Kami Yang Berduka: Selamat Jalan Doktor H. Hilman Muharram

Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Kematian tidak bisa ditunda, ajal akan datang menjemput, tiba waktu yang ditentukan, ruh akan terbang menuju pemiliknya. Malaikat pencabut nyawa akan menuntaskan pekerjaannya. 

Dialah yang memisahkan kebahagiaan di dunia, Dialah yang memisahkan antara suami dengan istrinya, Dialah yang memisahkan antara anak dengan orang tuanya, dan Dialah yang memisahkan handai tauland, sahabat dan qarib. Manusia dipertemukan dengan tiupan ruh, dan manusia juga diakhiri dengan pencabutan ruh.

Doktor Hilman adalah orang baik, Doktor Hilman adalah orang baik, Doktor Hilman adalah orang baik.

Tepatnya tanggal 3 September 2018 adalah hari pertama kita bertemu di Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Langkah yang kita ayun dan rencana yang kita susun adalah upaya sungguh-sungguh sang penuntut ilmu.

Jalan yang seharusnya kita tempuh masih panjang, tugas-tugasnya para pembelajar belum tuntas kita kerjakan, harapan menata pengetahuan di pusat peradaban ilmu baru saja dimulai, dan banyak liku yang masih harus kita hadapi.

Kita hadir dari berbagai kawasan, kita muncul dari berbagai pelosok negeri. Dari Sabang sampai Meurauke, di pusat peradaban ilmu kita dipertemukan. Ada kelas yang kita isi bersama, ada diskusi yang kita bahas secara bergantian, ada ide yang saling terlontar, ada peristiwa yang belum tuntas kita ceritakan, ada cerita lucu yang kita karang, ada riang yang telah kita rasakan. 

Pada semua momen tersebut ada kegembiraan yang  belum selesaikan kita tawakan, tapi engkau telah terlebih dahulu menuju Rabbmu.

Doktor Hilman adalah sahabat yang sangat periang. Setiap kali ada pertemuan senyum ramahmu selalu menghiasi bibir dengan kemerkahan bak mentari terbit diwaktu fajar. Raut wajahmu yang periang seolah-olah  memberi sinyal pada kami, jika engkau bukanlah sosok susah untuk diajak bicara dan apalagi untuk diajak bercengkrama.

Doktor Hilman adalah orang baik, Doktor Hilman adalah orang baik, Doktor Hilman adalah orang baik.

Selama tiga semester kita belajar di kelas bersama, dan masing-masing dari kita mendapatkan tugas dari guru besar. Kita mendiskusikannya, dan banyak ilmu yang telah engkau ajarkan kepada kami melalui diskusi-diskusi ilmiah. 

Engkau telah menjadi sahabat yang menyisihkan pendengaran dengan baik dari apa yang masing-masing dari kita lontarkan. Engkau telah mengajarkan kami bagaimana membangun argumentasi yang baik, dan engkau telah mengajarkan kami bagaimana cara bersikap dan menghargai sesama.

Masih banyak cerita yang belum tuntas kita bahas, masih banyak angan-angan yang belum selesai kita kerjakan. Kampus dengan taman indah dilihat mata telah menjadi saksi saat kita beranjak kaki, melalui relung angin kita menyampaikan pesan, sehingga terasa indah ketika kita bercengkrama ria di taman bunga. Indahnya kampus kita dengan bunga-bunga yang tersusun rapi telah menambah aroma senyum ramah di wajahmu. Doktor Hilman adalah orang baik, dan layak mendapatkan syurga-Nya.

Engkau telah pergi meninggalkan beban ilmu yang belum tuntas dikerjakan. Langkah pertama sudah engkau tempuh, itu sebuah tanda jika semangat belajarmu terpatri dengan baik dan tersimpan dalam 'azam yang sangat kuat.

Bukankah saat itu di taman bunga kampus kita dengan rindangnya pepohonan dan disaksikan oleh sepoinya angin dihari nan cerah kita telah berjanji, jika pada akhirnya kita akan menyelesaikan tugas kuliah bersama-sama, dan kita akan saling memperkuat untuk menyelesaikan ujian-ujian disertasi. Dan kita juga telah berjanji akan promosi dan wisuda bersama-sama merayakan kemenangan dari lelahnya perjuangan studi. Namun apalah daya, kini engkau telah pergi untuk selama-lamanya, sebelum janji dihari kemenagan kita rayakan bersama.

Kami yakin, banyak catatan yang sudah dibaca namun belum sempat engkau tulis, dan banyak literatur yang sudah engkau kumpulkan dan belum sempat engkau bangun argumentasinya. Kini engkau telah pergi untuk selamanya, menghadap sang pencipta bersama literatur yang telah engkau kumpulkan, yang belum sempat engkau narasikan dalam karya ilmiahmu.

Belum puas rasanya kita bersama, belum selesai kita mengukir cerita indah, banyak hal masih ingin kita ungkapkan tentang tugas belajar yang sedang kita tempuh. Metodelogi yang belum rampung, teori yang belum terbangun, analisis data yang masih membingungkan, dan satu halaman di bab kesimpulan belum ditulis, tugas belajar itu belumlah dianggap tuntas.

Doktor Hilman adalah orang baik, Doktor Hilman adalah orang baik, Doktor Hilman adalah orang baik.

Kini engkau telah pergi, saat ini jasadmu telah terbaring, jenazahmu telah dikuburkan, namamupun kini berganti menjadi mayyit. Engkau telah meninggalkan kami yang seharusnya kita masih bisa bersua ria setelah musim belajar diawal semester dimulai. Namun apalah daya kita sebagai hamba, ketika tiba waktu yang ditentukan, tuntas atau tidaknya rencana-rencana yang kita bangun harus berhenti di tangan malaikal maut.

Bila izrael getarek nyawong

Agam ngon inong sama merasa

'oh mate tuboh bumo teurimong

'oh gadoh nyawong malaikat ba.

 

Ketika izrael menarik nyawa

Laki dan wanita sama merasa

Disaat tubuh mati bumilah yang terima

Dan nyawa dibawa bersama malaikat.

Kita yang berbeda usia dan latar belakang, tidaklah menjadikan sikapmu memperlakukannya berbeda. Usia kita memang tidak sama, namun kita sama dalam cacatan sebagai mahasiswa. 

Nama kita sudah tertulis di absen kelas, nama kita tertulis di list mahasiswa. Dan kini namamu masih tetulis dengan baik bersanding dengan namaku dan nama yang lainnya, namun kamu telah tiada.....pergi untuk selamanya.

Hanya nama dan senyum ramahmu yang bisa kami kenang, hanya wajah dan sikap kebersahajaanmu yang bisa kami rasakan, dan canda tawa yang engkau bagikan tidaklah akan terlupakan. Keceriaanmu mengantarkan pesan, bahwa dunia ini hanyalah senda gurai. Indah memang tapi semuanya menipu. Ada yang tertipu dengan harta, benda, pasangan, anak, pangkat, jabatan, dan tertipu dengan segala hal.

Wamal hayatat dunya illa mata'ul ghurur. Sesungguhnya kehidupan dunia adalah keindahan yang menipu. Begitulah Alqur’an mengabarinya. Tertipu dengan asa, tertipu dengan rasa, dan tertipu dengan segala angan-angan.

Selamat jalan wahai sahabat Doktor, H. Hilman Muharram bin AS. Fachruddin. Selamat jalan abang, selamat jalan teman, selamat guru. Candaanmu, sumringahanmu, cerita lucumu, senyum indahmu adalah kenangan indah untuk kami yang telah bengkau tinggalkan.

Semoga amal ibadah dan kebaikanmu mendapat ridha dari Allah swt. Dan kami bersaksi bahwa Doktor Hilman adalah orang baik, Doktor Hilman adalah orang baik, Doktor Hilman adalah orang baik. Selamat berbahagia di alam yang diridhai oleh Sang Maha Pencipta.

Allahummaghfirlahu war hamhu wa'afihi wa'fu'anhu wa akhrim nuzulahu wawassi' madqalahu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meraih Gelar Doktor; Muchlinarwati Disabilitas yang Menginspirasi

Melihat Masalah dengan Masalah

SURAT TERBUKA: KEPADA YANG TERHORMAT BAPAK BUPATI ACEH BARAT DAYA