatian dunia. China yang menganut sistem ekonomi sosialis
adalah negara dengan kekuatan ekonomi yang mampu merajai pasar ekonomi dunia.
Gerak cepat di bidang ekonomi telah merubah potensi ekonomi dunia yang
sebelumnya dikuasai oleh kekuatan ekonomi kapitalis, China hadir mampu merubah
pandangan penguasaan pasar global.
Perhatian
ekonomi dunia mengarah kepada China, dalam berbagai hal, hampir tidak satupun
produk yang hadir di pasaran dunia tidak bermerek buatan China. Pembajakan
besar-besaran dari segala bidang telah dilakukan oleh produksifitas
China, terutama sekali di bidang elektronik, hampir seluruh dunia beredar alat-alat dan perangkat elektronik yang berasal dari China. Bukan hannya sekedar mampu
menghadirkan benda-benda baru, namun juga berhasil menekan harga pasaran yang
dengan mudah dijangkau oleh setiap lapisan strata ekonomi masyarakat.
Di
balik penguasaan tersebut, titik mundur ekonomi China berawal dari muculnya
virus corona, luluh lantak sendi-sendi ekonomi yang bermazhab sosialis. Kota
Wuhan merupakan salah satu pusat terbesar transaksi ekonomi negara Tirai Bambu.
Kemegahan ekonomi China luluh berkepig oleh karena
munculnya virus yang mewabah ke seluruh kota Wuhan, sehingga pemerintah China
mengambil sikap tegas, menutup akses dari dan kesegala penjuru yang dapat
terhubung antar kota di negara tersebut. Lockdown adalah salah satu cara untuk
memutuskan mata rantai tertularnya inveksi covid-19, dengan menutup akses
segala penjuru kota Wuhan dan kota-kota yang lainnya. Dengan keras masyarakatnya
melawan corona, pemerintah bersama-sama masyarakatnya mampu keluar dari ancaman
virus yang mematikan tersebut.
Kini
covid-19 tidak hanya singgah dan mewabah di kota Wuhan saja, namun
pergerakannya sudah mewabah ke beberapa benua. Corona mengancam seluruh negara
yang ada di dunia, dan dengan sangat mudah kita mendapatkan informasi lewat
media saban hari, hampir tidak ada negara yang tidak didatangi oleh wabah
covid-19, penyebarannya saja yang berbeda-beda. Negara-negara besar seperti
Italia, Amerika, Jerman, Perancis, Rusia, dan termasuk Indonesia, mengalami
kewaspadaan yang hampir sama dalam mengahadapi mewabahnya covid-19.
Ketakutan
dunia menjadi tagline utama dalam berita yang berseliweran pada media-media
utama, baik media cetak maupun media elektronik. Hampir disetiap detik berita
update corona tersebar dari berbagai media. Mulai dari berita alat kesiapan
dalam bertugas bagi pelaku kesehatan, perintah stay at home di
rumah masing-masing, kekhawatiran terhadap ketidakcukupan makanan, lambatnya
peran pemerintah dalam melakukan re-focussing dan re-alokasi anggaran, kepada
masing-masing kepala daerah, resahnya dengan arus mudig masyarakat yang
selama ini berada di daerah pandemic corona menuju kampung halaman masing-masing
bagi para perantau. Siaganya
masyarakat dalam mengawasi perantau yang pulang, memastikan agar setiap mereka
yang mudik tidak membawa pulang penularan covid-19 tersebut.
Covid-19 mengancam
Indonesia. Ketika pada mulanya virus corona
terjankit di wilayah Depok, masyarakat DKI Jakarta menjadi was-was diri. Timbul
beragam persepsi tentang keberadaan virus yang yang sudah memakan korban
mencapai puluhan ribu nyawa anak manusia melayang di seluruh dunia yang
terinveksi. Tentunya, jumlah kematian akibat covid-19 tidak sebanding dengan
kematian yang diakibatkan oleh prilaku aborsi, yang mencapai jutaan orang. Lebih
kurang berjumlah sembilan juta orang. Jumlah ini, tentunya tercatat sebagai
kematian yang sangat tinggi melanda umat manusia diberbagai belahan dunia.
Negara
Indonesia dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia, ketika covid-19
melanda negeri ini, muncul berbagai masalah ketika menyikapi begitu masivnya
penyebaran virus ini. Mulai dari masalah penanganannya, jumlah dokter, rumah
sakit kusus tempat penampungan pasien yang terjangkit, alat pelindung diri
(APD), serta peralatan medis. DKI Jakarta merupakan wilayah yang pertama sekali
terjangkit virus covid-19, kepanikan pertama sekali ada di Ibu Kota negara,
bagaimana tidak, Kota Jakarta adalah wilayah yang paling banyak dikunjungi oleh
berbagai orang, baik yang berasal dari negara lain, juga yang berasal dari
seluruh penjuru tanah air. Transaksii kemanusian di negeri ini berasal dari
Kota Jakarta, melalui kota inilah disinyalir penyaluran covid-19 mencapai
wilayah yang lainnya di nusantara, termasuk penyebarannya sampai ke Aceh.
Timbulnya
kepanikan terhadap penyebaran virus ini, merupakan hal yang wajar bagi warga
negara Indonesia, mengingat perkembangan medis dunia, belum menemukan vaksin
yang tepat untuk menyembuhkan penyakit ini. Dari kepanikan tersebut muncul
beragam reaksi dari masyarakat kita, dan intruksi dari pihak pemangku kebijakan
di negeri ini. Mulai dari menjaga jarak, dengan sistem social
distancing atau dengan metode psycal
distancing.
Gerak
yang dibatasi ini bukan hanya berlaku di tempat-tempat keramaian seperti,
tempat hiburan, mall, angkutan umum, perkantoran, sekolah, jalananan, menutup
akses bandara, terminal, serta berbagai tempat lainnya. Pembatasan interaksi
sosial ini juga berlaku di rumah-rumah ibadah berbagai macam agama, termasuk
Islam, di mesjidpun beredar imbauan dan fatwa ulama untuk memberhentikan ibadah
shalat juma’at dalam sementara waktu, dan imabauan ini juga berlaku pada shalat
berjama’ah di setiap waktu.
Apapun reaksi yang muncul dari tanggapan masyarakat dari
mewabahnya covid-19 ini, terdapat pelajaran yang mesti kita renungi, menyangkut
dengan gaya hidup masyarakat modern yang sering kehilangan jati dirinya. Ada beberapa hal yang mesti kita renungi dan syukuri ekses dari
mewabahnya covid-19, yang mana orang Aceh zaman dulu menyebutnya dengan “ta’en
gereda sampoh”.
Pertama, kesibukan masyarakat modern yang terlalu banyak waktu berada di luar
rumah, hampir saban hari manusia kehilangan waktu untuk diri dan keluarganya.
Aktifitas yang berkaitan dengan dunia materi menjadi fokus utama baginya,
sementara yang terkait dengan spritualitas seolah-olah
menjadi teabaikan. Kesenjengan sosial juga dimaknai dengan penguasaan materi
oleh sebahagian besar manusia, dengan kesenjengan materi manusia
terkucilkan bersama keberadaan benda-benda yang hari ini hadir menjadi
fasilitas yang menunjang kesejateraan hidup. Dengan hadirnya covid-19 manusia
memutar kembali dengan sendirinya, tentang hakikat hidup manusia sebaga makhluk
yang beragama.
Manusia kehilangan waktu dengan diri dan keluarganya. Dengan
hadirnya corona, seolah-olah waktu itu datang dengan sendirinya tanpa kita
sadari, setiap orang harus menetap di rumah, untuk menghindari percepatan
penyebaran covid-19. Dalam peristiwa
ini, kedatangan corona menjadi rahmah bagi mereka yang dahulunya hanya
mempunyai waktu terbatas untuk berkumpul dengan keluarga masing-masing.
Tentunya perintah berdiam diri di rumah ini untuk
membangun kembali keharmonisan dalam keluarga, dan memperbaiki komunikasi dalam
rumah tangga, baik suami, istri, dan anak, serta sanak sodara.
Kedua, kesempatan bagi orang-orang kaya untuk menyedekahkan hartanya
kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah. Corona telah mengharuskan bagi
pemerintah untuk mengintruksikan kepada masyarakat agar melakukan
aktivitas stay at home. Artinya masyarakat tidak boleh melakukan
aktivitas di luar rumah, agar tidak terjadi kontak fisik antar individu. Kotak
fisik ini, menurut penjelasan medis merupakan cara
yang cepat dan mudah tertularnya covid-19. Keberadaan orang yang yang sudah
terinveksi virus ini, walaupun masih dalam penetapan orang dalam pengawasa
(ODP) dengan mudah akan membawa virus tersebut berpindah kepada individu yang
lain.
Aktivitas
menjaga jarak ini, disebut juga dengan social
distancing atau juga dipahami sebagai psycal distancing. Berbagai macam cara upaya yang dilakukan oleh pemangku kekuasaan
untuk mencegah tertularnya penyakit ini. Menetapnya masyarakat di rumah membuat
mereka kehilangan mata pencahariannya. Dengan demikian orang kaya mempunyai
kesempatan yang sangat besar untuk berbagi rejeki kepada masyarakat miskin
berupa bantuan pangan yang layak untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.
Ketiga, munculnya kesadaran masyarakat untuk menjaga
kesehatan diri, dengan mensterilkan tempat di mana dia berdomisi, baik rumah,
dan lingkungannya, di samping menjaga kesehatan pribadi dengan selalu mencuci
tangan dan anggota badan yang lainnya. Menjaga kesehatan dengan menghidupakan
gaya hidup bersih merupakan ajaran Islam yang sudah sejak empat belas abad yang
lalu diajarkan oleh Nabi Muhammad saw., terdapat beberapa hadis yang
menjelaskan tentang ini, di antaranya adalah:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا
كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
Artinya, "Ada
dua nikmat yang manusia sering dilalaikan (rugi) di dalamnya yaitu sehat dan
waktu luang (kesempatan)." (HR. Al-Bukhari dan Ahmad).
Saking pentingnya kebersihan, agama ini memposisikannya separuh
dari iman. Artinya, tuntutan iman adalah menjaga kebersihan.
الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ
Artinya, “Bersuci
itu separoh keimanan”. (HR. Muslim)
Maksudnya, puncak pahalanya dilipatgandakan sampai setengah pahala
iman. Ada yang mengatakan, maknanya iman menghapuskan dosa-dosa yang telah
lalu, begitu juga wudhu’. Sebabnya, karena wudhu’ tidak sah tanpa iman. Karena
harus dengan iman inilah disebut sebagai separoh darinya. Dan masih ada
beberapa pendapat lain mengenai hadits ini.
Menguatkan
makna ini, banyak orang berdalil dengan hadits yang masyhur,
اَلنَّظَافَةُ مِنَ الْإِيْمَانِ
Artinya, “Kebersihan
sebagian dari iman”. (HR. Al-Tirmidzi).
Menyangkut
dengan yang sudah ditekankan oleh Nabi Muhammad saw., tentang begitu pentingnya
menjaga kesehatan bagi manusia, anjuran tersebut dilaksanakan oleh pemerintah
dengan mengeluarkan intruksi untuk melakukan aktivitas stay at home
selama empat belas hari waktu pertama, dan tidak kecil kemungkinan waktu
tersebut akan diperpanjang lagi, mengingat keadaan dan penyebaran covid-19,
apakah semakin parah atau menurun intensitasnya. Menjaga kesehatan diri bagi
manusia juga menjadikannya pribadi yang kuat dan sehat. Sebagaimana
Nabi Muhammad saw., bersabda.
Artinya, “Seorang mukmin yang kuat (fisik,
mental, jiwa, dan raga) lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang
mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan”. (HR Muslim).
Alat yang paling baik untuk membersihkan
adalah menggunakan air, bukan dengan menggunakan tisu, kertas, batu, atau yang
lainnya. Cara mempersihkan najis/kotoran yang dipraktekkan oleh orang-orang
dari benua Eropa atau negara-negara non Muslim dengan menggunakan kertas. Dan ini,
sudah disadari tidak efektif untuk mencegah ketika covid-19 melanda dunia. Melalui
hikmah adanya corona, cara untuk membersih diri dan bersuci dengan menggunakan air seperti yang
dipraktekkan oleh Umat Islam, sebagaimana yang diajarkan oleh Islam lewat
pembelajaran terkait dengan istinjak. Serta membersihkan dengan menggunakan air sudah dipraktekkan oleh
orang-orang jepang, setelah bersentuhan dengan budaya kebersihan yang diajarkan
Islam.
Keempati¸memperbanyak
waktu ibadah, artinya dengan kehadiran corona
manusia menyadari dirinya akan kuasa Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada yang
bisa dikerjakan manusia dalam menghadapi penyebaran covid-19 ini, kecuali
dengan berharap do’a kepada Tuhan untuk dihindari dan dijauhkan dari
terjangkitnya virus ini. Aktivitas ibadah ini, dilakukan secara beragam oleh
manusia, ada yang memperbaiki shalatnya, do’anya, dan memperbanyak membaca
Alqur’an.
Membaca Alqur’an merupakan salah satu cara
sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Imran Hussein bahwasanya, orang-orang mukmin
akan terhijab dirinya dengan perkara-perkara yang mecelakakannya dari buruknya
kehidupan akhirat, termasuk keburukan yang ditimbulkan oleh adanya pengaruh
yang yang menakutkan manusia dari penyebaran covid-19. Hal ini, menurut beliau sesuai dengan firman Tuhan yang terdapat
dalam surat al-Isra ayat 45 yang berbunyi sebagai berikut:
وَإِذَا قَرَأْتَ ٱلْقُرْءَانَ
جَعَلْنَا بَيْنَكَ وَبَيْنَ ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِٱلْءَاخِرَةِ حِجَابًا
مَّسْتُورًا
Artinya, “dan apabila kamu membaca Alqur’an, niscaya kami adakan antara
kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding
yang tertutup”. Q. S., al-Isra: 45.
Kelima, kuatnya intensitas aktivitas manusia di luar
rumah, mobilisasi besar-besaran yang dilakukan oleh kebanyakan manusia dengan
padatnya kegiatan dalam meningkatkan taraf hidup, membuat alam kehilangan daya
imbangnya. Aktivitas manusia dengan menggunakan alat-alat modern,
industrialisasi menjadi faktor tercemarnya lingkungan sekitar. Aktivitas ini,
mempercepat peningkatan suhu panas di bumi, peningkatan suhu ini menyebabkan
lapisan ozon memperlambat proteksi panasnya Matahari yang diserap oleh bumi.
Artinya lapisan ozon membantu peredaran
oksigen di bumi, oleh panasnya Matahari, maka intensitas oksigen di bumi makin
berkurang. Dengan mewabahnya corona aktivitas manusia dengan menggunakan
alat-alat mesin yang menggunakan bahan bakar berbasisi fosil seperti, kenderaan
roda dua, kenderaan roda empat, kereta api, kapal laut, pesawat terbang, dan
mesin-mesin yang digunakan oleh industri di seluruh dunia. Yang mana keberadaan
alat-alat tersebut memicu polusi dan polutan, sehingga mempercepat tercemarnya
udara. Corona hadir menyelamatkan alam dan lingkungan hidup secara tiba-tiba, dan tidak terencana, akibat
mewabahnya covid-19. Oleh karena manusia
berhenti bergerak menggunakan mesin-mesin tersebut, dengan demikian alam
kembali memperbaiki eksosistemnya di bumi, yang pada akhirnya akan bermanfa’at
kembali bagi kehidupan makhluk.
Keenam, corona hadir mengubah keputusan pemerintah, dari orientasi
membangun fisik dan ekonomi, berfokus kepada keamanan, keselamatan, dan
kesehatan masyarakat. Re-focussing dan re-alokasi anggaran dilakukan
secara besar-besaran, dari tingkat atas sampai tingkat pemerintahan yang paling
bawah. Sehingga dengan adanya intruksi tersebut, maka saat inilah masyarakat
bisa menilai siapa pemimpim-pemimpin mereka di pemerintahan segala tingkatan
dan wakil mereka di parlemen. Bagi mereka-mereka yang sudah mendapatkan
kepercayaan menduduki posisi eksekutif, legislatif, dan lain-lainnya, untuk membantu kesiapan pangan dan menjaga
kesehatan masyarakat disaat
melakukan stay at home, Membuktikan Janji-Janji Mereka, jika keberadaan mereka untuk mengahdirkan
ketenagan bagi masyarakat dalam berbagai hal.
Ketujuh, berubahnya kesadaran beragama bagi pemeluk
agama di dunia. Perubahan ini tidak hanya menimpa satu agama saja. Penganut ajaran
Islam semakin memperdalam sisi spritual keagamaannya. Sementara penganut agama
selain Islam (non muslim) di negara manapun, mulai menyadari, bahwa semakin
terlihat benar ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw., melalui tata
cara menjaga kebersihan, kususnya dalam hal mencuci anggota badan yang terkait
dengan penularan virus lewat sentuhan badan kususnya tangan. Mencuci tangan
dengan air menjadi cara terbaik untuk dilakukan oleh masyarakat dunia. Dengan
terjadinya perubahan pandangan masyarakat dunia terhadap ajaran Islam, maka Islam
menjadi agama yang diminati.
Kedelapan, dengan hadirnya corona masyarakat dapat
melihat dengan nyata, bagaimana pemimpin yang sudah dipilih dalam proses
demokrasi bersama-sama masyarakatnya dalam mengahadapi dampak dari pandemi ini.
Kehadiran pemimpin tidak hanya dalam bentuk ucapan belasungkawa saja, bukan
dengan perintah untuk berhati-hati saja. Namun lebih dari itu, pemimpin harus
hadir dengan jiwa, pikiran, dan hartanya.
Ketika negara dalam keadaan ditimpa musibah
kita dapat menilai sejauh mana pemimpin itu bersama-sama masyarakatnya
berjuang. Ketika masyarakat sedang mengalami masa sulit inilah, loyalitas sifat
kepemimpinan kita lihat secara nyata.
Hadirkah dia dengan hartanya, atau hanya
sekedar selfi-selfi saja dan membanggakan diri dengan memanfaatkan bantuan
orang lain untuk membentuk ketenaran dirinya. Sementara harta kekayaannya ditumpuk-tumpuk
secara berlebihan, atau memanfaatkan kondisi
musibah untuk mengumpulkan harta yang banyak melalui penggunaan anggaran yang
disulap, bahkan kebijakan yang diambilnyapun masih saja dia menghitung
dagang untuk kepentingan dirinya.
Menggunakan keputusan re-focusing anggaran untuk mengelabui dan mengolah
harta kekayaan negara, bahkan masih saja mencari keuntungan diri dalam
penanganan dari dampak hadirnya corona ditengah-tengah masyarakat. Di sinilah kita akan melihat secara nyata, mana pemimpin yang
setia, dan mana pemimpin munafik, yang hanya berpura-pura peduli, padahal
mencuri. Mencuri kesempatan dalam kesempitan untuk kepentingan pencitraan
politik kekuasaan.
Tentunya yang
paling utama dari kehadiran covid-19 memperbaiki hubungan antar manusia dengan
makhluk lainnya, alam, dan puncaknya kepada sang maha pencipta.
Seandainya covid-19 datangnya diundang oleh manusia, diundang dengan cara virus
yang diciptakan, maka ini adalah gerak benda yang dihasilkan oleh orang-orang
kafir (inkar) yang bertujuan untuk menciptakan kerusakan di muka bumi.
Menciptakan
kerusakan dibidang kesehatan, ekonomi, politik, budaya, dan yang
lainnya. Dengan tujuan mengacaukan dan menciptakan kerusakan di muka bumi.
Jika benar virus ini diciptakan oleh orang-orang yang inkar (kafir)
terhadap fitrah kemanusian dengan ilmu pengetahuannya, maka pahamilah kalimat terakhir
dari ayat terakhir dari surat al-Baqarah,
dengan narasi ‘alal qaumil kafirin (hegemoni kafir)
di bidang
kesehatan dan jiwa manusia. Fanshurna 'alal qaumil kafiriiiiin (maka
tolonglah kami ya Tuhan dari hegemoninya orang-orang yang inkar (kafir)
terhadap ilmu pengetahuannya, sehingga dengan kemampuan ilmu tersebut, mereka
menciptakan alat perusak berupa virus untuk menghancurkan peradaban manusia di
muka bumi.
Amfat Es Dot Fil, Banda Aceh 02 April 2020
Komentar
Posting Komentar