NUR KEILMUAN IBARAT SINAR MATAHARI YANG MENCERAHKAN
Artinya, “Allah Pelindung
orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran)
kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah
syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran).
Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. Q. S. Al-Baqarah/002: 257.
Berdirilah di tanah yang lapang dan tempat yang terbuka, agar cahaya itu penuh engkau dapatkan. Belajarlah di lembaga-lembaga pendidikan, agar cahaya keilmuan hinggap dalam pikiran. Berdiri di tanah yang lapang, memudahkan bagimu untuk mendapatkan sepenuh cahaya, tanpa adanya hambatan. Belajar di lingkungan yang terbuka, dengan metode yang sistematis dan berkesinambungan, di mana banyak guru yang mengantarkan pengetahuan padamu, akan menghadirkan khazanah pemikiran dengan cakrawala keilmuan yang luas dan tercerahkan. Raihlah cahaya itu, sebab salah satu sifat ketuhana adalah “cahaya”. Ketika seseorang berada dalam majelisnya, dengan sendirinya para penuntut ilmu itu sedang berada dalam “Nur ke-ilahian”.
Belajar dalam perspektif ilmu adalah sebuah usaha membangun wacana intelektual, sementara belajar dalam perspektif kehidupan adalah sebuah usaha dalam memahami pengetahuan, dimulai dari ayunan sampai ke liang lahat. Namun beriringan dengan perkembangan zaman, belajar sudah dipahami dalam perspektif kazanah keilmuan. Adagium “belajarlah sampai ke negeri Cina”. Perintah belajar ke negeri China merupakan sebuah kegiatan percampuran dialektika pengetahuan yang bersentuhan dengan kemajuan peradaban zaman.
Di era kenabian, awal mula Islam memperkenalkan perintah tentang narasi keilmuan. Perintah iqrak diterima oleh Nabi sendiri sebagai bentuk perintah menelusuri tentang sesuatu yang menyangkut dengan ilmu pengetahuan. Bacalah!!! Membaca sesuatu yang tidak diterakan teksnya, dipahami sebagai sesuatu yang membingungkan. Memang iya. Pada kenyataannya ketika nabi menerima pendidikan pertama di kampus Gua Hirak. Di Gua ini, nabi diajari, dibimbing, diberitahu langsung oleh Jibril. Dapat pengajaran langsung dari sosok yang suci tentunya membuat nabi gemetaran dan keetakutan.
Pertanyaannya kenapa, proses pengajaran pertama yang dirasakan oleh Nabi Muhammad saw., mengakibatkan dirinya menjadi takut, gemetar, padahal perintah membaca adalah perintah untuk menjalani proses pencerdasan.
Apakah ini menjadi awal mula bentuk ancaman terhadap pendidikan. Di mana orang-orang yang menempuhnya harus melewati rasa takut, cemas, gelisah, dan gemetar ketika mengingat proses pencerdasan itu tidaklah mudah bagi manusia. Padahal pendidikan pertama yang diterima oleh nabi, bukanlah pendidikan yang harus membayar terlebih dahulu, sebelum proses belajar dimulai. Seperti masyarakat pendidikan hari ini menempuh pendidikan dengan berbagai biayaya yang harus dilunasinya.
Lupakan cerita pendidikan berbayar. Wacana keilmuan dalam studi keislaman menghadirkan berbagai macam konsep. Sejarah keilmuan menapaki pijakan yang kuat disetiap zaman. Ini dibuktikan dengan hadirnya berbagai tokoh antar cabang keilmuan. Bertemunya filsafat Yunani dengan flsafat Islam melahirkan kazanah pemikiran Islam. Tentunya dialektika keilmuan ini berjalan oleh karena campur tangan kekuasaan. Politik pendidikan dan politik kekuasaan harus sejalan. Harun ar-Rasyid adalah salah satu penguasa pada kerajaan Islam dalam sejarahnya sudah mempertemukan antara politik kekuasaan dengan politik pendidikan.
Sebagaimana George Orwell mengungkapkkan, “dalam zaman kita ini, tidak ada yang namanya lepas dari politik. Semua isu adalah isu politik, dan politik itu sendiri merupakan tumpukan kebohongan, penafian, kegilaan kebencian, dan skizofrenia.
Masyarakat manusia adalah masyarakat politik. Sejarah Nabi Adam as. Turun ke muka bumi merupakan sejarah pertama proses sosial bagi manusia dimulai. Jika Adam diturunkan oleh karena sebuah dosa, maka awal mula manusia menjadi makhluk zoon politicun dimulai dari pergemulan bathin antara sifat baik dan sifat buruk. Sejarah Nabi Adam as., terjerumus atas dasar godaan dari setan. Yang menyangkut dengan cerita tentang buah dosa di Syurga. Pergemulan bathin di sini dimenangkan oleh Iblis. Iblis berhasil menggoda nabi Adam as., bersamaan dengan siti Hawa, beban dosa ditanggung hingga keduanya dikeluarkan oleh Tuhan dari syurga ke muka bumi.
Antara Syurga, Adam, Hawa, dan iblis menjadi instrumen yang saling mempengaruhi, penyebab utama dari turunnya manusia pertama ke muka bumi adalah “prilaku dosa”. Dosa menjadi istilah yang harus dipaksakan yang menjadi pengaruh utama lahirnya kehidupan sosial di bumi. Pelaku dosa adalah manusia, sementara pemicunya adalah Iblis. Pada tahap ini manusia harus berterima kasih kepada Iblis, sebab keberhasilan Iblis menggoda Nabi Adam as., dan Siti Hawa, dan keduanyapun melanggar ketentuan Tuhan, dengan pelanggaran tersebutlah Adam as., dan Siti Hawa diturunkan ke bumi. Lalu kemudian menetap di bumi dan menciptakan sejarah kehidupan manusia sebagai makhluk sosial.
Manusia dan ilmu pengetahuan adalah gerak sosial yang melahirkan kebudayaan baru. Budaya yang lahir dari hasil karya, karsa manusia merupakan jawaban utama dari kemampuan manusia untuk merefleksikan kehidupannya, sehingga manusia berkehendak atas diri masing-masing dan kelompok berdasarkan kecendrungan budaya yang telah tercipta. Budaya keilmuan menjawab masalah kehidupan yang beragam berdasarkan institusi kehidupan yang disepakati oleh masyarakat sosial. Kesepakatan budaya sebuah usaha bagi manusia untuk menghadirkan skralitas interpersonal untuk menjalin komunikasi beradap dari kelompok masyarakat yang beragam.
Masyarakat ilmu adalah masyarakat yang membangun peradaban dengan kecerahan berfikir yang lahir dari kemajemukan. Cakrawala yang begitu luas dipahami bagaikan sebuah tempat yang luas dan terang dengan sorotan cahaya. Oleh karena pancaran cahaya yang memancar terbangunlah sebuah peradaban yang saling memahami dalam segala hal. Dari pengertian tersebut lahirlah sifat kasih. Jika engkau mengaku tinggal ditempat yang terang tetapi engkau tidak mampu memahami untuk mengasihani sesamu, maka sesungguhnya engkau masih tinggal dilingkaran yang gelap.
Pancaran cahaya dalam diri manusia, ibarat cahaya matahari. Maka, seharusnya sifat dari matahari memancarkan terang. Oleh karena demikian, jadilah seperti cahaya matahari yang dengan sendirinya mampu menerangi seluruh isi alam. Berbicara cahaya, tentunya kita tidak harus memaknainya sebagai cahaya matahari semata. Ada banyak cahaya dalam diciptakan Tuhan di muka bumi. Cahaya yang dihadirkan dari berbagai macam benda. Seperti Cahaya Bintang, Cahaya Bulan, Cahaya Api, Cahaya Lampu, cahaya yang terpancar dari cahaya yang lain, cahaya gesekan sebuah benda, dan beberapa cahaya yang lainnya. Setiap benda yang mengahasilkan cahay memiliki potensi masing-masing dalam mengantarkan cahayanya.
Setiap benda yang menghasilkan cahaya memiliki kekuatan cahaya yang berbeda-beda, ada cahaya yang memancar dengan sangat kuat, seperti cahay Matahari, Bulan, dan Bintang, dan ada cahaya yang memancar lemah seperti Cahaya Lampu, dan cahaya yang terpancar oleh bantuan benda dan cahaya yang lain. Sebagaimana halnya cahaya yang terpancar dari batu. Batu giok misalnya, hanya bisa memancarkan cahaya oleh karena bantuan cahaya yang lain. Cahaya Batu Giok adalah cahaya yang lemah pancarannya dan tersembunyi pula.
Memahami pancaran cahaya, semestinya didapatkan sepenuh mungkin. Hindari seperti cahaya Batu Giok, bercahaya memang tapi tersembunyi yang pemantulannya mesti dibantu dengan cahaya yang lain, yakni pantulan dari Cahaya Senter. Pantulan cahaya yang dituju tepat pada pantulannya, maka cahaya yang berada tersembunyi dalam cahaya Giok akan terpantul. Dari pantulan cahaya tersebut, setiap orang akan tahu dari jenis apa batu tersebut. berbagai jenis batu akan mengeluarkan warna dari pantulan cahaya yang berbeda. Kekuatan cahaya Giok sangatlah lemah, dan keberadaannyapu tersembunyi. Dalam hal ini, untuk menentuan jenis batu. Penulis bukan ahlinya, maka dengan demikian di sini, penulis tidak menyebutkan jenis-jenis dan nama-nama batu.
Berbicara cahaya dengan pantulan yang kuat, tentunya sangat terkait dengan tempat dan waktunya. Jika saja cahaya yang kuat itu adalah cahaya matahari, maka tempat untuk memperolehnya adalah harus dari tempat yang tidak terhalang dengan apapun. Seperti tanah lapang, lapangan bola, persawahan, di atas pegunungan, dan berbagai tempat yang lainnya. Kekuatan cahaya Matahari juga dipengaruhi oleh waktu. Matahari baru akan memantulakn cahayanya semenjak pagi hari hingga tergelincir disore hari. Perjalan cahaya Matahari juga mempunyai durasinya, setiap durasi mengahsilkan cahaya yang berbeda. Cahaya Matahari disa’at pagi berbeda dengan dengan cahayanya dikala siang dan sore hari. Artinya, setiap durasi dari perjalanan matahari tersebut menghadirkan potensi cahaya yang berbeda-beda.
Durasai dari potensi cahaya ini, ibarat manusia. Manusia yang hadir dalam proses memperoleh cahaya pengetahuan sangat dipengaruhi oleh masanya. “belajar diwaktu kecil bagaikan melukis diatas daun, sementara belajar dikala tua bagaikan melukis di atas air”. Kata bijak ini menandakan bahwa belajar untuk mendapatkan cahaya pengetahuan sangat dipengaruhi oleh faktor usia dan waktu. Dikala manusia mmasih dalam masa pertumbuhan dan usia muda, masih mempunyai kekuatan mengingat yang sangat kuat, sementara ketika masuk pada fase usia tua, kapasitas mengingat semakin berkurang, daitambah dengan beban yang lain yang harus dipikul oleh manusia dewasa, dengan berbagai macam kebutuhannya.
Memahami Cahaya Matahari yang harus didapat mesti berada di tanah yang luas dan lapang, agar supaya pantulannya tidak terhalang dengan benda-benda yang lain. Dalam konteks Cahaya Ilmu Pengetahuan, belajar harus di tempat-tempat yang mengajarkan ranah ilmu yang kompoten di dalamnya. Dan juga harus dilihat dari konteks kapasitas tempat ilmu itu diajarkan. Lembaga-lembaga pendidikan terkemuka, universitas ternama, baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri. Di mana banyak para pengajar profesional berkumpul di dalamnya, dan tentu sesuai dengan ranah keilmuan masing-masing yang diminati. Tanah yang lapang adalah tempat di mana lembaga pendidikan itu berada dengan akreditasi yang menjawab kebutuhan dan perkembangan zaman. Segala ranah ilmu harus dilihat dari kapasitas dan faslitas yang dihadirkan oleh lembaga pendidikan tersebut.
Jika saja, belum menemukan cahaya itu maka berdirilah di tanah yang lapang supaya Cahaya Matahari penuh engkau dapatkan. Dan jika saja belum mendapatkan Cahaya Ilmu Pengetahuan yang luas, maka keluarlah, dan berkelanalah mencari lembaga-lembaga pendidikan yang kompeten di bidang ilmu yang akan di pelajari. Baik Ilmu Pengetahuan Umum maupun Ilmu Pengetahuan yang menyangkut dengan khazanah keagamaan.
Jangan seperti katak dalam tempurung, betah ditempat yang gelap lalu menyalahkan Matahari yang tidak memberikan sinyal cahaya kepadanya. Seperti anjing yang menggonggong dan memaki-maki, sebab tidak dapat meraih daging karena digantung pada tiang yang tinggi, lalu kemana-mana menyalahkan tiang, tiang goblok, tiang celaka, tiang setan. Orang seperti ini penyebar permusuhan dan kesesatan bagi umat. Mari kita berdiri di tanah yang lapang, dan belajar sebanyak mungkin, agar supaya tidak mudah menyalahkan orang lain hannya gara-gara keterbatasan pengetahuan kita. Fungsi dari Cahaya Matahari adalah menyinari, dan fungsi dari ilmu adalah menerangi. Jangan pernah menutupi ilmu yang lain hannya karena satu ilmu yang kita ketahui.
Janganlah menjadi Air yang tergenang, sebab air yang tergenang itu tidak mengalir dan bergerak, oleh karena aktifitasnya selalu berada ditempat, maka wujudnya bakal kotor dan berkuman. Sehingga keberadaannya, jangankan untuk mencuci pakaian, membersihkan kotoran saja tidak baik. Berhijrah wahai jiwa-jiwa profetik, berteman dengan banyak orang, baca dan bacalah setiap ide ide, sebab ilmu itu tercecer disetiap pemikiran manusia, ibarat Cahaya Matahari yang terpantul ke seluruh penjuru. Tidak perlu menghijrahkan raga jika pikiranmu malas membaca. Membaca adalah jendela dunia. Maka dengan demikian wajar dan patutlah ajaran Islam yang pertama adalah perintah untuk membaca. Iqrak adalah upaya Tuhan menutup kebodohan manusia dalam memahami isi jagat raya ini. Kebodohan adalah sebuah aib bagi manusia, sehingga wujudnya harus ditutupi, sebagaiamana aib bagi jasad, yang dipahami sebagai aurat.
Berbicara kebodohan adalah berbicara tentang aurat. Kebodohan dalam makna aurat adalah tertutupnya pintu ilmu pengetahuan bagi manusia. Tertutup akibat tidak adanya pencerahan yang disampaikan oleh kelompok orang yang memahami, atau akibat tidak adanya lembaga pendidikan yang mumpuni disuatu tempat. Ketiadaan wadah penyampaian dan ketiadaan media-media transformasi keilmuan, menjadikan ruang ilmu terbuka menjadi tertutup. Aurat dalam bentuk dan jenisnya terbagi kepada dua bagian. Pertama, aurat badan dan yang kedua, aurat bathin.
Sangatlah mudah bagi manusia untuk menutupi aurat badannya, apalagi jaman sudah begitu canggih, teknologi sudah semakin berkembang, untuk menutupi aurat badan tidak menjadi hal rumit lagi bagi manusia modern. Tinggal membeli kain, lalu menempanya pada tukang jahit sesuai dengan gaya fasion yang diinginkan, tentunya fasioanable yang tidak bertentangan dengan budaya keagamaan dan budaya sosial kemasyarakatan.
Namun sangat berbeda dengan aurat bathin, aurat yang berada dalam diri manusia, tidak gampang menebak apa yang ada dalam diri seseorang, namun apa yang terpancar dari raut wajah menjadi barometer apa yang tersimpan di dalam hatinya. Tidak mudah bagi manusia untuk menutupi aurat bathin ini. Aurat bathin adalah sikap yang tersembunyi dalam diri seseorang, sifat bathin seperti ‘ujub, takabbur, riya, menyombongkan diri, merasa benar sendiri, membanggakan diri, merasa congkak dengan karirnya, merasa tinggi dengan pendidikan dan ilmunya, merasa besar sendiri, dan beberapa sikap bathin lainnya. Aurat bathin ini menghinggap jiwa anak Adam, tanpa terkecuali, siapapun dia. Untuk menutupi aurat bathin ini, hanya satu cara, contohlah filosofi air sebagai materi yang menyegukkan.
Air selalu selalu hadir dalam berbagai momen, sesuai dengan keadaan yang dihadapinya. Air adalah unsur cair yang keberadaannya selalu bisa mencari jalan, jika air berjalan di sela-sela bumi. dia akan masuk ke dalam tanah lewat pori pori bumi, jika air berhadapan dengan tumbu karang dia akan bergeser dan mencari jalur melaju, jika air berhadapan dengan angin, dia akan terbang menjadi uap, lalu menurunkan hujan, jika air berada dipuncak dia akan turun mencari tempat terendah, jika air berada dibawah dia akan mencari kawah dan muara, air akan menetap di dalamnya, lalu kemudian menampung berbagai macam makhluk hidup di dalamnya, seperti ikan, ular, kodok, cacing, buaya, dan berbagai macam binatang sejenisnya.
Berdasarkan bentuk bendanya cair, air tidak akan duduk di tempat yang tinggi. Air akan terus menuju posisi terendah, untuk berdiam diri dan membentuk kehidupan baru di dalamnya. Artinya adalah, air dipahami sebagai simbolisasi ilmu pengetahuan, orang yang berilmu, tahu dan sangat memahami baunya orang salah. Lalu bersama-sama mereka ilmu akan berkembang seperti air yang mencari dan menetap di dalam kawah dan muara. Dengan menetapnya ilmu di muara seperti air menetap di dalam kawah, sehingga mewarnai kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Memahami air sebagai simbolisasi kesejukan yang mau mengorbankan dirinya untuk kehidupan makhluk yang lain, sehingga makhluk-makhluk itu tenang menjalani hidup di dalamnya, lalu mengapa ilmu tidak berkumpul dengan kerendahan, agar supaya pengetahuan orang berilmu mampu mencium baunya orang salah.
Aurat bathin adalah penyakit bagi manusia, Sementara aurat badan menjadi obat buat pandangan mata. Dengan banyak orang-orang yang membuka aurat badan, baik di jalan-jalan, dipusat pembelanjaan, di mol, restauran, ditempat hiburan, di pantai, dan di tempat-tempat yang lain, maka semakin berpeluang bagi kita untuk mencuci mata.
Berbeda dengan aurat bathin ini, semakin kelihatan busuknya hati seseorang maka semakin muncul rasa ketidaksukaan kita kepadanya. Solusinya adalah, tutuplah aurat badan itu dengan pakaian yang sudah disempurnakan modelnya, dan tutup juga aurat bathin itu dengan ilmu dan sikap yang sudah disempurnakan juga. Sehingga dengan aurat yang tertutup manusia terhindar dari sebuah prasangka-prasangka buruk atas dirinya.
Berprasangka buruk itu sesuatu yang sangat mudah untuk kita lakukan, melebihi mudahnya angin menerpa pasir di pantai. Apabila keburukan orang lain menjadi perhatian kita, maka purba sangka itu menjadi tradisi yang selalu berulang kali untuk dilakukan, tanpa melihat latar dan konteksnya. Dugaan-dugaan semata bukanlah tradisinya sistem berfikir ilmiyah sebagai dasar pegangan kita, dalam memahami sebuah studi kajian dalam hal memahami sesuatu masalah.
Studi itu merupakan usaha yang sadar dilakukan untuk memperdalam dan mempertajam pemahaman dalam memahami sebuah masalah, baik menyangkut data, fakta dan konteksnya. Jika dugaan sudah mengalahkan cara berfikir yang sistematis dan runut, lalu apa bedanya kehidupan manusia dengan binatang di hutan belantara yang tidak pernah menggunakan akal sehat dalam memahami gejala-gejalanya, sebagai pembentukan karakter yang membudaya dalam kehidupan manusia.
Alqur’an tidak menjelaskan kepada manusia bagaimana perbedaan antara manusia dan hewan, akan tetapi menjelaskan bagaimana manusia itu bersikap terhadap sesamanya dalam memahami keberagaman, baik beragam dalam cara berfikir, tingkatan berfikir, kedudukan, kebijakan, program, strata sosial, masyarakat awam, pemimpin dan lain sebagainya. Dari keberagaman ini akan muncul berbagai macam gejala, jikalau setiap keberagaman ini dicurigai dan diduga-duga dengan prasangka buruk, maka keberagaman yang sudah menjadi fitrah ciptaan Tuhan untuk manusia dan alam ini, tidak akan menjadi rahmah bagi umat manusia. Jika rahmah tidak ada jangan pernah bermimpi sebuah negeri yang baldatun, thaiyibatun, dan warabbul ghafur akan terwujud, untuk menyelesaikan masalah bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Ilmu Pengetahuan ibarat Cahaya Matahari, di mana sifat keberadaannya
adalah menyinari. Untuk mendapatkan Cahaya Matahari haruslah berada di tanah
yang lapang, tanpa ada celah yang menghalanginya, sehingga cahaya tersebut
penuh didapatakan. Panas memang Cahaya Matahari itu, namun panasnya akan
membawa terang bagi manusia. Bertahanlah di sana, bersama Matahari yang
menyinarinya. Sama halnya dengan lembaga pendidikan yang terkemuka, yang akan
menghadirkan cahaya pemahaman dalam diri manusia. Belajar memperoleh ilmu merupakan
sebuah tantangan bagi manusia.
Bersabarlah kamu bersamanya, sehingga tatanan demi tatanan keilmuan dipelajari secara berjenjang. Dengan jenjang tersebut manusia akan mencapai tingkat kecerdasan yang mencerahkan, ibarat cerahnya Cahaya Matahari yang menyinari bumi. “tuntutlah ilmu itu, walau ke negeri Cina sekalipun”. Artinya, raihlah cahaya itu walaupun di tempat yang jauh dari tempat asalmu. Jangan seperti katak di dalam tempurung, terkurang dengan ketiadaan cahaya di dalamnya, jangankan untuk mendapatkan udara segar, bernafaspun susah. Dan jangan seperti air yang tergenang, sebab akan mengotori dirimu dan mencemarkan lingkungan yang mengitari dirimu.
Banda Aceh, Amfat Es Dot Fil, Jum'at 07 Agustus 2020
Komentar
Posting Komentar