Al-Qalam: Antara Tulisan dan Pena Yang Berjalan
إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ .... فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ .... لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya, “sesungguhnya
ia adalah Al-Quran yang mulia” “Di dalam kitab yang terpelihara” “Tidak
boleh menyentuhnya selain orang yang suci, wahyu yang turun dari Tuhan semesta
alam”. Q. S.
Al-Waqiah/056: 77-80.
Sebanyak
apapun pengetahuanmu tentang Al-quran, dan sekuat apapun kekuatanmu menghafal
dan menyimpannya ayat-ayat Tuhan dalam pikiran dan hatimu, engkau tidak
memiliki kapasitas apapun untuk menambah dan menguranginya. Jika saja hafalan
yang menjadikan ukurannya, maka Mp3 lebih kuat ingatannya dibandingkan dengan
hafalan manusia. Semakin Alquran bersamamu, maka semakin merendahlah segala
anggota badan, baik jiwa maupun raga.
Salah satu keagungan bulan suci ramadhan adalah padanya diturunkan Alquran. Alquran
adalah qalam Tuhan yang merangkap segala firman. Keagungan firman Tuhan ini
dapat dilihat dan dikaji berdasarkan tiga struktur ilmu dalam memahami Alquran yakni,
melalui pengetahuan lughawi,
tafsiri, dan takwili.
Kemuliaan yang terdapat pada Alquran, sehingga tempat di mana
Alquran itu diletakkan akan menjadi keistimewaan tersendiri. Kemulian ini bukan
berarti orang yang membawa Alquran itu dengan sendirinya mulia. Namun, atas apa
yang padanya diletakkan Alquran, maka tempat itu akan mendapatkan kemuliaan, sebagaimana mulianya
bulan suci ramadhan sebab pada waktu itu Alquran diturunkan.
Alquran telah hadir dalam berbagai momen pada diri manusia. Dia hadir dalam
bentuk tulisan (mushaf), hadir dalam bentuk bacaan, hadir dalam bentuk
pendengaran (mp3), hadir dalam bentuk file, dan hadir dalam bentuk tindakan. Alquran dalam bentuk tulisan, bacaan, pendengaran, dan file itu semua tidak akan berarti
jika tidak diwujudkan dalam bentuk tindakan. Di sini Alquran dipahami dalam bentuk tindakan, quran
in action.
Ayat yang pertama turun adalah sebuah perintah untuk membaca
(iqrak). Walaupun dalam perdebatannya surat yang pertama turun bukan
surat al'alaq. Akan tetapi perintah iqrak sebagai ayat yang pertama
turun untuk membuktikan bahwa, Islam
adalah agama yang membawa manusia keluar dari kungkungan kebodohan. Dari alam ke gelapan menuju alam yang
terang benderang dengan segala macam ilmu pengetahuan.
Firman Tuhan atau juga disebut dengan qalam. Jika saja firman adalah perkataan, maka qalam
adalah tulisan-tulisan di sana tertulis segala sesuatu yang ada, baik ada
secara azali dan ada yang
diciptakan dikemudian hari. Manusia
diperintahkan untuk membaca firman dan qalam ini. Dan Allah swt., pun bersumpah
"demi pena dan apa yang mereka tuliskan". Q.S. Al-Qalam/068: 1.
Qalam dalam pengertiannya sering dipahami sebagai tinta. Tinta
yang berbentuk cairan dan memiliki kemampuan untuk menorehkan kata, pada kertas atau tempat-tempat
yang digunakan untuk menulis apa yang dipikirkan manusia. Namun keberadaan
tinta dengan segala kemampuannya sangatlah terbatas.
Tinta tidak dapat digunakan pada saat berada di lautan yang dalam.
Berada di dalam air tinta
akan larut bersamanya. Dan tinta juga tidak dapat digunakan ketika berada di
luar angkasa. Zat yang mencair melekat padanya akan terbang bersama udara. Maka
dengan itu, qalam yang dapat digunakan dalam kondisi apapun adalah pensil.
Qalam yang disebut dengan pena digunakan untuk menulis sesuatu.
Zaman modern ini qalam yang dipahami sebagai alat tulis telah hadir dalam
beberapa wujud. Reformasi wujud qalam ini tidaklah mengurangi esensi dari qalam
itu sendiri. Jika pena yang berbentuk cairan tidak bisa kita gunakan di dalam
air dan udara, maka pensil adalah alat tulis yang dapat digunakan dalam keadaan
apapun.
Dunia modern yang telah berhasil menciptakan alat-alat kerja
canggih bagi manusia, sehingga setiap apa yang dilakukan menjadi sangat mudah.
Dalam dunia kerja apapun hari ini keberadaan mesin-mesin sangatlah membantu
manusia dalam menyelesaikan segala apa yang diusahakannya. Termasuk dalam dunia tulis
menulis.
Hadirnya mesin tulis seperti komputer, maka qalam tidak lagi dipahami dalam bentuk tinta, dan pensil, tapi dipahami dalam wujud huruf yang hadir dari perpaduan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), yang ditekan dengan ujung jari manusia.
Pena yang digerakkan melalui ujung jari disebut
dengan keybord dan keypad. Keypad yang
berarti sebuah keybord miniatur atau set tombol untuk operasi
portabel perangkat elektronik, telepon, atau peralatan lainnya, keypad yang
tersusun dengan angka-angka biasa disebut dengan numeric keypad.
Hadirnya sebuah tulisan dan ketika manusia membacanya, maka yang
terbayang adalah pikiran sang penulis. Menulis dalam bentuk tulisan adalah
sebuah upaya mengungkapkan apa yang terfikirkan. Memahami sesuatu tanpa
menerangkan maksudnya ibarat Ayat-ayat Tuhan yang dibaca tanpa memahami
maknanya.
Alquran tidak hadir sebagai kitab suci yang membingungkan manusia.
Kedalaman bahasa yang terkandung di dalamnya, disampaikan dalam bahasa yang
dimengerti oleh sebagian manusia.
Bahasa Arab yang digunakan Tuhan dalam menyampaikan firman-Nya
bukan berarti Tuhan menurunkan Alquran itu membingungkan bagi pengguna bahasa
'ajam.
Mengantarkan
pesan dalam bahasa Arab sebab Alquran memiliki kaedah yang tinggi. Dengan
demikian, bahasa yang memiliki kaedah yang tinggi ini dapat menyimpan ribuan
rahasia yang terkandung di dalamnya. Rahasia-rahasia tersebut akan terungkap
dengan kaca mata ilmu pengetahuan yang dikaji
dari berbagai
macam pendekatan dalam memahami Alquran.
Memahami Alquran yang tertulis dan menggali maknanya melalui
beberapa disiplin ilmu yang telah ada untuk mencerna makna-makna yang tersembunyi dalam
Alquran tersebut. Adanya ilmu tafsir dengan berbagai macam metodenya, seperti asbabun nuzul, tajwid, fiqh, kalam, balaghah, tarikh, manthiq, nahwu, sharaf,
dan berbagai macam disiplin ilmu lainnya.
Di samping
memaknai makna yang tersembunyi dalam bentuk ayat-ayat qauliyah,
Alquran juga menyimpan makna tersembunyi dalam bentuk ayat-ayat kauniyah. Ayat-ayat
yang tercipta dijelaskan oleh manusia dengan metodenya tersendiri.
Hadirnya filsafat ilmu yang memberi pengertian terhadap hakikat
ilmu pengetahuan. Epistemik keilmuan telah mewakili pesan iqrak di dalam
Alquran. Segala sesuatu yang dibicarakan oleh ilmu harus mengakomodir tiga
persoalan, yakni ontologi, epistimologi, dan aksiologi.
Alquran tidak hanya bicara soal tulisan, Alquran tidak hanya
bicara tentang hafalan,
Alquran tidak hanya bicara tentang ilmu pengetahuan, tapi Alquran juga bicara
soal tindakan. Di sini dapat dipahami, Alquran yang ditulis, dibaca, dihafal,
dan dipahami tanpa diwujudkan dalam tindakan nyata, maka semua itu tidaklah menjadi
hakikat dari perintah iqrak.
Di sini juga
dapat dipahami bahwa, keberadaan Alquran bisa memuliakan tempatnya, sebagaimana
mulianya bulan suci ramadhan karena salah satu momen di dalamnya adalah Alquran
diturunkan. Begitu juga manusia akan
mendapatkan kemulian ketika mushaf Alquran ada bersamanya, dan juga ketika
Alquran ada dalam hafalan dan ingatannya.
Namun dibalik keberadaan tersebut bukan berarti manusia atau
tempat di mana Alquran itu diletakkan dengan sendiri dia merasa lebih mulia
dari Alquran itu sendiri.
Manusia tetap menjadi manusia, dan firman tetap menjadi firman.
Sebanyak apapun pengetahuan manusia terhadap Alquran, dan sebaik apapun
hafalannya terhadap ayat-ayat Tuhan itu, dia tetap tidak boleh menambah-nambah
dan mengurangi isi dari Alquran tersebut.
Alquran hanya bisa bertambah dalam ranah pengembangan ilmu
pengetahuan. Alquran akan dipahami serta dikembangkan
dengan berbagai macam ranah keilmuan. Jika ilmu tersebut terkait dengan ayat-ayat kauniyah,
maka ilmu pengetahuan akan menjelaskannya sebatas kemampuan manusia melakukan
penelitian sebagai kelanjutan dari perintah iqrak.
Dari penelitian tersebut hadirlah berbagai jenis ilmu pengetahuan
hari ini seperti ilmu kedokteran, farmasi, tehnik, biologi, psikologi, pertanian, geografi, oceonografi, astronomi, penerbangan, kelautan, pertambangan, pendidikan, ekonomi, sosiologi, politik,
dan lain sebagainya. Jika ayat-ayat qauliyah perintah iqrak dipahami dengan membaca ayat-ayat yang tertulis,
maka ayat-ayat kauniah perintah iqrak dipahami dengan melakukan penelitian.
Nabi Muhammad saw., adalah satu-satunya manusia di mana Alquran
diturunkan kepadanya. Melalui pikiran dan ingatan Nabilah Alquran itu
berkembang di muka bumi. Sebaik-baik hafalan pasti hafalannya Nabi Muhammad
saw., namun dibalik semua itu tidak serta merta Nabi Muhammad saw., merasa
lebih mulia dirinya dari Alquran itu sendiri, sebab Alquran sudah berada dalam
pikiran dan hatinya. Di sini Tuhan
masih saja memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw., untuk menjelaskan kepada
manusia bahwa dirinya adalah manusia biasa yang diberikan wahyu kepadanya. Q.
S. Al-Kahfi/018: 110.
Artinya,
sebanyak apapun pengetahuan kita terhadap Alquran, dan sekuat apapun hafalan
manusia akan ayat-ayat Alquran tersebut, jika tidak diiringi dengan tindakan
nyata, dalam pengertian alquran in action, maka Alquran itu tidak
akan mendatangkan kemulian bagi yang membaca dan yang menghafalnya.
Dalam hal ini, siti 'Aisyah menyampaikan bahwa, sungguh pada diri
Nabi Muhammad saw., terdapat akhlak Alquran yang berjalan. Dan bukan sekedar
jiwa di mana ayat-ayat Alquran itu bersemanyam.
Maka dengan
itu, manusia tidaklah pernah dibenarkan, oleh karena telah menyimpan dan
membawa ayat-ayat Tuhan pada dirinya dalam bentuk hafalan dan pengetahuan, lalu
dia merasa lebih mulia dari Alquran itu sendiri.
Lalu kemudian, ke mana-mana dan pada momen
apapun dia merasa bangga dengan dirinya
sendiri,
dan menjual dirinya sebagai manusia suci kepada yang lainnya. Sehingga apapun
katanya, apapun perintahnya harus diikuti. Dan jika tidak diikutinya akan
dianggap sebagai orang yang bodoh, dhalim,
dan membangkang terhadap ayat-ayat Tuhan.
Keberadaan
Alquran akan memuliakan tempatnya, namun bukan berarti dengannya manusia sudah
merasa diri suci, dan tidak perlu lagi melakukan lagi apapun yang diperintahkan
Alquran dalam tindakan hidupnya.
Nabi Muhammada saw., yang mana Alquran diturunkan kepadanya masih
saja berkata "ana awwalu ma amartukum bih". Saya adalah orang
yang pertama melakukan apa yang kuperintahkan kepada kalian.
Namun walaupun
demikian Nabi Muhammad saw., menyadari akan kemampuan manusia dalam menjalankan
apa yang telah diketahuinya dari ayat-ayat Tuhan tersebut, dan tetap saja
mengatakan "wama amartukum bih faktu minhu mastatha'tum". Apa
yang aku (Rasulullah) perintahkan, maka kerjakanlah semampu kalian. Artinya,
Alquran tidak hanya memuliakan manusia yang membawanya, namun juga megantarkan
kemudahan dalam tindakan manusia itu sendiri.
Menulis
sesuatu bertujuan untuk mengantarkan paham kepada manusia. fungsi pena adalah
menyampaikan sesuatu yang mudah dipahami kepada dunia. Sebagaimana ayat-ayat
Tuhan telah mengantarkan paham kepada manusia terkait dengan Tuhan, manusia,
dan alam semesta. Qalam yang baik menggunakan bahasa yang baik.
Bahasa yang
baik adalah bahasa yang sesuai dengan kemampuan manusia yang mendengarkannya.
Qalam yang menyampaikan ilmu tidak selamanya mudah untuk dipahami. Mengantarkan
pesan dalam bentuk tulisan sesuatu yang mudah untuk dilakukan, tapi menulis
sesuatu yang mudah dipahami bukanlah perkara yang gampang.
Nabi Muhammad
saw., dalam menyampaikan pesan selalu menggunakan bahasa yang menyeluruh tanpa
menyulitkan makna yang mendengar dan membacanya. Jawami’ al-kalam.
Berbicaralah
kepada manusia, menulislah dengan pena, mengurailah dengan kata, dan
berargumentasilah dengan rasio yang ringan, sehingga mereka yang mendengar dan
membaca pesan dapat dengan mudah memahami kalam yang telah diutarakan.
Memahami ilmu
itu berat, dan menuangkannya apa yang tersimpan dalam pikiran melalui goresan
qalam jauh lebih berat. Maka dengan demikian perhatikan kemampuan orang-orang
yang membaca dan mendengarkan ucapan dari qalam yang disampaikan.
Al-Qalam dalam
konteks komunikasi, Alquran telah mengajarkan kepada kita tentang
ungkapan-ungkapan yang mengantarkan pesan yang baik. Di antaranya, pertama, Qaulan
Sadidan: perkataan yang benar, jujur, lurus, dan tidak berbohong (Q. S.
An-Nisak/004: 9. Q. S. Al-Ahzab/033: 70). Kedua, Qaulan Balighan:
perkataan yang mengenai sasaran, fasih, jelas maknanya, terang, dan efektif
(An-Nisak/004: 28).
Ketiga, Qaulan Maysura: perkataan yang pantas, sesuai dengan
situasi dan kondisi (Q. S. Al-Isra/017: 28). Keempat, Qaulan
Layyinan: perkataan yang lemah lembut, santun, dan berperadaban (Q. S.
Thaha/020: 44). Kelima, Qaulan Kariman: perkataan yang mulia (Q. S.
Al-Isra/017: 23). Keenam, Qaulan Ma’rufan: perkataan yang baik,
yang membawa manfaat dan kebaikan (Q. S. An-Nisak/004: 5).
Qalam yang
dipahami sebagai pena, atau pencil, atau keybord komputer yang mana jika
digunakan akan menghasilkan huruf dalam bentuk file adalah sebuah alat untuk
menulis sesuatu yang dipikirkan. Maka dengan demikian, begitu pula dengan tindakan manusia, merupakan sebuah aksi sepenuh moral yang mengukir sejarah dalam
perbuatannya.
Perjalanan hidup manusia tidaklah sama baiknya. Dunia adalah pertarungan hidup hidup yang penuh dengan kegelapan.
Kelamnya masa lalu setiap anak Adam ibarat tinta dan pena yang menulis sesuatu
yang keliru. Keliru oleh karena pikiran
yang mengantarkan pesan tersebut dipenuhi oleh nafsu syahwat duniawi.
Begitu juga dengan tindakan yang dilakukan di masa lalu, dan masa kini. Tidak semua
manusia mulus jalan hidupnya. Dan tidak semua tindakan kelam itu harus dihukumi buruk pada masanya.
Manusia tidaklah dilihat oleh karena masa lalunya. Manusia dilihat
berdasarkan tindakan masa kini, dan masa yang akan datang. Tidak ada manusia
yang tidak berdosa
ketika dia dilahirkan ke dunia.
Bukan dosa yang menjadi persoalan bagi manusia, tapi keinginan
dirinya untuk bertaubat dari dosa-dosa
tersebut itulah yang dilihat padanya. Sebaik-baik manusia adalah orang yang
bertaubat dari dosanya.
Taubat ibarat
tulisan buruk dari sebuah pena yang telah dihapus, lalu ditulisnya
kembali dengan tulisan yang baru dan ter-update dengan rasa kesucian jiwanya,
dan juga dengan menggunakan bahasa yang indah. Sehingga
bukan hanya dirinya saja yang dapat memahami apa yang telah dilakukan di masa
lalunya, namun juga dimengerti oleh orang lain yang membacanya. Dan Tuhanpun
tahu jika dia benar-benar telah menyadari kekurangan dan kesalahannya.
Jakarta, 28 Mei 2021.....
Komentar
Posting Komentar