AIR SELALU BISA MENCARI JALAN

 ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ ٱلْمَآءِ كُلَّ شَىْءٍ حَىٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

Artinya, “Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman”. Q. S. Al-Anbiya/21: 30

Aku bagaikan air yang mengisikan wadah untukmu, aku bagaikan uap yang mengantarkan sejuk dalam jiwamu, aku bagaikan ombak yang mengantarkan gelombang  dalam hatimu, aku bagaikan zat yang mencair yang mengisikan kebahagiaan dalam relung-relung kegelisahanmu.

Air selalu bisa mencari jalan. Ketika air berhadapan dengan tumbu karang, ia akan membelokkan haluannya. Ketika air berhadapan dengan pori-pori bumi, ia kan masuk ke dalamnya secara perlahan-lahan. Ketika air berhadapan dengan suhu matahari hari, ia akan berubah menjadi uap. Ketika air bertemu dengan suhu yang rendah, ia akan mengeras menjadi es yang berbentuk bebatuan. Ketika air berhadapan dengan angin, ia akan terbang bersamanya. Ketika air bertemu dengan api yang membakar, ia akan meredamkannya. Ketika air bertemu dengan ruang yang menurun, ia akan berlari kencang menuju kerendahan. Ketika air bertemu dengan lembah yang dalam, ia akan menetap di dalamnya.......... “Air selalu bisa mencari jalan”.

Sudah menjadi sifatnya, air itu dingin,  air itu menyejukkan, air itu membersihkan, air itu menghidupkan, air itu menjadi sumber kehidupan bagi segala makhluk yang ada sebagai sumber kehidupan.  Tidak ada satu makhlukpun di dunia ini, yang terlepas dirinya dari peran air. Air ada di batang tubuhnya tumbuhan, air ada di dahannya, air ada di cabangnya, air ada di daunnya, air ada di akarnya, dan akar adalah bagian terdekat dengan air, sebagai sarana utama air itu masuk ke berbagai organ tumbuh-tumbuhan.

Begitu juga makhluk yang lainnya, air ada di dalam tubuh segala jenis hewan, air ada di dalam tubuhnya manusia yang berakal. Dan air tidak hanya menjadi sumber kehidupan manusia, bahkan air juga bagian yang memusnahkan kehidupan makhluk yang ada. Air akan beringas ketika dia berubah nama menjadi tsunami, air bakal menjadi beringas ketika dia berubah nama menjadi banjir bandang, dan air akan mematikan ketika dia menjadi uap yang beracun.

Kata air dalam Alquran disebut dengan “maak” dalam bentuk nakirah disebutkan berjumlah 33 kali, dan dalam bentuk ma’rifah disebutkan berjumlah sebanyak 16 kali. Air juga sebagai simbul keberkahan, berkah dalam artian segala sesuatu yang menjadi sumber penghidupan segala makhluk di dunia ini berasal dari air. Dari air ditumbuhkanlah biji, lalu biji menjadi akar, akar menjadi batang, batang menjadi cabang, cabang menjadi ranting, ranting menumbuhkan bunga, dan pada akhirnya dari bunga akan mengahsilkan berbagai macam buah dari tumbuh-tumbuhnan yang menjadi makanan berserat bagi manusia.

Tuhan telah menjadikan tubuh manusia dan makhluk yang lain didominasi oleh air di dalamnya. Bagi manusia seharusnya energi air menjadi sifat utamanya. Ternyata tidaklah mudah menjadi bagian darinya. Penciptaan yang mendominsi dalam diri manusia itu adalah  air, namun manusia sendiri tidak mampu menjadikan sifat air menjadi sifat dalam dirinya.

Air menjadi sumber keberkahan pada makhluk. Dan yang paling merasakan nikmat kehadirannya adalah manusia. Namun keberkahan itu tidaklah terpahami begitu saja, jika manusia tidak memahami, bahwa air merupakan bentuk turunan dari sifat rahman dan Rahim-nya sang penguasa jagad raya. Oleh karena kemampuan manusia tidak mampu memahami batas kesempurnaan dirinya, maka rasa untuk memaknai kehadiran air yang seharusnya menjadi tolak ukur dirinya dalam bersikap jadi terabaikan.

Aku dan kamu seharusnya mengadopsi sifat seperti air. Air dengan sifatnya yang lembut dan menyejukkan, akan selalu mencari tempat yang rendah. Kerendahan ini bukan berarti air tidak mampu menduduki tempat yang tinggi. Sebab air jika sudah berada ditempat yang tinggi serta berbukit, maka musibah bagi manusia akan menimpanya, dan banjir akan melanda bumi. Air jika berdiri dalam posisi tegak bersama angin, maka ia akan berubah menjadi tsunami yang siap menyapu apa saja yang ada di hadapannya. Air jika  bersama suhu panas matahari, terbang bersama uap dan ketika jatuh ke bumi, dan turun bersama hujan, kehadirannya akan menjadi rahmat manusia.

Aku bagaikan air yang selalu datang kepadamu dalam bentuk kesejukan, tanpa merasa potensi diri terus mengikis. Aku datang penuh dengan hikmah yang selalu memahami kamu dengan kebijaksanaan. Sifat merendah dalam diriku sebagai sifat air yang selalu mencari muara, orang-orang menyebutkan dengan jiwa yang selalu berusaha untuk tawadhu’.

Ketika aku menjadi air yang selalu menyuguhkan kerendahan kepadamu, engkau memahaminya sebagai bentuk kehinaan.  Ketika aku datang bersamamu dengan sifat air yang menyejukkan, engkau memahaminya sebagai bentuk kelemahan. Ketika aku datang kepadamu dengan sifat air yang mencair dengan panas engkau memahaminya sebagai bentuk kepengecutan. Ketika aku datang kepadamu dalam bentuk air yang bersifat menendang oleh karena muara yang begitu dalam, engkau memahaminya sebagai bentuk kekejaman.

Setiap kita, dari manapun asalnya, apapun agamanya, menduduki strata sosial apa saja, sebagai penguasa, pengusaha, konglomerat, ilmuan, dan berbagai profesi lainnya, hendaklah setiap kita mengadopsi dan menjiwai filosofi air dalam memahami diri sendiri dan orang lain. Unsur yang terbanyak dalam tubuh manusia ini jangan sempat diabaikan. Pendidikan utama manusia adalah dirinya sendiri, belajar pada diri sendiri dengan menjadikan fakultas segala rasanya adalah air.

Manusia yang selalu memaknai unsur air dalam jiwanya, akan selalu mencari jalan untuk mengembangkan potensi diri dan mengembangkan potensi orang lain, sebagaimana ia kembangkan untuk dirinya sendiri. Sifat air sebagai pemberi sumber kehidupan utama bagi makhluk adalah sebuah kekuatan mendasar bagi kita bahwa, hidup ini harus mencapai kemajuan bersama. Menuju kesejahteraan secara berbarengan tidaklah mudah dilakukan, oleh karena sifat buruk yang ada dalam jiwa manusia sering tidak terkalahkan.

Api sebagai simbol amarah dalam diri manusia akan selalu mengarahkan jiwa-jiwa itu menjadi penganut aliran kesombongan, iri hati, hasut, dengki, khianat, dan mau menang sendiri. Unsur api bukanlah elemen utama dalam penciptaan manusia, namun menjadi unsur pelengkap saja untuk mengiringi suhu tubuh, maka sangatlah keliru ketika manusia mendominasikan amarah dalam jiwanya. Dalam ilmu kesehatan tidak dianjurkan berapa jumlah suhu panas yang harus dikonsumsi oleh manusia setiap harinya. Berbeda dengan  air, walaupun manusia itu berasal dari unsur air dan dalam tubuhnya mengandung air, namun pada tiap harinya ilmu kedokteran hari ini, menekankan bagi setiap orang untuk mengkonsumsi air secukupnya dengan takaran yang sudah ditentukan.  

Air yang mendominasi dalam tubuh manusia seharusnya  mampu meredam amarah yang berasal dari unsur api. Cukup memahami sifat utama yang terdapat dalam air adalah mendinginkan. Setiap dari kita pasti mampu melakukannya, asalkan saja dia menyadari bahwa dirinya adalah air yang selalu memancarkan kesejukan, ketenangan, kelembutan, keindahan, serta dengan gerak ombak yang menina bobokan. Dan tiba waktunya, ketika sa’atnya bergerak air itu akan mengalir bersama-sama dengan membiarkan yang terdahulu melangkah berada pada front terdepan. Tidaklah sesama air itu saling menendang, walaupun harus mendorong itu bukan untuk menjatuhkan, melainkan hanya untuk memperkuat satu sama lain dalam melangkah ke depan.    

Bagaimana bisa engkau mengharap kepadaku untuk menjadi air yang mendominasi dan menghidupkan sel-sel di dalam tubuhmu, sementara posisi berdirimu terus meninggi. Bukankah pada sifat yang demikian itu engkau tidak memahami, jika air tidak akan dapat mendaki ke tempat yang tinggi. Jika engkau penuh harap pada air yang menyegukkan, janganlah sekali-kali engkau meninggikan diri. Bukit yang tinggi bukanlah tempat terbaik untuk menampung air yang banyak dan dengan waktu yang lama. Bukit itu, tempat di mana sumber panas matahari sangatlah dekat, yang membuat air seketika akan menjadi uap.

Jangan pernah engkau mengharap sejuk, jika api unggun engkau nyalakan. Jangan pernah engkau berharap bijak, jika amarah selalu menjadi tumpuan meluapkan perasaan. Jangan pernah engkau mengharap kebahagiaanmu bersama yang lainnya akan tercapai, jika air sebagai sumber filosofi kebijaksanaan tidak ada dalam jiwa dan pikiranmu. Aku yang menyimbolkan diri seperti air, tidak akan datang mendaki jika tempatmu terus meninggi.

Wahai jiwa yang selalu dihantui kegalauan, jangalah engkau terus meninggi, merendahlah bersamaku, bagaikan air yang berjalan dari tempat yang tinggi mencari muara untuk berdiam diri dengan tenang. Muara yang luas, yang kita sediakan bersama, akan menjadi tempat bagi kita untuk berdiam dan bahagia bersama makhluk yang lainnya. Muara yang luas dengan air yang banyak tertampung di dalamnya, akan mengantarkan kehidupan terhadap makhluk yang ada disekitarnya.

Jika aku terus merendah, bagaikan air yang mencari muara untuk berdiam diri, dan kamu terus meninggi bagaikan bukit yang bangga dengan panasnya matahari. Jika engkau terus meninggi dan aku terus merendah, bukankah dengan begitu posisi kita akan semakin menjauh. Maka, jiwa yang merendah ini tidak akan mencapai duduk besama dengan amarah bak panas matahari yang siap menyerap air menjadi uap.

Jangan engkau paksakan aku mendaki gunung yang tinggi, dengan panas matahari yang akan me jadikan aku uap, dan jangan pula engkau paksakan aku menyeberangi lautan yang luas, lalu membiarkanku tenggelam di lautan merah seperti Fir‘un mengejar Musa.

 

Amfat Es Dot Fil, 18 Agustus 2020

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meraih Gelar Doktor; Muchlinarwati Disabilitas yang Menginspirasi

Melihat Masalah dengan Masalah

SURAT TERBUKA: KEPADA YANG TERHORMAT BAPAK BUPATI ACEH BARAT DAYA