UNIVERSALITAS MANUSIA DIBERKATI SECARA BERSAMA-SAMA
َللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْمَا
رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya : “Ya Allah, berkahilah kami dalam rezeki yang
telah Engkau berikan kepada kami dan peliharalah kami dari siksa api neraka”.
Do'a ini dibaca ketika mengahdapi hidangan makanan, atau sedang menikmati makanan yang sudah siap saji untuk dinikmati.
Tanpa kita
sadari, narasi yang disuguhkan kepada kita menggunakan "dhamir nahnu
mutakallim ma'a ghairih". Artinya, objek yang ditunjukkan menggunakan
kata “kami”, padahal yang makan adalah diri masing-masing.
Lalu kenapa do’anya ketika dibaca menunjukkan atas kami bukan kita dan bukan saya.
Di mana dan kapan saatnya doa ini dibaca. Hal ini tidak perlu diperdebatkan, apakah dibaca saat mengahadapi makanan atau saat sedang berlangsungnya makan. Pertanyaan sekilas muncul, sebab menjelaskan kata kerja makan agak sulit dalam bahasa kita.
Apakah makan dipahami sedang berlangsung
aktifitas memasukkan makanan ke dalam mulut, atau makan dipahami ketika
mengunyah makanan. Terserah mau dipahami seperti apa, yang jelas do’a di atas
dibaca ketika makan.
Aktifitas apapun yang dilakukan oleh manusia, tidak akan terlepas dari peran Tuhan di dalamnya. Oleh karena demikian, ketergantunagn manusia kepada Tuhannya inilah yang menjadikan setiap apapun yang telah menjadi menu siap saji baginya nama Tuhan disebutkan. Dan ini berlaku bagi agama apapun di dunia ini.
Tindakan ini merupakan upaya membangun rasa syukur manusia
terhadap apa yang telah dikaruniakan padanya di dunia. Rasa syukur ini
terbangun oleh adanya kesinambungan yang saling mempengaruh antar sesama
manusia.
Islam sangat filosofis dalam menunjukkan makna dari sebuah hubungan pertalian antar manusia. Manusia harus menyadari bahwa, apa yang didapatkan, walaupun atas hasil usahanya sendiri, namun di dalam prosesnya banyak melibatkan orang lain.
Keterlibatan ini dimulai
dari proses makanan itu diproduksi,
sehingga menjadi nasi, dan setelah makanan itu siap saji, juga harus melibatkan
unsur benda yang lain seperti: tempat maska, kuali, kosmos, piring, sendok, gas, tabung gas,
pipa, karet, penyedia jasa gas, pengantar, penjual, dan berbagai macam proses
yang terkait dengan masak memasak telah dilalui berdasarkan proses seleksi alam yang
saling melengkapi.
Ternyata kata “kami” di sini melibatkan banyak unsur yang berjasa atas makanan yang dimakan. Oleh sebab itu, ketika membaca do’a makan, maka pikiran dan hati tidak boleh bertumpu atas do’a yang diucapkan untuk kemashlahatan atas pribadi saja.
Dalam rangka untuk
mendapatkan keberkahan dari makanan tersebut tidak boleh dipahami parsial,
namun juga harus dibarengi dengan niat dan do’a keberkahan kepada siapapun yang
terlibat atas makanan tersebut.
Melibatkan banyak orang dan melibatkan banyak kreatifitas manusia di situ. Terlibat pihak yang lain, sebagaimana yang ketahui hari ini, produk luar sangatlah mempengaruhi sistem kerja penyajian makanan hari ini, seperti Cina yang sangat dominan dengan kreatifitas skilnya berupa produksi alat kerja, seperti piring, sendok, mangkok, dan lain sebagainya.
Keterlibatan ini juga dari pihak
lain yang berperan dalam unsur produksi seperti petani, pabrik, pemasok
bahan-bahan masakan, pedagang, pemasak, dan pihak-pihak yang keberadaanya tidak
terduga oleh kita..
Islam
begitu komplek mengajari manusia tentang
kebersamaan. Ayat yang mengatakan "kami jadikan kamu bersuku-suku dan
berbangsa-bangsa, tujuannya adalah untuk saling mengenal diantara satu dengan
yang lainnya". Mengenal dalam berbagai hal di narasikan dengan bahasa
"liata'arafu". Kata lita’arafu sudah pernah dibahas pada konten yang lain.
Dunia yang begitu kompleks telah Tuhan ciptakan, sebab itulah Allah swt., turunkan Nabi Muhammad saw., ke muka bumi. Diakui atau tidak oleh seluruh manusia, kenyataannya kita adalah umat Nabi Muhammad saw., secara universal dalam konteks Nabi akhir zaman.
Dengan konsep lita'arafu kita saling mengenal, melalui kreatifitas masing-masing. Sehingga melalui aktifitas makanan manusia menjalin rasa atas sesama yang secara natural telah berjasa satu sama lain.
Berdasarkan relasi natural inilah, rasa itu
disambung melaui untaian do’a yang diucapkan dalam bentuk narasi yang mewakili
unsur keterlibatan, di sinilah do’a diucapkan "bersama" dengan kata “kami”
bukan dalam bentuk pribadi dengan ungkapan “saya”..
Oleh karena demikian, do’a makan tidak dibaca dengan
narasi "Allahumma bariklii"
dengan ya nisbah untuk diri sendiri, tapi dibaca "Allahumma Bariklana",
dengan dhamir nahnu mutakallim ma’a ghairih. Artinya, berkatilah kami. Kami yang semuanya terlibat atas makanan
yang sedang dinikmati.
Berdasarkan perintah memahami untuk saling mengenal antar manusia, karena itulah manusia tidak dianjurkan untuk membangun permusushan. Jika saja manusia tidak dipertemukan dalam satu aqidah, namun pada sisi yang lain manusia akan dipertemukan dalam bentuk yang lain.
Manusia telah secara fitrah terhubung
secara universal, salah satunya adalah menyangkut dengan sirkulasi kehidupn
berupa makanan. Manusia saling melengkapi untuk memenuhi kebutuhannya, baik
kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder.
Sepanjang yang tertera dalam ajaran ketuhanan, tidak ada satu pesanpun dari Islam mengajarkan kebencian kepada manusia, kecuali bagaimana memepertahankan diri saja ketika musuh datang untuk memerangi kalian.
Dalam hal
memperlakukan musuhpun dalam Islam terdapat beberapa aturan yang terkait dengan
perang. Islam mengajarkan perang dan Islam juga mengajarkan tentang perdamaian.
Akhirnya, dapat diambil kesimpulan. Pada tahapan universal setiap manusia, apapun agamanya yang dianut adalah makhluk yang bertauhid semenjak dari alam rahim mulai ditiupkan ruh dalam dirinya.
Ketika Tuhan meniupkan ruh dalam jasad dan Tuhanpun berkata "alastu birabbikum" (apakah Aku ini Tuhanmu), setiap manusia yang telah membentuk raga dan ketika ditiupkan ruh dalam dirinya menjawab "qalu bala" (benar).
Artinya,
setiap manusia mengakui keberadaan Tuhan yang satu. Ahad adalah pengakuan
tauhid secara universal diucapkan manusia ketika ruh mulai menyatu dengan raga.
Jakarta, 11 April 2021.......
Komentar
Posting Komentar