FILSAFAT ITU MENDUDUKKAN RASIONALITAS DALAM JIWA MANUSIA
Filsafat adalah sebuah ilmu yang mencoba untuk mengakaji segala sesuatu, baik kajian tentang manusia, alam, dan Tuhan, dengan meletakkan asas kriteria tertentu dalam memetakan paham, seperti asas sistematis, rasionalitas, radikal, dan universal. Dilihat dari pemaknaan literasi etimologinya, filsafat mengandung unsur makna cinta akan kebijaksanaan. Kebijaksanaan adalah sebuah sikap yang meletakkan manusia pada wilayah tertinggi, sehingga dengan kebijaksanaan tersebut pikiran-pikiran yang muncul menjawab persoalan manusia. Bukan sebuah upaya untuk mengantarkan pada pikiran yang memusuhi manusia itu sendiri, apalagi mengadu manusia dengan akal, alam dan Tuhannya.
Memahami
ilmu tentang filsafat sangatlah sederhana. Orientasi filosofis mengantarkan
paham kepada manusia. Mengungkapkan pengertian-pengertian dari setiap slot
persoalan dengan melewati alur berfikir. Empat tahapan berfikir mengantarkan
paham pada apa yang hendak dipahami. Sistematika pembahasan filosofis mewakili
jika sebuah persoalan selesai dibahas. Sistematika ini di antaranya adalah apa
yang disebut dengan sistematis, rasional, radikal, dan universal. Keempat
kriteria ini memiliki makna tersendiri dalam melihat masalah.
Sistematis
memiliki pengertian yang sederhana yakni, meletakkan persoalan runut dengan
masalahnya sendiri. Artinya, meletakkan masalah pada tempatnya, dan tidak
dicampur adukkan dengan masalah yang lain. Sementara rasional bermakna, memahami
masalah dengan mengedepankan rasionalitas berfikir. Artinya, setiap uraiannya
dapat diterima oleh akal sehat manusia, sehingga tidak timbul wacana yang
menyalahi akal. Radikal bermakna, setiap masalah yang dibahas memiliki akar
penyelesaian yang sangat kuat. Artinya, tidak memberi ruang lagi untuk
menimbulkan penjelasan yang tidak berasas dan tidak relevan dengan apa yang
sedang dibahas. Dan yang terakhir universal, bermakna kajian yang sedang
disuguhkan dapat diterima oleh semua pihak, dan menjadi jalan keluara secara
umum serta tidak menimbulkan sekat-sekat lokal dan interes.
Keempat
istilah yang disebutkan di atas, sistematis, rasional, radikal, dan universal
telah mewakili sebuah upaya mendalam dalam melihat mmasalah. Dengan demikian,
pandangan filosofis mengantarkaan paham pada akal manusia, sehingga semua
persoalan menjadi clear diselesaikan. Sesuai dengan motonya, bahwa berfikir
dengan filsafat menjadikan persoalan ide yang tertancap dalam jiwa manusia
menjadi selesai dibahas (how to make our ides clear).
Seandainya
saja, dalam belajar sesuatu, pada sispapun, jika saja penjelasannya
membingungkan akal dalam menangkapnya, maka itu sudah keluar dari pembahasan
filosofis. Apalagi menggunakan kata dan istilah-istilah filsafat untuk membuat orang lain bingung atas term-term yang
dibangun. Hal yang demikian ini, bukan hanya menyalahi prinsip berfikir
filosofis, malah menjadi bagian yang menuduh bahwa filsafat adalah sesuatu yang
keliru untuk dipelajari. Bagaiman bisa, sebuah ilmu yang sangat tua dan dulunya
dalam kajian ilmiah menjadi induk dari segala ilmu. Munculnya beragam pandangan
yang dihasilkan dari pikiran filosofis melahirkan ratusan cabang ilmu,
sebagaimana kita tahu hari ini, banyaknya cabang ilmu seperti kalam, manthiq,
tafsir, fiqh, matematika, fisika, logika, epistimologi, biologi, psikologi,
astronomi, geografi, hukum, sosial, politik, budaya, ekonomi, dan lain
sebagainya.
Jika
saja engkau mendapati sebuah penyampaian yang membingungkan pikiran rasional,
maka tinggalkan dia. Tidak mungkin akal rasionalitas dapat belajar pada yang
membingungkan. Apalagi memanfa'atkan istilah filsafat untuk membingungkan
pikiran manusia. Perkara penjelasan yang menyangkut dengan ranah filsafat
memberatkan bagi akal dalam mencerna itu benar, sebab ilmu yang mendudukkan
akal pada manusia tidaklah mudah untuk dipejari. Sebab sulitnya memahami asas
rasionalitas, maka Tuhan menuntun manusia melalui dalil-dalil keagamaan, agar
supaya manusai tidak meraba-raba atas akalnya sendiri.
Amfat Es dot Fil, Jakarta, 16 Januari 2020
Komentar
Posting Komentar