TOKOPIKA DALAM SOROTAN, BANGUNAN BAITUL QURRA ABDYA KOK DIAM
Memahami
polemik warga net Aceh Barat Daya dalam menyikapi terobosan masyarakat ekonomi
yang lahir dari pemikiran kreatif anak-anak muda yang tergabung dalam kelompok
pengembangan ekonomi kreatf yang disingkat dengan CCIA (Central Creative
Industries of Aceh Barat Daya), ini merupakan transformasi dari PIKA (Pusat
Industri Kreatif Abdya).
Terobosan ini perlu kita apresiasi dengan baik, hasil
kerja keras anak-anak muda kreatif Aceh Barat Daya yang mulai membaca progres
ekonomi pasar global. Bukan tidak mungkin, ini tidak hanya membawa keuntungan bagi
pelaku UMKM di Abdya, namun selanjutnya keberadaan ide yang sudah menjadi dalam
bentuk toko, supermarket, atau mol online ini, jika dikelola dengan baik, maka
fasilitas market elektronik ini akan bernilai dengan harga ratusan milyar dan
bahkan mencapai triliunan. Sama seperti aset yang lainnya, aset elektronik juga
akan terus menjadi incaran para pelaku ekonomi pada masa era digital ini.
Sesuatu yang wajar, adanya polemik yang berkembang dikalangan
masyarakat sosial setelah program di mana pemerintah daerah ikut terlibat di
dalamnya, oleh karena adanya anggaran negara yang dikucurkan, persoalan
anggaran menjadi sorotan kaca mata publik. Sorotan ini tentunya terkait dengan
rasionalisasi batas maksimal dan batas minimalnya dari anggaran yang dikucurkan.
Angka yang dianggap terlalu besar wajar dipahami beragam oleh masyarakat,
apalagi hal ini telah mendapat respon dari pihak “Pelaku Industri Kreatif Digital” yang
menyoroti anggaran sebanyak 1,3 milyar sangatlah fantastis untuk sebuah
aplikasi tokopika.com.
Terlepas dari persoalan anggaran, keberadaan tokopika.com
sangatlah urgen untuk menjawab transaksi pasar global di era digital. Ketajaman
arus informasi telah merubah mental pasar dunia hari ini. Market sebuah produk sangat
tergantung bagaimana menyuguhkannya ke publik dengan apik, efektif, dan menarik
perhatian. Apalagi persaingan antar produk lokal menjadi tren baru bagi
masyarakat dunia, di mana merajanya produk-produk modern yang telah membawa
masyarakat global menikmat secara praktis atas fasilitas dari berbagai level
dan bentuknya. Kerajinan tangan serta makanan siap saji dengan begitu mudah
didapatkan dan dipesan, hanya bermodalkan android.......masuk itu barang.
Mempersoalkan jumlah anggaran yang dikucurkan untuk
sebuah aplikasi market influencer bukan persoalan yang keliru. Namun sesuatu
yang janggal jika hanya anggaran tokopika.com yang hanya dipersoalkan. Dalam mempersoalkan
sesuatu melihat potensi dan kepentingannya juga penting. Membandingkan dengan
anggaran yang dikucurkan pada program yang lain, juga perlu untuk ditarik ke
dalam persoalan bersama untuk ditakari, sehingga publik mendapatkan informasi
yang benar.
Beberapa waktu yang lalu pada tahun yang sama, Pemerintah
Kabupaten Aceh Barat daya telah menjalankan program membangun rumah sekolah,
tertera di laman LPSE Abdya, atas pemenangan tender terhadap pembangunan
Sekolah Dasar (SD) Tahfidh Baitul Qurra Abdya non pemerintah, dengan anggaran
hampir mencapai angka 2,5 milyar. Di mana membangun bangunan fisik dimasa
pandemi berlawanan dengan intruksi presiden yang menggalakkan refocussing
anggaran, kecuali tertuju kepada pengembangan ekonomi masyarakat. Namun pada sa’at
itu tidak ada satupun dari warga net Aceh Barat Daya yang mempersoalkan terkait
pembangunan rumah sekolah dimasa pandemi, apalagi mempersoalkan anggaran yang
mencapai angka lebih kurang hampir mencapai 2, 5 milyar. Dan ini kok berbeda
dengan anggaran 1,3 milyar, yang dikucurkan pemerintah melalui Dinas
Perdagangan Perindustrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperidagkop UKM),
begitu terasa respon warga net Abdya terhadap peluncuran tokopika.com.
Rasionalisasi anggaran terhadap perencanaan sesuatu dalam
sebuah kabupaten tidaklah dilakukan semudah itu, semua elemen masyarakat
terkait, terutama sekali lembaga eksekutif sebagai pengguna anggaran, dan juga
legislatif sebagai lembaga pengawasan. Lalu bagaimana rasionalisasi anggaran
yang dilakukan terhadap dua program ini, yaitu membangun Rumah Sekolah Dasar (SD)
Tahfidh Baitul Qurra Abdya dan mencanangkan program tokopika. Apakah kedua
program ini menyangkut dengan pengembangan ekonomi umat. Dan ini perlu untuk
dicerdasi bersama. Lalu bagaimana tindak lanjut berikutnya terhadap aset
bangunan Sekolah Tahfidh (SD) Baitul Qurra Abdya, siapa yang akan memilikinya
bangunan yang dibangun menggunakan anggaran negara nantinya, masyarakat Aceh Barat
Daya-kah atau akan menjadi aset pribadi melalui yayasan. Tentunya ini harus
menjadi sorotan bersama seluruh elemen masyarakata Aceh Barat Daya.
Intruksi
refocusing dan re-alokasi anggaran oleh Bapak Presiden Joko Widodo, untuk
mengalihkan pembangunan fisik kepada penanganan covid. Anggaran fisik dialih
fokuskan kepada tiga pilar utama negara dalam mengawal kestabilan di masyarakat
semasa covid. Anggaran negara difokuskan pada tiga slot penjagaan. Pertama,
pertahanan negara. Kedua, kesehatan masyarakat. Dan Ketiga,
pertumbuhan ekonomi. Tentunya, membangun fisik dilakukan pada pekerjaan yang
mendesak saja.
Anggaran
sebanyak 2,5 M., seharusnya lebih baik digunakan untuk proses peningkatan mutu
pendidikan yang sudah ada. Atau memberikan bantuan belajar untuk mahasiswa yang
sa'at ini sedang menempuh pendidikan di dalam negeri. Atau memberi bantuan
belajar beasiswa tahfidh, Atau digunakan untuk keperluan-keperluan yang lain,
yang dianggap lebih mendesak dan bersifat kekinian. Keadaan yang lebih penting di era digital
ini adalah mengembangkan potensi ekonomi kreatif padat karya dengan pemasaran
yang merambah pasal global. Jalan keluarnya adalah tokopika.com.
Berdasarkan polemik anggaran yang muncul kritik di media
sosial oleh warga net Aceh Barat Daya terhadap peluncuran tokopika.com
merupakan hal yang wajar, dan menjadi sebuah alamat tanda, bahwasanya
pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya sedang tidak dipercaya oleh masyarakatnya
terkait dengan pengelolalaan anggaran. Ketidak percayaan terhadap pemerintah
yang mulai luntur inilah, sehingga setiap program terkait dengan anggaran
selalu mendapat respon dari warga net pada pemerintah Kabupaten. Dan ini
sesuatu yang sangat wajar terjadi.
Dengan ini, terlepas dari persoalan anggaran, terkait
dengan peluncuran tokopika.com tidak menjadi persoalan, sehingga membuat
kinerja yang sebelumnya sudah diancang-ancang jauh-jauh hari oleh pelaku
ekonomi anak muda kreatif ini, tetap terus mengembangkan misinya, sehingga
setiap produk lokal Kabupaten Aceh Barat Daya terus mendapat tempat strategis
di kancah pasaran ekonomi global. Kalo bukan sekarang kapan lagi, dan kalau bukan
kita siapa lagi......
Terkait dengan anggaran, biarkan saja ini berkembang
sebagaimana fungsinya media sosial untuk memberi pencerdasan kepada publik,
termasuk mengenai pengelolaan anggaran........jika ini bermasalah dengan
aturan, tentu negara punya cara tersendiri, dengan aturan yang ada akan
menyelesaikannya dengan tepat dan bijaksana........
Jakarta, 17 Desember 2020.........
Komentar
Posting Komentar