Dr. SUHERMAN SALEH: AWAL JANUARI DAN SEMANGAT BARU DISERTASI
Rabu 30 September 2020 tepatnya pada pukul 20. 00 Wib.,
di Tanjung Barat Indah (TBI) di kediamannya Dr.
Suherman Saleh, Ak., MSc., CA, memberi kesempatan kepada penulis untuk
menyampaikan testimoni terkait dengan pelaksanaan sidang terbuka promosi doktor
Datoak Majo Nan Sati. Memulai dengan sebuah
penegasan, setelah mengikuti ujian promosi doktor Uda Herman, penulis adalah
orang yang sangat berbahagia sa’at ini, bagaimana tidak Uda Datoak
adalah sosok guru kehidupan dan motivator yang menginspirasi.
Wujud
dari kebahagiaan, perasaan ini tidak sabar menitipkan berita kepada angin,
untuk disampaikan kepada seluruh penghuni bumi, bahwa Dr. Suherman Saleh sudah
menyelesaikan kuliah strata tiganya dalam waktu dua tahun tiga bulan dengan
nilai cumlaude. Dan penulis
atas berita yang kutitip pada angin berharap menjadi satu-satunya
orang yang pertama menulis kata Dr (doktor) di depan nama Uda Datoak Majo Nan Sati.
Kebahagiaan
ini tidak hanya berhenti pada pria yang sehari-hari dipanggil “Uda”,
melainkan atas pencapaian tingkat pendidikan tertinggi pada strata akademiknya,
justru beliau merisaukan hati kepada sahabat-sahabat
seangkatan dengannya. Keberhasilan saya dapat menyelesaikan studi dalam waktu
yang singkat harus dijalankan juga oleh teman-temannya yang lain. Dan saya (Dr.
Suherman Saleh) bersedia hadir dalam momen apapun terkait dengan percepatan
studi doktoral sahabat-sahabatnya yang lainnya.
Hal
ini, mulai dibuktikannya oleh Dr. Suherman Saleh, 1 Januari 2021 adalah tahun
dimulainya bakti saya kepada kawan-kawan yang lain untuk melibatkan diri dalam
momen apapun. Kegiatan zoom akademikpun jika dibutuhkan, akan tetap kita
lakukan, termasuk juga aktivitas makan-makan di Kari Minang dan tempat yang
lain akan tetap dilakukan. Walaupun secara beban akademik sudah tidak terbebani
lagi atas diri saya, namun beban akademik sahabat-sahabatnya yang lain juga akan menjadi beban akdemik bagi saya, ujar Dr.
Suherman Saleh.
Subuh
pertama diawal tahun 2021 Dr. Suherman Saleh bersama sahabat-sahabat yang lainnya
melaksanakan shalat secara berjama’ah di Vila Dago Bandung, cuaca dingin kota
kembang ini menjadi saksi bahwa sekelompok anak manusia yang sedang dalam
keadaan musafir, tetap melaksanakan kewajibannya sebagai manusia. “tidak aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk
menyembah-Ku”.
Selesai melaksanakan shalat subuh berjama’ah di Vila
Ahmad Dago Pakar, akang Yuyus dan Uni Uli, satu-persatu di antara
sahabat-sahabat diberi kesempatan untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan, dan
ini menjadi kebiasaan bagi Dr. Suherman Saleh, di manapun pertemuan diadakan
berbicara ilmu sudah menjadi tradisi, dan diselingi dengan candaan-candaan ala
Konsultan Pajak Publik.
Buya Syahrial, mahasiswa doktoral asal Minang Kabau ini
adalah seorang da’i, kehadirannya di mimbar-mimbar keagamaan Kota Padang sangat
familiar, mahasiswa Sekolah Pascasarjan (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini,
dengan konsentrasi Hadis menyampaikan, konsep shadiqi atau shaddaqa
harus benar-benar dipelihara. Relasi rasa
antar manusia dibangun atas dasar pertemanan. Menurut Buya Syahrial pertemanan
ini harus dipelihara dengan baik, dan memiliharanya dengan cara yang baik pula.
Mencari teman itu mudah, sementara memilaharanya tidaklah gampang,
kecuali bagi mereka-mereka yang mempunyai rasa
menyayangi yang kuat, dan membangun rasa pertemanan tanpa syarat,
kecuali nilai-nilai kebaikan.
Berangkat
dari kata teman, Amfat, mahsiswa doktoral asal Aceh,
menjelaskan, di atas kata shadiqi dan shaddaqa terdapat
kata ah-shahabah. Kata ini menurut Amfat
merupakan narasi kenabian. Artinya, nilai persahabatanlah yang harus dibangun
atas umat manusia. Dan ini adalah magnet yang dibangun atas dasar nilai-nilai
keislaman. Tidak ada narasi lain yang digunakan Nabi Muhammad saw., untuk
menyebut kepada orang-orang yang dekat dengannya, kecuali dengan kata ash-shahabah. Kata ash-shahabah
tertulis dalam catatan sejarah. Makna yang hatus dipahami dari kata ash-shahabah adalah seorang
sahabat tidak akan menyakiti hati dan perasaan sahabatnya dalam bentuk apapun,
baik menyakiti dengan lisan, kata-kata, berprasangka buruk, apalagi menyakiti
dengan tindakan dan perlakuan yang tidak baik.
Menyangkut dengan kata shaddaqa dan ash-shahabah,
sebagaimana dijelaskan oleh Buya Syahrial dan Amfat, menurut dosen filsafat
asal Medan Sumatra Utara Hotmatua Paralihan, upaya penyadaran terhadap diri
dalam memahami orang lain harus dihidupkan dari dalam, dan ini hanya mampu
dipraktekkan oleh guru kehidupan. Perjalanan
Dr. Suherman Saleh dalam menempuh pendidikan doktoral tidaklah berjalan
sendiri-sendiri. Dr. Suherman Saleh menyadari betul, bahwa potensi sahabat-sahabat yang mengelilinginya saban waktu selama
menempuh pendidikan telah memicu
semangat mudanya. Bagaimana tidak, dalam usia beliau yang sudah mencapai 71
tahun, masih mampu memahami data-data penelitian tentang pajak dalam persepsi
ulama di Aceh. Dalam hal ini, menyangkut dengan memahami pendidikan Dr.
Suherman Saleh menurut Hotmatua, bukanlah
sekedar guru biasa, beliau adalah guru kehidupan yang tidak akan didapat
disemberang tempat.
Melaju
dengan begitu cepat, proses pendidikan Dr. Suherman Saleh, Datoak Majo Nan Sati, menyisakan haru yang sangat mendalam, Uda saja yang telah tidak muda
lagi mampu menyelesaikan kuliahnya dalam waktu yang singkat, dan cumlaude
lagi. Di sini, ada rasa malu yang mendalam dalam diri saya, ujar Angku Isnaini.
Angku Isnaini mahasiswa doktoral asal Sumatra Barat dengan konsentrasi
Hukum Islam di kampus yang sama. Sama dengan Buya Syahrial, dengan promosinya
Uda Herman pada tanggal 30 Desember tahun lalu telah menggetarkan hatinya,
bagaimana tidak Buya sendiri masih jauh dari harapan dalam menyelesaikan
studinya, tentunya menyaingi Dr. Suherman Saleh dalam waktu secepatnya tidaklah
mungkin.
Sama
dengan yang lainnya, menurut Ustadh Danial, promosinya Dr. Suherman Saleh
adalah pukulan bagi kita, berleha-leha dalam menulis disertasi merupakan
penyakit jiwa. Malas dalam diri merupakan penyebab utamanya. Benar kata orang
bijak “musuh yang paling berbahaya itu ada dalam dirimu sendiri”. Malas dalam
melanjutkan penulisan disertasi sudah menyebabkan proses percepatan studi
terlambat. Ini adalah masalah mendasar bagi kebanyakan mahasiswa, dan menjadi musuh dalam diri.
Melihat
malas sebagai masalah, Amfat mencoba untuk meluruskan dengan makna yang lain.
Hidup manusia di dunia ini tidak terlepas dari yang namanya masalah. Namun
menurut Amfat, bukan masalah yang jadi persoalan, akan tetapi cara menyikapinya
yang perlu diperbaiki. Masalah itu tidak akan muncul jika
tidak dipermasalahkan. Prof. Dr. Amin Abdullah dalam seminar yang dilaksanakan
oleh Fakultas Ushuluddin jurusan Aqidah dan Filsafat Uin Ar-Raniry di Hermes
Palace Hotel Banda Aceh, menurut Amin Abdullah, masalah
itu akan muncul jika saja kita mempersoalkan masalah tersebut. Persoalan
disertasi menurut Mukhtar, mahsiswa doktoral yang sa’at ini sedang menunggu jadwal
ujian tertutup ini mengutarakan,
jika saja masalah dipahami sebagai masalah, maka
percayalah masalah demi masalah akan terus didapatkan, sampai pada tahap
tidak ada lagi masa bagi mahasiswa untuk melanjutkan sisa penulisan, sebab
pikirannya sudah kadong terbebani dengan berbagai masalah.
Hotmatua
Paralihan, masalah tidak terlepas dari dua hal, yaitu: dessein dan dissolen
terkait dengan harapan dan kenyataan. Menyangkut dengan masalah, menurut Haji
Danial, apa yang berlaku di dunia atas manusia merupakan anugerah. Memahami anugerah
terkait dengan apa saja yang dihadapi merupakan
anugerah yang
mesti disyukuri, salah satunya kesempatan melanjutkan studi, tidak
semua orang bisa melanjutkan kuliah pada tingkatan
doktoral. Maka dengan demikian Kiai Muda asal Makassar melanjutkan bahwa, setiap apa yang menimpa manusia dipandang sebagai sebuah
kebaikan. Sementara menurut Dr. Suherman
Saleh memahaminya jika masalah adalah sebuah nikmat.
Memahami masalah
sebagai nikmat, menurut Dr. Suherman Saleh, pertama. setiap masalah peneyelesaianya mesti dengan kecerdasan pikiran dan hati, dan ini disebut juga
kecerdasan emosional quition, serta juga mesti diiringi
dengan kecerdasan berfikir atau inteligen quation. Kedua, sebagai
kepercayaan Allah swt., kepada manusia yang mendapati masalah, terdapat janji
Allah di dalamnya, bahwa manusia tidak akan diberi masalah kecuali sesuai
dengan kemampuannya. Dengan demikian Allah-lah
yang akan menyelesaikannya. Hal ini yang harus diyakini agar tidak ada deburan
jantung, was-was, tidak ada keraguan, dan tidak ada prasangka jelek terhadap
Tuhan. Ketiga, dibalik masalah yang kita hadapi
pasti ada nikmat yang kita peroleh, dan itulah yang dirasakan oleh Dr. Suherman
Saleh, selama ini.
Dr.
Suherman Saleh yang baru saja menyelesaikan studi doktoral, langsung membuat
syukuran di rumahnya dengan menyampaikan pernyataan “alhamdulillah saya sudah
selesai menyelesaikan studi diktoral, ini semua berkah kerendahan hati dari
sahabat-sahabat saya di Sekolah Pascasarjana Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, kususnya angkatan 2018, dan mulai sa’at ini saya akan ikut
mendampingi sahabat-sahabat yang lain, semampu yang bisa saya lakukan, dan
dalam tahun ini sahabat-sahabat yang lain juga harus selesai. Memang proses
penyelesaian disertasi bukan perkara mudah, dan juga sesuatu
yang sulit, namun kesulitan ini dapat kita atasi dengan
saling bekerja sama, kerja sama dalam membangun kelompok-kelompok diskusi
antar sesama mahasiswa, dan tentunya meminta masukan dari
para promotor, serta mengikuti arahan-arahan dari para penguji.
Tidak
hanya cukup di situ, keseriusan Dr. Suherman Saleh dalam menyikapi masalah
sahabat-sahabatnya yang masih banyak tertinggal jauh, dari promosi. Pagi di Vila Dago Bandung,
setelah shalat subuh berjama’ah berpidato dan tidak mampu membendung
tangisannya, dalam isak tangisnya beliau berucap, “jika saja cara-cara penyelesaian
menyangkut dengan tehnis penulisan tidak mampu menggerak semangat kalian,
dengan tangisan dan air mata manalagi saya harus menyemangatinya”. Setelah
mengucapkan kata-kata ini suasana menjadi hening, dan tidak adalagi kata-kata
yang keluar dari lisan mantan Kanwil Pajak ini, kecuali kami cuma mendengar suara
tangisan dan melihat kucuran air matanya, selalama beberapa menit, tidak ada ucapan yang mampu
kami ucapkan kecuali bangkit dan memeluknya.
Betapa
uda Datoak Majo Nan Sati dalam membangun semangat kepada sahabat-sahabatnya,
ketertinggalan ini jangan dianggap hal yang biasa. Sebuah kedhaliman berfikir
menurutnya jika keterlambatan ini dikait-kaitkan dengan persoalan keluarga
istri dan anak. Tidak boleh menyalah-nyalahkan orang lain dalam penyelesaian,
termasuk keluarga. Justru harus lebih bersyukur kepada Tuhan, dapat membangun keluarga dan diberi juga kesempatan untuk melanjutkan studi doktoral.
Apalagi kuliahnya gratis dibayar oleh negara, peliharalah kesempatan itu dengan
baik, janganlah menjadi korup dengan waktu, sebab
negara juga masih punya tanggung jawab kepada warga yang
lain.
Menyikapi
hal ini, Hotmatua Paralihan menyela nafas panjang, dengan
kerutan dikening, menyentak mengatakan, jika Uda Datoak yang sudah menyelesaikan
promosi saja masih harus memperbaiki lagi disertasinya pasca diuji, apatah lagi kalo
disertasi masih saja lulus ujian proposal. Melanjutkan tulisan pada bab-bab
berikutnya bukanlah perkara gampang. Di sini kerja keras bena-benar harus
dilakukan, untuk melanjutkan penyelesaian sampai pada bab kesimpulan. “Dalam
istilah Mukhtar, masih harus berdarah-darah lagi untuk melanjutkan penulisannya,”.
Maka dengan demikian jangan lengah, masalah itu benar-benar akan menjadi
masalah jika kita mempermasalahkannya, pahamilah masalah itu sebagai anugerah,
dan nikmatilah dengan berprasangka baik kepada Tuhan atas masalah yang
dihadapi. Terkait dengan masalah apapun.
NOTE: yang akan menghadapai ujian pendahuluan saja belum
tentu lulus, apatah lagi yang penulisannya belum mencapai pada bab
kesimpulan......ini perlu harus direnungi bersama.
Amfat
Es Dot Fil......Bandung, 01 Januari 2021........
Komentar
Posting Komentar