KEPEMIMPINAN: PREMAN, PERAMPOK, DAN PANCURI


وَمَا كَانَ لِنَبِىٍّ أَن يَغُلَّ ۚ وَمَن يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۚ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

Artinya, “Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya”. Q. S. Ali-Imran/003: 161.

Pemimpin, preman, dan pancuri. Ketiga kata ini sama-sama diawali dengan huruf Pe. Pe yang paling garang dan bringas adalah preman, kata orang-orang preman gabungan antara dua kata pre dan man. Lalu kemudian digabungkan, yang kemudian menjadi satu suku kata yani premakan. Dalam pikirannya preman hanya satu yang selalu dipikirkan. Bagaimana mendapatkan makanan gratis, dan semua yang menyangkut dengan ketersediaan baik pangan, sandang, dan papan harus tersedia sebagaimana yang diharapkan oleh dirinya.

Preman itu dalam menjalankan misi gayanya berubah-rubah, masuk dan mempengaruhi wacana dalam setiap komunitas, tujuannya hanya satu, membaca keadaan dulu, lalu kemudian mencari cara bagaimana menguasai orang-orang disekitarnya. Tidak mau peduli siapa saja, walaupun seseorang tersebut adalah orang yang dimuliakan dalam komunitasnya, tetap baginya dianggap sebagai bawahan dan harus gampang diperintah dan mengikuti perintahnya. Ancaman-ancaman sudah biasa baginya, tidak hanya mengancam mental dan jiwa, juga tidak segan-segan mengancam raga.

Preman dan pancuri cuma beda tipis ruang geraknya, preman lebih mengawali debut karirnya dengan penguasaan tempat dan wilayah, sementara pancuri cuma membaca keadaan saja, lengah orang yang ditargetkannya, maka diapun beraksi. Sementara preman cara berfikirnya lebih kejam daripada pancuri. Preman dengan keadaan tertentu akan menghabisi siapa saja yang dianggap ancaman baginya, sementara pencuri akan menjauhi orang-orang yang dianggap mengancam misinya. Artinya pancuri hanya mencari kesempatan dalam kesempitan. Jika kesempatan ada, situasi memungkinkan sampoh sawit harta orang lain akan dilaksanakannya.

Sementara seorang pemimpin mempunyai sifat leader, dalam narasi keagamaan disebut dengan ar-rijal. Makna ar-rijal menjadi perdebatan bagi kalang para pemikir di dunia Islam, terutama sekali pemikir yang mendalami pemahaman tafsir, pengertian ar-rijal lebih didominasi dengan pemahaman laki-laki dalam bentuk jenis kelamin. Namun dibalik bentuk kelelakian itu juga mempunyai sifat kepemimpinan. Dalam konteks inilah dipahami, bahwa pemimpin harus berasal dari orang yang berjenis kelamin laki-laki. Jika dipahami kata ar-rijal bermakna leader, dengan demikian berpatokan pada jenis kelamin menjadi keliru, mengingat sifat kepemimpinan juga dimiliki oleh kaum perempuan.

Pemimpin dan penguasaan kekuasaan yang mengikat sangatlah melekat padanya. Kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin merupakan kekuasaan dalam bentuk hak kepengurusan. Mengurus setiap orang yang berada di setiap wilayah teritorial masing-masing, dan menjaga setiap keadaan yang berlaku. Seorang pemimpin bukanlah orang yang memanfa'atkan orang lain, menguasai wilayah, lalu kemudian menjaga setiap keadaan untuk memuluskan baginya mendapatkan keuntungan pribadi dan kelompoknya saja.

Keberadaan pemimpin yang berkolaborasi dengan tindakan pemanisme, sangatlah mudah bagi kita untuk mendeteksi dan membaca seperti apa yang disebut pemimpin bermental preman tersebut. Tidak perlu harus membuat penelitian lebih lanjut dan mendetail, tinggal melihat saja keadaan orang-orang yang berada dilingkaran kekuasaannya. Apakah mereka seperti “lintah kenong bakong”, yang kerjanya hanya mengangguk-ngangguk saja keinginan orang yang sa’at itu sedang memangkul kekuasaan atasnya, tanpa bisa membantah, tanpa ada celah memberi masukan, dan tidak menghidupkan dialektikal yang mapan serta kuat, kususnya sa'at menjalankan misi kekuasaannya.

Bawahan-bawahannya memposisikan dirinya seperti Raja Fir'un yang hanya bisa menunjuk-nunjuk saja sesuka hatinya. Menunjuka dan memerintah dari kursi singga sana kekuasaannya. Sesuka hati menjalankan keinginan dirinya, sehingga fungsi kontrol kekuasaanpun tidak berlaku baginya, dan puncak kesombongan Fir'un ketika dia mengaku dan menobatkan diri sebagai Tuhan. Pengakuan sebagai Tuhan oleh sebab Fir'un merasa lebih baik dan lebih benar dibandingkan yang lain. Perintahnya dianggap seperti kitab suci yang tanpa cela sedikitpun.

Pemimpin yang berjiwa preman, tutur katanya tidaklah teratur, tidak teratur dalam berbicara, tidak teratur dalam bertindak, dan tidak teratur dalam memutuskan sesuatu perkara, baik perkara yang sifatnya mendesak maupun perkara yang sifatnya darurat. Sesuka hati dan seenak edewe adalah kesalahan yang selalu dipelihara olehnya. Informasi setiap apapun harus berasal dari dirinya, tanpa konfirmasi dengan keadaan yang seharusnya dipikirkan. Pusat informasi pemerintaha sebagai penyambung lidah kepada rakyat tidak diaktifkan. Pusat informasi ini, dalam konteks kekinian disebut dengan HUMAS, penghubung informasi kepada masyarakat.

Preman ini selalu plinplan dalam bertindak, jika perasaan dan hatinya senang, maka perintahnya menyenangkan diterima oleh bawahannya, jika persaan dan hatinya lagi tidak baik, maka perintahnyapun akan brutal, beringas, memaki-maki, dan membentak-bentak siapapu, tidak peduli dengan bawahan yang bekerja dengan struktur yang mengikat. Siapa yang dia maki, siapa yang diberingasinya, siapa yang dia bentak-bentak, tentu orang-orang yang tidak menjalankan dengan baik perintahnya. Perintah yang menguntungkan diri serta kelompoknya.

Jika saja melekat dalam diri seseorang pemimpin ketiga unsur yang penulis sebutkan di atas yaitu, mental preman dan mental pencuri. Seandainya saja dia memiliki kekuasaan, sudah bisa dipastikan kekuasaan yang dimilikinya akan menyusahkan banyak orang. Dan dia tidak segan-segan akan membunuh karakter orang lain dengan caranya sendiri, serta tidak segan-segan memecat dari jabatan di bawah pengawasannya.

Pemimpin yang bermental preman akan menjalankan kekuasaan dengan cara menguasai orang lain dan menerapkan sikap brutal, siapapun bawahannya tidak boleh membantah, memberi ide, apalagi mendahului. Maka jika didapatinya bawahan yang tidak mau menjalankan visi jahatnya akan dipecat dan disingkirkan. Jika saja bawahannya, atau orang-orang suruhannya tidak mampu menghasilkan uang baginya dalam bentuk setoran atau yang sering kita dengar hari ini dengan istilah fiiii, maka ketahuilah dia itu bukan pemimpin tapi masuk dalam katagori preman, pencuri, dan perampok. Dalam pikiran sang pencuri itu hanya satu yakni melihat untung untuk dirinya dan kelompoknya saja.
Perhatikan dengan baik jika saja ada kekuasaan yang berjalan sa'at ini, sebagaiman yang telah disebutkan di atas, maka sudah bisa dipastikan dia bukan pemimpin tapi preman, perampok, dan pencuri.

Sudah sa'atnya rakyat harus memutuskan mata rantai preman, perampok, dan pencuri dari singgasana kekuasaan. Sebab preman dan pencuri itu akan melakukan apa saja yang hanya membawa untung bagi dirinya saja, jika tidak menguntungkan dirinya maka akan disngkirkan jauh-jauh dan dibuang. Termasuk akan meniadakan program-program pembangunan yang pro terhadap kemakmuran rakyat.
Perampok, preman, dan pancuri tidak akan menyatu dengan kebaikan. Kerusakan demi kerusakan akan terus ada dalam pikirannya. Mencari celah dalam mengelabui keadaan akan terus mengisi pikirannya, dalam bentuk apapun. Jika saja kesempatan memuluskan, maka akan “dipangko pu pu yang na”. Dewan pengawas tidak berlaku baginya, asai meukenaleng misi tetap menjadi lawan dan musuh yang nyata baginya.

Untuk menghadapi situasi seperti itu, semua elemen masyarakat harus kompak, bunuh karakter preman dan karakter mencuri dalam dirinya.

Bangkitlah semua elemen, hidupkan logika kritismu jika sudah ada tanda-tanda preman, pencuri, dan perampok dalam lingkaran kekuasaan yang sa’at ini sedang menjalankan misi kekuasaan atas hak kedaulatan rakyat, bangsa, dan negara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meraih Gelar Doktor; Muchlinarwati Disabilitas yang Menginspirasi

Melihat Masalah dengan Masalah

SURAT TERBUKA: KEPADA YANG TERHORMAT BAPAK BUPATI ACEH BARAT DAYA