MANUSIA MESTI ROMAN DI RUANG SOSIAL

Mari kita hidupkan sisi roman dan bersahaja serta bersahabat dalam memahami sesuatu. Setiap ruang sosial selalu terisi dengan problem yang dipahami beragam. Ada kelompok yang pro dan ada kelompok yang kontra. Dari semenjak Indonesia merdeka, ruang sosial dan politik sudah berjalan dengan dialektika yang begitu panjang. Tidak jarang dari perdebatan tersebut menimbulkan polemik sosial dalam masyarakatnya. Salah satunya adalah polemik RUU Omnibuslaw.

Tidak hanya menyangkut ruang sosial politik, termasuk juga ruang sosio-religius. Sejarah panjang umat Islam dalam berbagai pemikiran telah melahirkan kelompok yang berbeda-berda. Dari perbedaan tersebut agama menekankan agar bertemu pada ujung kedamain. Ujung kedamaian yang diajarkan Islam adalah berakhir pada titik "rahmatal lil 'alamin. Manusia sebagai makhluk yang aktif menempati ruang sosial dibekali akal sebagai alat untuk menimbang dan mengukur setiap masalah.

Islam juga menuntut agar kita serius, namun dalam membangun bangunan keseriusan, juga jangan lupa terhadap kaedah candaan. Sebagai manusia yang harus dibekali dengan nilai-nilai agama, keseriusan sangatlah dituntut, namun dalam menyerap pengetahuan tersebut tidak perlu seperti orang yang sedang terjun dalam medan pertempuran, yang mana setiap kita bersiap siaga untuk membunuh lawan.

Pengetahuan itu sesuatu yang sulit, dan agama itu sesuatu yang berat untuk dipahami oleh manusia. Oleh karena demikian, jangan perkuat beban kepada manusia untuk memahami ilmu, dan jangan memberatkan jiwa dalam memahami agama. Toh ajaran Islam yang ditekan Tuhan kepada Nabi Muhammad saw., adalah dengan memberikan kabar gembira kepada manusia, bukan menakutinya, apalagi mengancam dengan dalil yang tidak berimbang.

Kita harus banyak bercanda. Dalam belajar dan mengajar, apapun itu, baik belajar agama atau belajar ilmu umum lainnya, harus diisi ruang pembelajaran dengan sisi roman dan candaan. "bek serius tat" (jangan serius kali). Untuk apa segala kepemilikan dunia melekat padamu, sementara akalmu tidak dapat lagi bercanda dan romansa dengan manusia. Istana megah yang melekat dalam pikiranmu menjadikan akal itu menjadi sempat dan tidak memiliki ruang lagi untuk mengantarkan rasa serta canda. Bercandalah dengan manusia sebagaimana iblis bercanda dengan Adam, sehingga dengan candaan itu menjadi perasai mempercepat Adam dan Hawa turun ke bumi dan berkembang biak, lalu dengannya manusia membangun peradabannya di dunia.

Jangan apakalilah.................

Bek tapakek dalil poh gajah untuk poh jamok (jangan gunakan dalil memukul gajah, hanya untuk memukul nyamuk). Belajar itu lebih kurang seperti memperlakukanan seorang perempuan.

Lakukan dengan pelan-pelan, sambil dicandain, dengan menggunakan kalimat personifikasi dan kalimat metafora, sebagaimana candaan pengantin baru di malam pertama dan malam-malam seterusnya. Dengan menggunakan kalimat seperti ini, ini gunung milik siapa ya...... kok lereng gunungnya tidak bertangga, bagaimana ya cara menaikinya. Dan bla bla bla..dan gunakan kreatifitas masing-masing.

Ini sawah cangkulnya di mana.

Bek gerebam gerubum aju (jangan main hantam aja), bak gaya model preman sambu dan preman tanah abang, dengan berteriak-teriak sambil cakar-cakaran, berkata dengan bentak-bentak.......buka bajumu, buka celanamu...buka behamu..buka-buka-buka semau, cepat, kalo tidak kupijak pijak kau nanti. Pane tema lagenyan (mana pula begitu). Gaya seperti ini membuat trauma sang wanita.

Sebagian orang, serius sekali dalam memahami dan merespon sesuatu, pada apa yang dipahami dan apa yang direspon tidaklaj seperti apada adanya. Akan tetapi respon kita sudah terlalu jauh dan berlebihan. Proteksi boleh tapi emosi jangan, marah boleh tapi menyulut amarah jangan, benci dengan sifatnya boleh tapi bermusuhan dengan orangnya jangan.

Sebagaimana halnya Gus Dur sambil bercanda dan ketawa ketika berkata Alquran kitab porno. Sebab kenapa begitu, Gus Dur tahu, audiensnya suka nonton film porno, jadi Gus Dur ingin menyampaikan, jangan khawatir mas brooo, di Alquran juga ada porno pornonya.

Sebagai bukti agama mengatakan, wanita dan laki-laki itu adalah pakaian bagi mereka berdua. Makna pakain sangat luas jika kita ingin membahasnya, salah satu cara untuk mengetahui keduanya adalah pakaian harus membaca "baca buku kama sutra".

Bercandalah, bersahabatlah, dan berikan informasi yang menggembirakan bagi manusia. Jangan ciptakan agama dan pengetahuan itu menjadi alat untuk mengancam dan menanam rasa traumatis bagi manusia, dalam menempati ruang sosial.

Manusia sebagai subjek yang selalu menempati ruang sosial, mesti dalam memahami dan merespon sesuatu dengan menghidupkan sisi roman dan candaan, dengan tetap memperhatikan sisi seriusnya, agar pikiran dan pengetahuan yang berkembang menuju pada satu titik "rahmatal lil 'alamin"

 Amfat Es Dot Fil, 10 Oktober 2020


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meraih Gelar Doktor; Muchlinarwati Disabilitas yang Menginspirasi

Melihat Masalah dengan Masalah

SURAT TERBUKA: KEPADA YANG TERHORMAT BAPAK BUPATI ACEH BARAT DAYA