MENTOR YANG BERSAHABAT ITU BERNAMA Mr. FADHLI ALI
وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ ٱلْأَرْضَ
وَلَن تَبْلُغَ ٱلْجِبَالَ طُولًا
وَلَن تَبْلُغَ ٱلْجِبَالَ طُولًا
Bukti sejarah. Berkata Ikhwanul Muslimin. Mr. Fadhli Ali
namanya. Kami memanggilnya dengan Abang fadhli, teman Sejawat antar generasi
ini adalah politisi salah satu partai politik nasional,
dan juga pengurusnya. Beliau dibesarkan sebagai aktivis,
yang sa’at ini sangat gencar-gencarnya mengampanyekan terbentukanya provinsi
baru di Aceh, provinsi ABAS (Aceh Barat Selatan), dan juga bergelut sebagai
civitas politik, yang pernah mecalonkan diri menjadi orang nomor dua di
Kabupaten Aceh Barat daya, berpasangan
dengan Suryadi Razali. Namun
dalam proses demokrasi gagal menuju kursi nomor satu, di Kabupaten Aceh Barat
Daya.
Perjalanan politiknya tidak patah arang, pada pemilu
tahun 2014 yang lalu beliau kembali mencalonkan diri menjadi calon legislatif
Provinsi Aceh, Dapil Barat Selatan Aceh, dan langkah beliau juga terhenti
menuju parlemen. Tidak berhenti di situ, pada pemilu tahun 2019 yang lalu,
beliau juga mencalonkan kembali menjadi calon legislatif Provinsi Aceh melalui
dapil Banda Aceh, Aceh Besar, dan Sabang. Di
sini langkah beliau juga terhenti. Begitulah perjalanan politik suami dari Dr.
Iik Sumarni, (seorang istri yang sifat serta akhlaknya tidak kalah menarik dari suaminya. Sama seperti Mr. Fadhli Ali, welcome dengan kami adek-adek binaan suaminya). Mr. Fadh Ali yang sa’at ini sedang menyelesaikan Pendidikan Program Magister
Ilmu Ekonomi di Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. Dan juga mempunyai
seorang menantu Kandidat Doktor dari salah satu warga negara Jerman.
Saksi sejarah. Ikhwanul
Muslimin melanjutkan, Setelah menamatkan kuliah S1, saya pulang ke
Abdya. Diantara kesibukan sebagai pengangguran, saya diajak oleh Kamaruzzaman
kesalah satu kantor paskim BRR bagian perumahan saat itu. Kantor itu di kepalai
oleh sosok yang sangat bersahabat, Bang Fadhli kami memanggilnya. Selain sebagai paskim, beliau juga
mengomandani Aecost sebuah LSM lokal. Sebelumnya kami juga sudah pernah
bertemu, beliau tidak asing dikalangan mahasiswa dengan ide, diskusi dan
programnya. Saya merasa canggung kekantor tersebut karena belum kenal dekat.
Namun Fadhli Ali sama sekali tidak menerima kami sebagai orang asing. Bahkan
beliau langsung menawarkan program “sikula rakyat.” Sejurus saya tertegun
dengan istilah yang beliau ajukan. Kemudian dia menjelaskan apa dan bagaimana
program tersebut. Tanpa diskusi panjang saya dan Kamaruzzaman diperintahkan
membuat rancangan biaya untuk acara dimaksud.
Melalui Aecost, saya didapuk sebagai project officer untuk
menjalankan program yang dinamai “penguatan lembaga dan hukum adat.” Sebuah
kepercayaan yang besar untuk orang yang baru dikenal. Namun itulah kelebihan
bung Fadhli, dia bisa berbaur dengan generasi yang lebih muda. Bersama Ivandi
Akmal, Irwansyah dan rekan-rekan aktivis lain kami terlibat diskusi bahkan
sampai tengah malam. Beliau mengajarkan bagaimana merancang sebuah program,
membuat TOR, bahkan bagaimana mengesekusi program yang telah dirancang. Beliau
menampakkan teknik dalam menjadi fasilitator untuk FGD yang pesertanya tokoh
adat. Bagaimana cara mengejar subtansi diskusi namun tanpa melupakan kearifan
lokal yang penuh canda tawa dalam bertutur. Segala pernak pernik adat tuntas
kami kejar dalam FGD tersebut. Mulai dari mukim,keujrun blang, seuneubok, aria
peukan bahkan sampai dengan segala reusam digampong. Dua kali talk show radio
yang disiarkan live dari Radio Fatali FM miliknya Helmi Sastra, kiranya
menjawab kerinduan dan penasaran masyarakat tentang adat. Program tersebut
diakhiri dengan loka karya yang menghadirkan lebih dari seratus orang tokoh
adat dari seluruh Abdya.
Beberapa nama senior seperti Afdhal Jihad, Jufri Yusuf juga memberi
warna dalam program tersebut. Kehadiran Teuku Daud Yuska dari Garda Madina
Institute juga telah memberi nuansa dan genre yang berbeda dalam dunia
pendampingan masyarakat. Seorang senior, Ilman Saputra pernah mengatakan kepada
saya jika bekerja dengan bang Fadli kalian harus siap dengan manajemen
emergency. Suatu istilah yang saya tidak mengerti saat itu. Namun saya segera
paham, bahwa bekerja dengan Fadhli Ali kita harus siap dengan berbagai
perubahan rencana sesuai dengan tuntunan lapangan. Spidol dan papan white bord
akan selalu ada dalam setiap diskusi. Saya selalu mencoba memahami ide dan
gagasan yang beliau bangun. Lulusan ekonomi pembangunan yang menerima berbagai
teori untuk diuji, dia juga seorang lapangan yang kapan saja siap
mengkonfrontir data. Rasanya terlalu sia-sia berjumpa beliau tanpa data dan
berdebat. Sehat selalu Bang Fadhli Ali.
Sesuatu yang sangat berharga dari sikap yang diajarkan
oleh beliau adalah bagaimana menjadi diri yang selalu welcome dengan
orang lain. Tidak ada sifat mencurigai dan tidak ada ruang pemisah ketika beliau membangun komunikasi,
walaupun dengan sahabat antar generasi. Membangun nilai persahabatan adalah
peradaban yang sudah diajarkan oleh Nabi Muhammad saw., sejak berabad-abad yang
lalu, ketika manusia masih dalam masa kegelapan. Tidak ada satu orangpun yang
hidup bersama Nabi, tidak merasakan nilai-nilai persahabatan, termasuk orang
yang menjadi pembantu di rumahnya seperti Abu Hurairah. Pembantu saja tercatat
dalam sejarah, dan disebut sebagai sahabat dekatnya Nabi Muhammad saw.
Filosofi sahabat......sahabat tidak pernah
mengkhianati sahabatnya dalam segala hal.
Mr. Fadhli Ali sudah mempraktekkan nilai-nilai
persahabatan yang diajarkan oleh Nabi.........
Komentar
Posting Komentar