Laisal ‘id bi Libasin Jadid Walakinnal ‘id Bitha’atin Yazid
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya, “dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah
atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur". Q. S. Al-Baqarah/002: 185.
Allahu Akbar
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu
Akbar...walillahil hamd.
Puasa telah berakhir, perahu ibadah meninggalkan muaranya,
ramadhan diibaratkan seperti sebuah kapal besar yang melintas di perairan laut
lepas, baling-baling kapal yang digerakkan oleh mesin mengepas-ngepaskan ombak
mendorong melaju ke pinggir pantai yang tak bertuan. Sebesar apapun kapal yang
berlayar, sebanyak apapun muatannya, pantai adalah tujuan akhir.
Puasa bukanlah
upaya spritual untuk melenyapkan nafsu dalam diri manusia. Puasa hanya berperan
untuk mengendalikan nafsu serakah yang duduk di dalam hati. Sebulan penuh upaya
ini dilakukan, berpuasa di siang hari dan shalat tarawih pada malamnya, serta
dilanjutkan dengan membayar fitrah pada penghujungnya.
Menahan diri
dari berbagai keserakahan, bukan berarti setelah nafsu dikendalikan manusia
tidak dibenarkan lagi untuk meraih kehidupan dunia, selagi masih berada pada
rel yang ditentukan oleh Islam, maka raihlah apapun yang ingin dicapai, dengan nafsu
yang telah terkunci bersama berakhirnya ramadhan..
Nafsu yang
tidak dikendalikan, akan menjadikan manusia lebih buas dari pada binatang.
Adanya bulan suci ramadhan menjadi kelas tarbiyah bagi manusia untuk mendidik
jiwa dan raganya agar keberadaannya tidak seperti binatang. Bahkan oleh karena
tidak mampu mengendalikan nafsu lebih rendah dari itu. pada tahapan lebih
lanjut puasa menjadikan manusia menjadi dirinya sendiri.
Kebiasaan
masyarakat Nusantara, ketika puasa memasuki sepertiga
terakhir berubahnya aktifitas masyarakat dari semangat memenuhi
panggilan untuk beribadah terbagi menuju panggilan tradisi. Semangat menanamkan
ibadah spritual dipengaruhi oleh budaya konsumtif dihari lebaran.
Budaya pasar
mampu menggeser konsentrasi memperkuat potensi diri dengan ruh puasa. Ramainya
aktifitas pasar membuat rumah ibadah menyurut jamaahnya. Tradisi mudik juga
mempengaruhi pola pikir masyarakat kota di mana bandara, stasiun, terminal
angkutan umum menjadi pusat aktifitas umat.
Semangat
memenuhi panggilan tradisi dengan semangat memenuhi panggilan ibadah mesti
disikapi dengan bijak. Sebab keduanya memiliki peran penting dalam memaknai
filosofi kemenangan setelah berpuasa.
Ramadhan
menggembleng manusia untuk menjadi baik, sementara syawal menunggu peran
hamba-hamba yang telah lulus mengikuti pendidikan rohani sebulan penuh. Alam
menyambut tindakan positif dari alumni ramadhan, dan alam juga merindukan
hamba-hamba yang telah megikrarkan kemenangan, dalam rangka menunjukkan
kapasitasnya sebagai hamba Tuhan yang telah digembleng mencapai ketakwaan.
Kesabaran
dalam menahan hawa nafsu menjadi pertahanan utama bagi manusia ketika
memasuki bulan syawal dan bulan-bulan berikutnya. Pembentukan
karakter yang diserap dari ibadah puasa mesti mampu menggerakkan revolusi spritual
dan jiwa dalam berbagai momen dan kesempatan.
Sebulan penuh
ramadhan membakar sifat buruk dalam diri manusia. Sifat buruk dalam jiwa tidak
dapat terdeteksi dengan kasat mata, namun puasa dapat mengidentifikasinya
dengan sangat baik. Inilah dasarnya kenapa puasa diwajibkan bagi orang yang
beriman, karena potensi imanlah manusia mudah mendidik jiwanya. Iman di sini
adalah kepercayaan yang mendalam, dengannya perbaikan jiwa akan mempengaruhi
etos kerja.
Sifat buruk
ini ibarat virus yang menggorogoti data-data file lunak dalam kotak perangkat
keras. Untuk menghapus virus yang menyerang file perangkat lunak (software),
jika dibiarkan akan mengacaukan program kerja perangkat keras (hardware),
maka anti virus perlu diinstal untuk membersihkan materi-materi buruk yang
tidak kasat mata.
Puasa ibarat
menginstal ulang anti virus untuk menghancurkan keburukan-keburukan dalam jiwa
manusia. Jika organ tubuh dengan seluruh anatominya diibaratkan dengan hardware, maka
jiwa manusia dengan ruh yang bersemanyam di dalamnya diibaratkan seperti software. Hardware dan software adalah
unit kesatuan kerja yang menghasilkan berbagai macam kebutuhan manusia. Begitu
juga juga manusia, di mana kehadirannya menjadi Khalifah yang akan menelurkan
kebaikan-kebaikan kepada dunia.
Allahu Akbar
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu
Akbar...walillahil hamd.
Menjadi Muslim
adalah pilihan, menghadirkan diri menjadi personal yang beriman mesti
diupayakan. Muslim adalah identitas, sementara Mukmin adalah kualitas. Kenapa
puasa diwajibkan bagi orang-orang yang beriman, tidak diwajibkan bagi
orang-orang Islam.
Jawabannya
adalah karena puasa merupakan aplikasi lunak yang mampu mempercepat kinerja
perangkat keras dalam diri manusia. Muslim adalah personalitas eksternal,
sementara Mukmin adalah personalitas internal.
Manusia yang
diciptakan Tuhan lengkap dengan organnya merupakan makhluk terbaik dilihat dari
bentuknya. Dan ini telah disebutkan dalam al-Qur’an bahwa, manusia diciptakan
dengan penciptaan sebaik-baik bentuk. Perhatikan kalimatnya di sini
“sebaik-baik bentuk” bukan sesempurnanya bentuk. Di sini dapat dipahami
penciptaan manusia dalam bentuk organ merupakan perangkat keras dengan segala
anatominya, sementara jiwa perangkat lunak dengan segala sifatnya.
Penciptaan
dalam bentuk ruh merupakan perangkat lunak dalam jiwa yang mana keberadaannya
tidak dapat diraba. Seperti halnya sifat hasad, dengki, khianat, takabbur,
sum’ah, membanggakan diri, ria, angkuh, dan lain sebagainya. Sifat buruk ini
akan mempengaruhi sikap, akhlak dan tindakan.
Pada
penciptaannya setiap manusia adalah Muslim sejak awal raga terbentuk di alam
rahim. Artinya, setiap manusia adalah Muslim sejak pertama sekali ruh ditiupkan
dalam dalam raganya. Ketika Tuhan berkata “alastu bi rabbikum” maka
janin itupun menjawab “bala”.
Jawaban dari
pertanyaan ini adalah sebuah pengakuan esetoris setiap anak
Adam. Namun terjadi pergeseran ketika manusia hadir dan dilahirkan melalui
pengaruh budaya yang mengabaikan sifat-sifat kefitraan manusia itu sendiri.
Oleh karena
demikian, anak manusia tumbuh dan berkembang sesuai dengan lingkungannya,
termasuk di sini pengaruh agama yang dianut oleh pendahulunya.
Allahu Akbar
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu
Akbar...walillahil hamd.
Anatomi tubuh
manusia diibaratkan seperti komputer. Di dalamnya terdapat dua perangkat. Pertama,
perangkat keras atau disebut dengan hardware, merupakan
komponen dari sebuah komputer yang mana bentuknya dapat dilihat dan diraba
secara langsung, yang mana fungsinya dapat mendukung proses operasional dari
sistem komputer yang bekerja dengan program yang direncanakan, sesuai dengan
kemampuan dan kapasitas kerjanya, atau disebut juga juga intruction set.
Sistem
kerjanya sesuai perintah penggunanya yang dapat dimengerti oleh hardware.
Melalui sistem aktivasi komponen-komponen yang saling bekerja sama membentuk
kesatuan. Apabila salah satu dari sistem tersebut tidak bekerja dengan baik,
maka komputer tersebut tidak berfungsi dengan sempurna.
Kedua, perangkat lunak atau disebut juga dengan software.
Perangkat lunak merupakan aplikasi yang dibuat dan diinstal untuk membantu
menjalankan sistem kerja perangkat keras komputer. Software adalah
kumpulan intruksi yang bekerja melakukan olahan data.
Keberadaannya
sebagai media penghubung antara manusia dengan perangkat keras, yang mana
fungsinya mengantarkan keinginan manusia dalam bahasa yang dipahami oleh mesin.
Dengan
demikian, berdasarkan intruksi yang diberikan oleh manusia kepada hardware,
yang kemudian melalui pesan tersebut mesin menampilkan uraiannya sesuai dengan
intruksi pengaturan yang telah diatur oleh penggunanya. Antara bahasa manusia
dan komputer dijembatani oleh perangkat lunak, lalu menghasilkan bentuk pikiran
yang dapat dimengerti serta dapat dilihat hasilnya dengan baik.
Puasa telah
mengobati perangkat keras manusia, berupa kesehatan raga yang mengurai
potensi-potensi penyakit bahkan menghilangkannya. Aktivitas berpuasa dengan
sendirinya mesin-mesin pengurai akan menghancurkan lemak jenuh di dalam badan,
menyehatkan lambung, menekan darah tinggi, menurunkan kolestrol, mensatabilkan
aliran darah, dan bebagai macam manfa’at kesehatan bagi raga. Dan puasa juga
mengobati perangkat lunak manusia.
Allahu Akbar
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu
Akbar...walillahil hamd.
Ibadah yang
dikerjakan secara rohani ini akan mendidik jiwa, seperti mendidik kesabaran,
memahami arti dari sebuah kelaparan, merasakan seperti apakah kehidupan
orang-orang yang hidup dalam berkecukupan, mengontrol emosi, membangkitkan
semangat memahami kepada sesama, di mana dengannya akan terbangun semangat
saling menutupi segala kemungkinan-kemungkinan yang berlaku atas diri manusia.
Miskin bukanlah
aib, dan Nabi Muhammad saw., sendiri telah memilih untuk menjadi miskin.
Miskinnya Nabi adalah pilihan, bukan karena tidak memiliki apapun di dunia ini.
Memahami Nabi Muhammad saw., miskin adalah kesalahan besar. Dengan kemiskinan
hisap diakhirat akan menjadi mudah. Sebagian penduduk bumi yang kita diami hari
ini adalah pemilik kemiskinan. Tidak semua orang diciptakan menjadi kaya.
Miskin raga
disebabkan karena tidak memiliki materi yang mengiringi hidupnya. Sementara
miskin jiwa disebabkan karena tidak memiliki rasa malu dalam dirinya. Miskin
raga meringankan beban ketika dihisap pada hari pembalasan. Sementara miskin
jiwa sudah dihisap sebelum kiamat itu tiba. Di mana hukum sosial mengkleim atas
keburukan sifatnya. Orang yang jiwanya miskin, raganya tidak pernah merasa
kaya.
Ada dua
kemungkinan tentang hadirnya orang-orang kaya. Ada kaya dilahirkan dan ada kaya
yang diperjuangkan. Kaya yang dilahirkan adalah orang-orang yang sejak lahir ke
dunia sudah disambut dengan kekayaan yang melimpah dari orang tuanya, sehingga
tidak perlu baginya berfikir tentang harta.
Sementara kaya
yang diupayakan adalah sebuah usaha bersungguh-sungguh yang dilakukan oleh
seseorang sejak ia lahir sudah dalam keadaan miskin, dengan usahanya kemudian
menjadi berpunya. Tidak semua orang dilahirkan dari keturunan sultan, dan tidak
semua yang bekerja menjadi kaya dengan usahanya. Bersikap biasa saja ketika
menjadi kaya, dan tidak perlu berduka ketika hidup bukanlah orang yang
berpunya. Sebab kaya dan miskin hisapnya berbeda di mata Tuhan Yang Maha Kuasa.
Walaupun
demikian, tetap berusaha dengan rajin dan terukur sebagaimana ungkapan
masyarakat Aceh “asai gigeh tausaha adak han kaya udep senang” (jika
gigih berusaha walaupun tidak kaya namun hidup senang).
Sebulan penuh
kita berpuasa, sebulan lamanya juga puasa memperbaiki sistem metabolisme tubuh
manusia. Metabolisme perangkat keras dan metabolisme perangkat lunak akan
memperkuat kembali organ-organ jenuh dalam diri manusia.
Allahu Akbar
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu
Akbar...walillahil hamd.
Metabolisme
perangkat keras menyehatkan raga dan metabolisme perangkat lunak menjaga
keseimbangan jiwa. Bukankah dari dalam tubuh yang sehat akan terdapat pikiran
yang sehat juga. Dan inilah yang menjadi fungsi utama dari puasa itu, merefresh
kembali sistem kerja jiwa dan raga dalam setahun, berlangsung selama satu bulan
penuh. Perubahan ini tidak akan dianggap sukses jika puasa sebagai aktivitas
rohani tidak merubah prilaku.
Bagi
orang-orang yang beriman puasa adalah fakultas jiwa dalam rangka upaya diri
merubah sikap yang akan mempengaruhi etos kerja. Dan ini tepat sekali, Tuhan
memerintahkan puasa hanya kepada orang-orang yang beriman.
Artinya, hanya
dengan iman yang kuatlah sesorang mampu menjadikan puasanya sebagai fakultas
jiwa dalam menata dirinya. Sehingga, puasa yang dilakukan bukan hanya sekedar
menahan haus dan dahaga saja.
Iman bukanlah
perangkat keras dalam diri manusia. keberadaannya tidak bisa dideteksi,
secanggih apapun science di bidang kedokteran yang dikuasai hari ini, dan
bahkan berkumpulnya seluruh ahli kedokteran terbaik dunia untuk melakukan
operasi dalam rangka mencari bentuk iman dalam tubuh manusia, maka dapat
dipastikan seluruh tim yang terlibat tidak akan menemukannya.
Berbicara iman
adalah berbicara software, wujud bendanya dalam bentuk file lunak,
untuk mengisinya dengan cara diinstal ke dalam perangkat keras. Susahnya meraba
keimanan sama susahnya dengan meraba file lunak dalam sebuah komputer.
Manusia hanya
diberi kode ID saja sebagai nama pengenal akan sebuah file. Nama sesuai dengan
fungsinya. Sebagaimana fungsi hati menjadi identitas di mana iman itu duduk.
Dan ini sebagai alamat tanda ketika Nabi Muhammad saw., menunjukkan keberadaan
takwa pada organ dada di mana ada hati di dalamnya. At taqwa ha
huna (ketaqwaan ada di sini) sambil meletakkan tangan di dadanya.
Seandainya
saja komputer itu rusak, maka segala file perangkat lunak tidak dapat diinstal
dan tidak akan dapat duduk dan bekerja merangkai program. Dan seandainya juga
keberadaan perangkat keras telah disusupi oleh virus, maka sistem kerja
perangkat lunak tidak akan berfungsi dengan baik.
Dengan
demikian, upaya sistem mengikuti keinginan yang digerakkan oleh manusia tidak
akan terdapat singkronisasi dalam membangun perangkat kerja. Utuhpun bentuk
komputer itu, jika di dalamnya terdapat virus pengganggu, maka sistem kerjanya
akan rusak.
Hal yang sama
juga berlaku bagi manusia, menjaga anggota badan merupakan tujuan utama dari
ajaran Islam. Makanya, Islam melarang manusia memakan makanan yang haram, baik
haram zatnya seperti minuman keras, ganja, sabu, dan jenis narkotika lainnya.
Sebab kenapa,
obat-obat terlarang ini merusak raga manusia. Jika otak sudah rusak maka file
akal tidak akan dapat duduk di dalamnya dan tidak dapat bekerja dengan baik.
Begitu juga makanan yang haram dari sifat, yaitu makanan yang didapatkan dengan
cara menghalalkan segala macam cara, sikat kiri kanan, tanpa mempedulikan
hak-hak orang lain. Maka dengan itu, tujuan Islam yang utama adalah menjaga
jiwa, harta, dan raga (keturunan).
Allahu Akbar
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu
Akbar...walillahil hamd.
Begitu juga
dengan manusia, walaupun sempurna bentuk fisiknya, jika terdapat virus-virus
perusak dalam jiwanya, maka raga tidak akan mampu bersikap dan berprilaku yang
baik. Karena niat hati yang terpatri di dalam jiwa adalah generator penggerak
terhadap raga.
Namun
sebaliknya, ketidak sempurnaan fisik juga akan mempengaruhi keinginan jiwa
menggerakan raganya. Sebagaimana software tidak mampu bekerja
dengan baik oleh karena rusaknya hardware sebagai materi yang
secara langsung berhubungan dengan manusia.
Hati adalah
perangkat keras dalam diri manusia, sementara qalbu adalah perangkat lunaknya.
Kedua organ ini dipahami sebagaimana keberadaan akal dan otak. otak sebagai
perangkat kerasnya, dan akal sebagai perangkat lunaknya. Ketika otak dan
akalnya baik, maka di situlah peran manusia akan berfungsi seperti yang
diharapkan.
Kedua
perangkat tersebut harus dijaga dengan baik. Menjaga kedua perangkat ini dapat
dilakukan sekaligus dengan cara berpuasa. Dengan berpuasa sistem metabolisme
tubuh diremajakan kembali dan dengan puasa juga sistem metabolisme jiwa akan
direfresh seperti semula.
Antara
perangkat keras dan perangkat lunak saling bersinergi membangun sikap dan
prilaku yang baik. Namun ini tidak akan terwujud dengan jika penyakit hati
hinggap dalam diri anak Adam as. Penyakit hati inilah yang di rekognisi ulang
agar supaya sikap dapat mempengaruhi tidakannya.
Hasad, dengki,
takabbur, ujub, ria, sum’ah dan yang lainnya adalah sebuah sikap yang dapat
merusak psikologi kognosi. Dan jika saja penyakit ini tidak di rekognisi ulang
secara berterusan, maka akan merusak organ-organ perangkat keras yang terdapat
dapat dalam tubuh manusia. Maka dengan itu, benarlah adanya ungkapan kalimat “di
dalam pikiran yang sehat akan menjadikan raga yang kuat”. Dengan demikian,
merawat jiwa jauh lebih penting dibandingkan dengan merawat raga.
Setelah
berpuasa dengan upaya kebaikan, tibalah hari kemenangan bagi orang-orang yang
beriman. Pada satu syawal adalah hari permulaan di mana jiwa yang sudah terawat
digunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan kemanusian. Dan pada momen
ini sepertinya dilupakan oleh orang-orang yang telah berpuasa.
Kehilangan
daya ingat terhadap persoalan ini disebabkan oleh kemampuan memperbaiki jiwa
dengan menjalan spritualitas puasa tidak berjalan dengan baik. Puasa yang
dilakukan hanya untuk menahan haus dan dahaga saja tanpa berfikir bahwa
ramadhan adalah fakultas untuk menata jiwa. Dan ketika selesai menyempurnakan
hitungannya ada tugas lain yang harus dilanjutkan.
Allahu Akbar
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu
Akbar...walillahil hamd.
Sebagai
peserta yang telah lulus dalam menata jiwa, maka tindakan dan sikap harus
memperbaiki sikap dan prilakunya. Ketika ramadhan telah berakhir dengan
masuknya syawal, bukan hitungan berapa raka’at sahalat sunat yang telah
dikerjakan, berapa juz al-Qura’an yang telah dibaca, berapa juta kali zikir
yang tela diucapkan, dan lain sebagainya.
Namun, yang
harus ditekankan di sini adalah, sudahkah jiwamu terasah dengan baik bersama
ramadhan, lalu dengan asahan tersebut, setelah ramadhan berakhir keberadaanmu
benar-benar menjadi rahmah bagi alam, dan kekhalifahanmu benar-benar
mendatangkan keadilan dalam berbagai sektor kehidupan. Sehingga awal harimu selalu
dimulai dengan senyuman.
Satu bulan
adalah waktu yang singkat untuk mendidik. Namun waktu ini dapat menggerakkan
jiwa dan raga manusia secara keseluruhan. Ibadah berpuasa yang dilakukan pada
siang hari dan dilanjutkan dengan shalat malam.
Dua ibadah yang
dirangkum dalam satu paket ketika datang bulan suci ramadhan memepercepat
pembentukan karakter manusia. Puasa dengan menahan hawa nafsu, dan shalat malam
sebagai bentuk penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan, dengan harapan puasa
yang dilakukan pada siang harinya dengan segenap kemampuan dan segala
kekurangannya dapat dimengerti oleh Tuhan.
Jika saja
puasa dalam pelaksanaannya tidak diterima oleh karena kelaleain dalam memenuhi
syarat dan rukunnya, minimal Tuhan menerima Ibadah puasa yang telah dilakukan
berdasarkan penglihatan semangat keikhlasan dan niat yang kuat dari
hamba-Nya.
Kemenangan
umat Islam setelah menunaikan puasa selama sebulan penuh dimeriahkan dengan
kalimat takbir pada malam masuknya satu syawal. Tradisi takbir juga dilakukan
secara beragam oleh masyarakat Nusantara.
Kebiasaan
takbir secara umum dilaksanakan di masjid-masjid. Dan takbir juga dilakukan di
tempat-tempat umum seperti jalan raya yang dilakukan secara
pawai. Dan takbir juga boleh dilakukan secara sendiri-sendiri.
Kalimat takbir
yang diagungkan dimalam satu syawal bukan berarti substansi puasa itu telah
berakhir. Takbir adalah ucapan kemenangan dari lelah dan
letihnya berpuasa dan melaksanakan shalat dimalam harinya selama
sebulan penuh. Mencapai kemenangan dari upaya melelahkan dalam
melewati pendidikan jiwa, dengannya kalimat takbir diucapkan.
Setelah
mencapai kemenangan, usaha berikutnya adalah menguasai diri.
Menguasai diri dari sifat-sifat buruk seperti serakah, angkuh, sombong, ujub,
takabbur, ria, bakhil, beringas, dan sifat-sifat buruk lainnya.
Kenapa ini
yang harus ditekankan, sebab perjalanan kita akan menuju sebelas bulan ke
depan. Jika substansi dari pelaksanaan puasa dibangun dalam diri manusia, maka
sepanjang tahun tidak akan adalagi bentuk-bentuk kedhaliman yang berlaku dalam
berbagai level di masyarakat sosial.
Allahu Akbar
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu
Akbar...walillahil hamd.
Pada ayat di
atas disebutkan, hendaklah menyempurnakan bilangan hari, lalu ketika sampai pada
akhirnya, maka agungkanlah nama Tuhanmu yang telah memberikan hidayah kepadamu.
Hidayah ini adalah jalan lurus bagi raga dalam menempati ruang dan waktu.
Begitu penting
hidayah ini diperoleh oleh manusia, sehingga pada ayat keempat dalam surat
al-fatihah Tuhan mencantumkan narasi dalam firmannya agar supaya manusia
meminta untuk diberikan hidayah sepanjang nyawa masih melekad pada raganya.
Hidayah
pertama dalam hidup manusia adalah jalan lurus memahami Tuhan. Semua ini tidak
akan terpatri dalam diri manusia kecuali dengan ilmu. Ilmu berperan penting
untuk mencapai kebahagiaan.
Kebahagiaan di
dunia dan kebahagiaan diakhirat hanya dapat diperoleh dengan ilmu pengetahuan.
Berpuasa dengan ilmu berbeda ruhnya dengan berpuasa tanpa melibatkan ilmu di
dalamnya. Dengan ilmulah kesempurnaan puasa akan diraih. Hakikat puasa adalah
mengendalikan nafsu serakah dalam diri, raga, dan jiwa. Hanya dengan ilmu nafsu
itu dapat dikendalikan.
Ramadhan tidak
melulu dipahami sebagai bulan ibadah semata, di mana kontestasi menggantikan
prestasi. Dengan memberi ruang pada kontestasi, sehingga berakhirnya ramadhan
seolah-olah proses menahan diri tidak perlu lagi diterapkan pada bulan-bulan
berikutnya.
Ramadhan mesti
dipahami sebagai bulan tarbiyah. Walaupun puasa adalah ibadah yang melibatkan
raga, namun fokusnya adalah mendidik jiwa.
Kesucian
jiwalah yang menyebabkan sang pemenang memperoleh kemenangan diakhir ramadhan.
Dengan demikian, hari raya dipahami sebagai terminal untuk mentrasnsitkan jiwa
sa’at mencapai kemenangan dengan membesarkan nama Tuhan.
Allahu Akbar
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu
Akbar...walillahil hamd.
Berjuang
sebisa mungkin selama satu bulan penuh, dan bertakbir sebanyak-banyak mungkin
disaat hari kemenangan itu tiba.
Masuknya bulan
syawal serta berakhirnya aktifitas makan dan minum disiang hari bagi raga,
bukan berarti berhentinya puasa bagi jiwa. Puasa yang dipahami sebagai
pendidikan rohani tetap menahan diri dari tindakan-tindakan yang tercela.
Apalagi sikap dan prilaku yang mudah merugikan orang lain.
Di sinilah
makna bahwa puasa itu pada hakikatnya adalah melatih dan mengontrol jiwa dari
sikap yang buruk dan hawa nafsu yang tercela. Jika saja pada bulan ramadhan
masa mendidik raga, maka sebelas bulan berikutnya adalah praktek pada jiwa.
Ukuran sukses
dan berkahnya puasa seseorang bukan dilihat dari semangat menyambut idul fitri,
namun keberkahannya dilihat dari semangat menata diri ke arah yang jauh lebih
baik setelahnya.
Common
ground ramadhan juga
dipahami sebagai meeting point yang membangun sikap dan
tindakan secara bersamaan. Puasa yang didasari atas dasar keimanan akan membawa
pada ketaqwaan. Dan di sinilah titik serunya, ternyata puasa yang didasarkan
atas semangat kebaikan (istihsan) akan mengantarakan pada posisi taqwa (la’alalkum
tattaquuun). Dengannya, petunjuk yang didapatkan setelah selesai melakukan
ibadah puasa akan membangun rasa syukur yang tiada tara.
Syukur yang
ditunjukkan adalah harapan utama Tuhan kepada manusia. Tuhan hanya meminta
manusia untuk bersyukur atas nikamat yang telah diterima, “bagi siapa yang
bersyukur, maka akan Aku tambah nikmat bagimu”. La’allakum
tasykurun......ini adalah kalimat harapan Tuhan kepada manusia agar
dengan petunjuk ke jalan yang lurus manusia bersyukur atas keberadaan dirinya
sebagai makhluk yang sebaik-baik bentuk.
Setiap hamba
menginginkan pencapaian puasa sampai pada keridhaan pada sisi-Nya. Sebagaimana
Tuhan telah menyatakan bahwa puasa itu adalah milik-Ku, dan Aku yang akan
membalasnya. Memperoleh balasan atas suksesnya berpuasa sampai pada puncaknya,
Tuhan mengampuni segala dosa hamba yang telah berlalu, dan dikembalikan seperti
bayi yang baru lahir.
Puasa yang tidak mencapai pada posisi takwa, ibarat perusahaan yang sedang berada pada posisi break event point. Di mana pendapatan perusahaan tidak melewati jumlah modalnya, namun juga tidak berada pada posisi merugi. Artinya, antara modal dan laba tidak berubah signifikan.
Di
sini dapat dipahami, puasa pada tahap ini hanya memperoleh lapar dan dahaga
saja. Dan puasanya sah tanpa memiliki beban untuk menggantikannya pada hari
yang lain di luar ramadhan. Namun yang menjadi stagnan di sini, puasanya tidak
berpengaruh terhadap pembentukan sikap dan tindakannya setelah ramadhan
berakhir.
Mengakhiri
tulisan singkat ini. Tibanya hari kemenangan bukanlah semua dipahami menjadi
serba baru dalam bentuk materi. Baju baru, kenderaan baru, rumah baru, istri
baru, suami baru, dan baru-baru yang lainnya.
Namun
datangnya bulan syawal pada hakikatnya adalah memperbaharui semangat memahami
nilai-nilai keilaihian. Laisal ‘id bi libasin jadid,
walakinnal ‘id bitha’atin yazid. Hari raya idul fitri bukanlah
memamerkan materi serba baru, tetapi idul fitri adalah meningkatnya keta’atan
dalam diri, jiwa, dan raga manusia.
Setelah
menjadi alumni Universitas Ramadhan di Fakultas Jiwa pada tahun ajaran 1442 H.,
dengan harapan puasa dapat meningkatkan potensi perangkat keras (hardware)
pada diri manusia, dan juga meningkatkan potensi perangkat lunaknya (software).
Sehingga manusia dengan berakhirnya puasa akan terahmati secara bersama-sama,
dan menjalankan fungsinya dengan baik pada posisi masing-masing.
Selamat
menyambut 1 Syawal 1442 H., mohon maaf lahir dan bathin atas segala kekhilafan
tutur dan sikap. Semoga puasa yang telah dilaksanakan mampu mendidik
jiwa yang mengabaikan rasa. Dengan berakhirnya makan minum selama ramadhan
bukan berarti kita berhenti untuk berpuasa dalam rangka menahan sikap-sikap
buruk pada jiwa. Semoga saja kita dipertemukan dengan ramadhan yang akan
datang.
اللَّهُمَّ
لاَ تَجْعَلْهُ آخِرَ الْعَهْدِ مِنْ صِيَامِنَا إِيَّاهُ، فَإِنْ جَعَلْتَهُ فَاجْع
لْنِيْ مَرْحُوْمًا وَ لاَ تَجْعَلْنِيْ مَحْرُوْمًا
Artinya “Ya
Allah, janganlah Kau jadikan bulan Ramadhan ini sebagai Bulan Ramadhan terakhir
dalam hidupku. Jika Engkau menjadikannya sebagai Ramadhan terakhirku, maka
jadikanlah aku sebagai orang yang Engkau sayangi”.
Jakarta 12 Mei
2021.........
Komentar
Posting Komentar