Manajemen Ketuhanan: Manusia dan Strategi Perencanaan
يُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ اِلَى الۡاَرۡضِ ثُمَّ يَعۡرُجُ اِلَيۡهِ فِىۡ يَوۡمٍ كَانَ مِقۡدَارُهٗۤ اَلۡفَ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ
Artinya,
“Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik
kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu”. Q. S. As-Sajdah/032: 5.
Tuhan
adalah Sang Pengatur dan pemilik management. Di Dunia ini tidak ada yang
kebetulan. Manusia hanya mengikuti renncana yang ditentukan oleh sang pemiliki
mmanagemen kehidupan. Alam dengan segala potensinya telah diatur oleh sang Maha
Khaliq secara berkesinambungan.
Tuhan
dalam membuat sebuah perencanaan dalam penciptaannya ada yang semula ada, dan
ada yang direncanakan ada. Yang semula kemampuan dasarnya murni milik Tuhan,
namun yang direncanakan ada juga terlibat peran makhluk yang lain di dalamnya.
Tuhan menciptakan Nabi Adam as., bersama makhluk ciptaannya yang lain.
Keterlibatan unsur yang lain dalam penciptaan bukan berarti Tuhan tidak memiliki kemampuan mutlak untuk menciptakan sesuatu, namun itu menjadi satu bukti bahwa, Tuhan mengikat diri dengan alam yang ada. Seperti halnya dalam penciptaan manusia di dalamnya terlibat unsur Malaikat, unsur tanah, unsur air, unsur udara, unsur api, dan unsur-unsur lainnya. Dan juga unsur manusia itu sendiri ketika proses penciptaan dari semula ada menuju ada yang direncanakan.
Dengan
demikian, tersebarlah manusia ke seluruh penjuru negeri sebagaimana kita
saksikan hari ini. Semua itu adalah sebuah perencanaan akan eksistensi makhluk
hidup.
Walaupun
Tuhan Sang Pemiliki Perencanaan, salah satu pilihan Tuhan adalah Tuhan memilih
tanah sebagai unsur penciptaan manusia. Namun dalam proses pengembangannya
manusia sebagai makhluk yang direncanakan juga memiliki peluang untuk berkreasi
menciptakan peluang-peluang.
Dengan
ilmu pengetahuan yang diberikan kepada manusia, dia dapat memiliki untuk
melakukan sesuatu. Apakah melakukan sesuatu yang baik dan yang buruk. Termasuk
di dalamnya manusia bebas untuk memilih agama mana yang harus diyakininya.
Telah jelaslah kesesatan dan kebenaran itu.
Menurut
Dr. Suherman Saleh, Ak. MSc, CA., hidup ini harus direncanakan. Pernyataan ini
tentunya akan memunculkan respon yang beragam. Ada yang menyimpulkan
perencanaan itu wajib dilakukan karena banyak hal yang harus dikerjakan oleh
manusia. Perencanaan untuk mencapai efesiensi dan efektifitas dari program
kerja yang akan dicapai.
Dalam
ilmu manajemen kedisiplinan kunci dari perencanaan. Dlam hal ini Islam
menetapkan empat hal yang harus diperhatikan. Pertama, perencanaan
(ahdaf). Kedua, pelaksanaan (tatbiq). Ketiga, evaluasi
(muhasabah). Keempat, pengawasan (ar-riqabah).
Strategi
perencanaan tidak dapat dilepaskan dari manajemen perencanaan. Managemen adalah
sistem kerja yang terkonsepsi dengan baik. Manajemen memiliki makna dan sistem
kerja tersendiri.
Menurut Husaini Usman, Manajemen, dalam Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Menurutnya, dalam Webster, News Collegiate Dictionary disebutkan bahwa manajemen berasal dari kata to manage berasal dari bahasa Italia “managgio” dari kata “managgiare” yang diambil dari bahasa Latin, dari kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan.
Managere diterjemahkan dalam bahasa Inggris dalam bentuk
kata kerja to manage, dengan kata benda management dan manager untuk
orang yang melakukan kegiatan manajemen. Management diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.
Islam
mengajak pemeluknya untuk menentukan pilihan. Artinya, pilihan juga sebuah
perencanaan dalam menentukan pilihan-pilihan yang banyak untuk dilakukan.
Schedul kerja adalah langkah pertama dalam melihat dan menentukan setiap
masalah yang direncanakan. Islam tidak hanya punya rencana, namun memiliki
tahapan kerja, "jika telah selesai satu persoalan, maka lanjutkanlah pada
pekerjaan berikutnya". Faidha farakhta fanshab, wa ila rabbika
farghab.
Banyak
hal yang harus dilakukan oleh manusia di dunia ini, dan banyak persoalan yang
harus dituntaskan. Berdasarkan upaya manusia menyelesaikan tahapan masalah yang
dihadapi, maka Tuhan memberi sinyal bahwa, satu pekerjaan tidak boleh
ditinggalkan oleh karena adanya pekerjaan yang lain. Di sinilah makna dari
kalimat faidha farakhta fanshab dipahmi berdasarkan sistem kerja
berkelanjutan.
Hidup manusia di dunia ini adalah perjalanan yang begitu panjang. Banyak relung kehidupan yang harus dilalui, dan kumpulan-kumpulan masalah merupakan tanggung jawab yang sudah ditentukan oleh langit kepada penduduk bumi.
Bagaimana
menjalankan setiap amanah itu agar berjalan dengan baik, di situlah pentingnya
perencanaan, menjadi langkah awal untuk menyelesaikan amanah-amanah yang
dibebankan kepada manusia.
Dr,
Suherman Saleh melanjutkan, perencanaan dalam ilmu ekonomi adalah ukuran
menentukan keberhasilan untuk mencapai target yang bisa di evaluasi
pelaksanaannya, sehingga ada pepatah mengatakan tindakan seseorang tidak bisa
dikatakan gagal apalagi dikatakan berhasil apabila tidak punya target yang
direncanakan.
Ketua
Asosiasi Konsultan Pajak Publik Indonesia (AKP2I) ini menambahkan, rencana
dan target adalah sebuah kemutlakan untuk menentukan keberhasilan dan kegagalan
seseorang. Ukuran suksesnya seseorang sangatlah terlihat dari strategi-strategi
yang disusun sedetil mungkin.
Manusia
adalah salah satu makhluk yang direncanakan adanya, dan tidak ada satupun
makhluk di dunia ini yang terlepas dari rencana-rencana Sang Maha Pencipta.
Tuhan Maha mencipta dan Maha mengatur atas segala ciptaannya. Tuhan
mencipta secara azali dan mengaturnya sampai pada akhir. Dalam sifat dua puluh proses
penciptaan ini disebut dengan qadimul wal akhiru, atau disebut juga dengan al-awwalu wal akhiru.
Rencana
Tuhan dalam mengatur dunia ini memiliki sistem rencana yang sangat akurat.
Tuhan sebagai Khalik telah menciptakan alam ini dari semula waktu, dan semula
produksi. Artinya, Tuhan yang menciptakan ruang dan waktu serta Tuhan juga yang
menciptakan materi yang semula jadi mengisi ruang dan waktu tersebut. Dan Tuhan
adalah pemiliki ruang dan waktu yang tidak terbatas.
Bagaimana
dengan rencana manusia yang memiliki ruang dan waktu yang sangat terbatas,
dalam mengukur setiap takaran. Kemampuan manusia dibatasi dengan kemampuan
mengetahui. Al-‘Alimu adalah sifat mengetahui bagi Tuhan, dan sifat
ini juga menjadi kemampuan memahami bagi manusia. Dengan sifat al-‘Alim Tuhan
menciptakaan dan mengatur alam dengan segala isinya. Dan dengan sifat
mengetahui juga manusia memahami dan menagatur dunianya.
Manusia memahami dirinya, dan mengatur kehidupannya dengan meletakkan perencanaan. Dalam konteks bisinis melakukan perencanaan, strategi menjadi tolak ukur berhasil dan tidaknya sebuah usaha manusia. Semua itu mesti direncanakan dalam visi, misi, strategi, eksekusi, dan evaluasi.
Perencanaan strategis merupakan
upaya dalam mendokumentasikan serta menetapkan arah bisnis serta posisi sebuah
perusahaan, dan ke mana arah perencanaan. Di sinilah rencana strategis akan
menyediakan ruang, waktu, dan tempat mengisi visi dan misi untuk mengukur
rencana jangka panjang serta paya pencapaiannya.
Strategi dan rencana menetapkan fokus kerja untuk masa di hadapan. Manusia dalam konteks politik yang diibaratkan seperti perusahaan, mesti memiliki perencanaan strategis yang matang.
Dengan demikian, masyarakat perusahaan ini tidak akan
mampu menempatkan ruang dan waktu dengan perencanaannya yang lemah. Melihat
peluang dan mengatur perencanaan, sehingga peluang dan tantangan, serta
perubahan yang didapatkan dari berbagai kemungkinan dapat ditanggapi dengan
baik.
Rencana
hidup di dunia adalah strategi menempuh hidup jangka pendek, sementara akhirat
merupakan hidup jangka panjang. Untuk mencapai kebahagiaan di dunia harus
ditempuh dengan ilmu, dan untuk mencapai kebahagiaan diakhirat juga harus
dengan ilmu, keduanya antara kebahagiaan dunia dan akhirat untuk mencapai juga
dengan ilmu.
Sangatlah
sederhana ketika kita memahami manusia sebagai perusahaan. Strategi butuh
pengetahuan, bagaimana memahami langkah-langkah yang akan dicapai harus dengan
informasi yang akurat.
Hidup
di dunia, sebagai tempat menemukan kebahagiaan jangka pendek, maka harus dilewati
dengan proses ilmu pengetahuan. Ini sudah hukum alam, yang memiliki pengetahuan
dialah yang berhak mengerjakan sesuatu. Berikan pekerjaan kepada seseorang
sesuai dengan pengetahuan dan keahliannya. Semakin langka pengetahuan yang
dimiliki oelh seseorang, maka kehadirannya semakin dibutuhkan.
Mengenai
ilmu pengetahuan dunia manusia akan mudah menapaki hidupnya. Bayangkan ketika
tidak memiliki pengetahuan terkait dengan makanan, yang memiliki pengetahuan
tentang makanan dia akan menyusun strategi untuk memilih makanan yang sesuai
dengan kondisi kesehatannya.
Begitu juga akhirat, untuk mencapainya harus dengan ilmu pengetahuan juwa, sehingga manusia mampu menjalani fungsinya sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan untuk menyembah Sang Pencipta.
Melakukan perbuatan yang mengantar pada Tuhan harus
dengan ilmu pengetahuan. Bagaimana ibadah dilakukan, dan seperti apa rukun dan
syaratnya. Semua itu adalah strategi bagi manusia dalam menyusun rencana menuju
Tuhannya. Begitu juga untuk mendapatkan keduanya butuh ilmu, sehingga dunia dan
akhirat dapat dipertemukan.
Strategi,
rencana, sistem, visi, misi, dan lain sebagainya tidak akan datang jika tidak
dikelola dengan baik. Kuat dan banyak bukanlah sebuah ukuran jika tidak
dibangun dengan strategi perencanaan yang matang. Betapa banyak kelompok kecil
mampu menguasai kelompok yang banyak oleh karena strategi rencana yang matang.
Banyak
dan kuat hari ini tidak lagi dilihat dari jumlah personilnya, tapi lebih
dilihat dari kuatnya strategi perencanaan yang dibangun. Apalagi banyak yang
tidak memiliki keteraturan dalam menapaki hidup, keberadaannya seperti buih di
lautan banyak tapi centang berenang. Ditambah lagi dengan suka menguasai atas
sesama bukan bertujuan untuk membangun kemashlahatan, tapi lebih pada ingin
melenyapkan keberadaannya.
Tuhan
adalah maha perencana. Tidak ada satu perkarapun yang terjadi di dunia ini
tanpa ada campur tangan Tuhan di dalamnya. Bagi yang menguasai strategi rencana
Tuhan hidupnya tidaklah menoton, cara berfikirnya tidaklah sempit, ‘azamnya
tidak mudah untuk berputus asa, dan hatinya tidak mudah sakit. Jika keputusan
Tuhan jauh lebih indah dari keinginan manusia, maka situasi akan terus merubah
strategi.
Mengatur strategi dunia dan mengatur strategi akhirat serta meraih keduanyan adalah upaya menagatur manajemen kehidupan untuk meraih kebahagiaan.
Manajemen dunia akan
mengantarkan kesejahteraan, sementara manajemen akhirat mendapatkan kebahagian.
Antara dunia dan akhirat adalah rangkaian perencanaan yang harus diatur dengan
baik oleh manusia sebagai Khalifah di muka bumi.
Keterputusasaan dalam hidup akibat perencanaan yang gagal, kehilangan managemen akibat dari ketiadaan ilmu pengetahuan. Teruslah menaruh harapan dari segala perencanaan. Seandainya harapan itu tidak ada sungguh manusia telah berputus asa.
Manusia sebagai Khalifah mesti memberikan sejuta peluang untuk
mengantarkan harapan kepada orang banyak. Agar dengan harapan tersebut manusia
akan berterusan memperbaharui strategi perencanaannya.
Jakarta,
25 April 2021....
Komentar
Posting Komentar