RASA TAKUT: ANTARA MUSIBAH DAN KEMAMPUAN MANUSIA MENANGGUNG BEBAN
Artinya, “Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada
orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami
apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum
yang kafir". Q.S.
al-Baqarah/002: 286
Ayat
ini merupakan ayat yang terletak pada akhir surat Al-Baqarah.
Narasi yang terkandung di dalamnya adalah sebuah ungkapan Tuhan terhadap
kemampuan manusia dalam menghadapi setiap ujian yang menimpa anak Adam.
Mukallaf adalah subjek yang menanggung satu beban taklif atasnya. Tentunya di
sini bukan beban taklif dalam pengertia fiqh, melainkan kemampuan beban dalam
pengertian cobaan-cobaan hidup yang ditimpakan atasnya, baik ditimpa atas per
individu maupun musibah yang menimpa atas seluruh anak manusia.
Kemampuan
menahan sesuatu telah diukur dengan skalanya masing-masing, beban selalu akan
berimbang antara benda dan berat massa jenisnya. Melanggar terhadap keseimbangan
akan mengakibatkan berat benda kehilangan massanya.
Hitungan-hitungan angka yang berkenaan dengan massa jenis sangat detail
dijelaskan dalam ilmu fisika, dan juga beberapa ilmu yang terkait dengannya.
Menghitung berat benda sama dengan menakar kemampuan massa.
Benda-benda
yang mengitari langit dan bumi sudah diatur dan berjalan sesuai dengan
ketentuan berat dan massa jenisnya masing-masing. Ada benda yang harus berjalan
dengan cepat, ada benda yang menetap, ada benda yang menjadi penopang gerak
benda lainnya, ada benda mempengaruhi suhu, ada benda yang mengontrol gerak
laju mata angin, ada benda yang harus bergeser demi menyeimbangkan benda yang
lain. Kesimpulan dari setiap gerakan benda-benda tersebut adalah sistem gerak
yang sudah ditetapkan Tuhan, yang bergerak sesuai dengan letak dan porosnya.
Manusia
juga makhluk yang mengikuti gerak bersama benda-benda yang lain. Dengan
kemampuan akalnya manusia mampu mengikuti gerak keseimbangan yang melaju
bersamaan dengannya. Manusia mampu mengontrol dan mendeteksi gerak musim,
manusia mampu mengatur gerak yang menyangkut dengan arah mata angin, manusia
mampu mengatur gerak cahaya, manusia mampu mengatur siklus kehidupan, manusia
mampu merekayasa kegenetikan, manusia mampu mengatur siklus kehidupan sosial,
ekonomi, dan politik. Akan tetapi manusia tidak mampu memprediksikan tentang
langkah, rejeki, pertemuan, dan maut.
Oleh
karena manusia tidak mampu menakar empat kegaiban dalam perjalanan hidupnya
yang menyangkut dengan langkah, rejeki, pertemuan, dan maut. Maka dengan
demikian,Tuhan mengajarkan manusia tentang sebuah harapan, agar dihindari dari
peristiwa-peristiwa masa lalu yang menjadi beban atas dirinya, ketika peristiwa
tersebut kembali terulang di masa kini dan masa yang akan datang. Dengan
demikian hadirnya firman Tuhan dalam bentuk narasi agar supaya manusia tidak
menimpa dirinya atas apa yang sudah pernah menimpa manusia-manusia dimasa
lampau.
Berharap
kepada Tuhan untuk tidak ditimpa atas apa yang menimpa manusia masa lampau yang
dianggap berat baginya, dan berharap kepada Tuhan agar tidak dibebani beban
berat sebagaimana Tuhan sudah pernah membebani peristiwa tersebut kepada
manusia sebelumnya. Peristiwa-peristiwa seperti penyakit, kekacauan, bencana
alam, perang, wabah, dan peristiwa-peristiwa lainnya, yang pernah ada dan
menghancurkan peradaban manusia. Kisah-kisah para nabi terdahulu menjadi bukti,
disa'at umat membangkangi atas apa yang sudah disyari'atkan Tuhan kepadanya,
lalu mereka dihancurkan dengan seketika bersama dengan pembangkangannya.
Ketakutan
yang menimpa manusia atas wabah corona merupakan bentuk beban taklif atas anak
Adam menyangkut dengan cobaan hidup berupa musibah. Musibah yang dulu pernah
dirasakan oleh orang-orang pada masanya merupakan bentuk teguran kepada manusia
atas apa yang telah diperbuatnya di atas muka bumi. Tidak akan ada sesuatu yang
menimpa anak Adam kecuali semua itu sesuai dengan apa yang diperbuat oleh
dirinya. Sama seperti berat benda sangat menentukan beban massa jenisnya.
Akhir dari ayat di atas memahamkan kepada kita bahwa, narasi yang harus dibangun oleh manusia ketika ditimpa musibah yang menjadi beban baginya, adalah dengan cara meminta untuk dima'afkan atas segala dosa-dosanya, meminta ampunan atas apa yang sudah diperbuatnya, memohon kasih dan rahmat-Nya agar supaya dihindari dari musibah yang datang dari ulah tangan manusia itu sendiri. Kalimat terakhir dari ayat tersebut merupakan sebuah pengakuan bahwa Dia-lah Tuhan satu-satunya yang mampu menjadi penjaga atas apa yang sa'at ini menimpa anak manusia.
Virus covid-19 merupakan salah satu penyakit yang menjadi momok menakutkan bagi manusia, yang sampai hari ini belum ada kepastian obat untuk menyembuhkannya. Jika virus ini benar-benar datang dari Tuhan untuk menguji hamba, atau memang diundang (diciptakan oleh manusia) untuk menciptakan kerusakan di muka bumi. Jika virus corona datangnya dari Tuhan, maka ini adalah cobaan dalam bentuk musibah, maka cobaan tersebut tidak akan menimpa anak Adam, kecuali sesuai dengan kemampuan manusia itu sendiri memikulnya.
Seandainya
virus corona datangnya diundang oleh manusia, diundang dengan cara virus yang
diciptakan, maka ini adalah gerak benda yang dihasilkan oleh orang-orang kafir
(inkar) yang bertujuan untuk menciptakan kerusakan di muka bumi. Menciptakan
kerusakan dibidang kesehatan, ekonomi, politik, dan yang lainnya, dengan tujuan
mengacaukan dan menciptakan kerusakan di muka bumi.
Kerusakan
yang diciptakan oleh orang-orang inkar tersebut, Tuhan mengajarkan kita do'a
untuk berlindung darinya, maka sering-seringlah membaca ayat di atas, yang pada
akhir ayat tersebut meminta perlindungan kepada Tuhan atas hegemoninya
orang-orang yang inkar terhadap perintah-perintah Tuhan untuk tidak menciptakan
kerusakan di muka bumi.
Jika
virus ini diciptakan oleh orang-orang yang inkar (kafir) terhadap fitrah
kemanusian, yang menyalahgunakan kemampuan Ilmu Pengetahuan, dan keajuan tehnologi di
bidang farmasi, maka pahamilah
kalimat terakhir dari ayat di atas dengan makna "qaumil kafirin"
yang dapat kita pahami hari ini, dengan
terjemahan yang imperialisme atas pongahnya HEGEMONI
KAFIRUN dibidang kesehatan dan jiwa manusia.
Oleh karena demikian, bagian terakhir dari ayat tersebut
Tuhan mengajarkan kita doa permintaan untuk dijauhkan atau diselamatkan dari
pengaruh buruk pihak yang inkar terhadap tindakan dan pengetahuannya, dengan
narasi "Fanshurna 'alal qaumil kafiriiiiin" (maka
tolonglah kami ya Tuhan dari hegemoninya orang-orang yang inkar (kafir) terhadap
ilmu pengetahuannya, sehingga dengan kemampuan ilmu tersebut, mereka
menciptakan alat perusak berupa virus dengan segala jeisnya
untuk menghancurkan peradaban manusia di muka bumi.
Komentar
Posting Komentar