Berjibaku Dengan Waktu: Sinopsis Kehidupan Anak Zaman
Buku ini telah ditulis berdasarkan daya imajinasi dalam
menangkap pesan dari apa yang dilihat, dicerna, diamati, diambil 'ibrahnya,
lalu dikontruksi dengan bahasa yang dimengerti. Menangkap pesan
dari kisah zaman tidaklahakan habis untuk dicerna. Setiap orang punya kisah,
dan setiap kita punya cerita. Tidak semua kisah dapat diambil pelajarannya, dan
tidak semua cerita bisa dijadikan literasi bagi jejak zaman.
Menceritakan
pengalaman hidup tidak akan pernah habis. Semasih saja nyawa berada dikandung
badan, maka cerita kehidupan tidak akan pernah selesai. Berakhirlah semua itu
ketika tiba waktu di mana pintu menuju alam akhirat terbuka dengan jalan
kematian (maut).
Berakhirnya
hidup, yang tinggal hanyalah
cerita-cerita kebaikan serta keburukan atas manusia. Berbahagialah bagi hamba-hamba yang telah menaruh pesan ketauladanan semasa hidupnya, sehingga kepada dunia tertitipkan inspirasi.
Belajar
adalah perkara yang sulit, memasukkan ilmu pada akal bukan pekerjaan yang
mudah. Lalu menitipkan pesan literasi kepada dunia sesuatu yang sangat berat
untuk dilakukan. Maka dengan itu hadirnya buku ini untuk meringankan pikiran
dalam menangkap pesan-pesan dunia dari anak zamannya. Tidak ada yang sempurna
dari apa yang telah dilakukan oleh manusia, termasuk buku karya yang begitu
sederhana ini, di mana banyak kekurangan yang harus ditambal. Namun, dibalik
semua itu, pesan-pesan yang terangkup dalam kajian yang tersuguhkan hanya
sebuah upaya meneruskan literasi kepada pemilik zaman berikutnya dengan
kemampuan yang terbatas.
Pembahasan buku ini diawali dengan memahami bahwa belajar
tentang ilmu perkara yang penting dalam kehidupan manusia. Jika saja kebahagian
itu tujuan dasar dari setiap orang di dunia, maka ia harus melewatinya dengan
ilmu, begitu juga dengan kebahagiaan di akhirat, dan juga kebahagian keduanya
dunia dan akhirat. Kebahagiaan itu adalah destinasi keilmuan dalam perjalanan
hidup manusia.
Pesan sejarah telah mengukuhkan bahwa, ilmu merupakan
bagian dari agama, seseorang yang mempelajari ilmu harus mengambilnya dari
orang yang tepat. Sebab, ilmu merupakan jalan terbaik dalam memahami agama. Kebahagiaan
yang datang dalam diri manusia karena pengaruh tertanamnya nilai-nilai
keagamaan dalam diri. Dengan demikian, antara ilmu, agama, dan kebahagiaan
memiliki relasi yang begitu kuat membentuk karakter dalam diri seseorang.
Pada bagian kedua, uraiannya melihat sisi ruhiyah sebagai
dasar kehidupan manusia. Dimensi ruhiyah merupakan manifestasi ruang kehidupan.
Menempati ruang merupakan sifatnya materi, sementara waktu terkait dengan masa
yang harus dijalani oleh makhluk hidup yang mendiami bumi. Manusia tidak pernah
terpisah dari penempatan ruang dan waktu. Intelektualitas adalah dimensi ruang
bagi manusia. Dengan pikirannya manusia dapat memahami apa saja, termasuk
persoalan yang paling sulit sekalipun.
Dimensi ruhiyah pada diri manusia bagaimana memahami
sesuatu yang mensifatinya. Sifat-sifat ruhiyah ini tidak memiliki ruang materi,
keberadaannya sangatlah abstraktif. Wilayah kerja ruhiyah membangun pikiran, menanamkan
rasa dalam hati, menempati sikap dalam prilaku. Hudhurul qalbi hadir
melalui kesempurnaan gerak fisik yang mengarah pada upaya diri dalam menata
pranata jasadiyah. Dimensi ruang dan waktu mengikat jasadiyah/jismiyah dengan
ruhiyah.
Pada bagian ketiga, menguraikan terkait dengan
kebijaksanaan. Manusia sebagai makhluk yang memiliki akal, dengan
pengetahuannya telah megantarkan hikmah dalam jiwanya. Dimensi kebijaksanaan
dalam memahami jejak zaman tumbuh oleh karena
dominannya sifat kebijaksanaan dalam diri seseorang. Motivasi adalah sumber
utama manusia dalam bertindak.
Alam dunia yang sangat komplek ini, dengan
manusia sebagai pengelolanya, jika saja tidak dipahami dan dikelola dengan
pikiran yang baik, maka ruang akan kehilangan dimensinya dan waktu akan
kehilangan arahnya.
Oleh karena demikian, antara ruang dan waktu
harus diisi dengan nilai-nilai kebijaksanaan yang lahir dari jiwa-jiwa yang
tidak luput dari derivasi rasa Sang Pemilik Dimensi. Ketika Sang pemilik kebijaksanaan
berfikir tentang diri-Nya, maka partikel-partikel dari pikiran transendental akan
menyinari kebijaksanaan di bumi. Dengan berfikirlah dimensi kebijaksanaan akan
tumbuh pada segala sektor kehidupan.
Pada bagian keempat, sebagai mahasiswa
doktoral penulis mencoba untuk mendalami sejauh mana kajian ilmiah akan
membangun potensi diri. Dimensi munaqasah disertasi menjadi jembatan dalam
membangun intelektualitas. Prinsip dasar dari upaya memahami secara ilmiah berangkat dari argumentasi
yang dibangun berdasarkan nilai rasionalitas.
Disertasi bagi mahasiswa tidak hanya menjadi tugas akhir
dalam pencapaian titel akademis, melainkan juga menjadi pola awal dalam
memetakan sebuah masalah. Dunia ini telah dijadikan Tuhan bersamaan dengan
problem yang mengitarinya.
Penciptaan manusia sebagai makhluk yang memiliki
kemampuan rasio yang kuat, berfikir secara akademis merupakan upaya menemukan
titik kajian yang tepat. Membangun pola pikir akademis adalah upaya argumentasi
rasional dalam menemukan iqrak yang hilang.
Dengannya membaca untuk memahami mengantarkan paham dalam
membentuk karakter yang kuat. Manusia sebagai makhluk rasionalitas ilmu
haruslah mempengaruhi prilaku. Pengetahuan yang mengatarkan pemahaman keilahian
akan membangun etos kerja yang beradab.
Pada bagian kelima, menguraikaan sisi kemanusiaan. Manusia
sebagai makhluk sosial-biologis munakahat adalah jalan terbaik dalam
menguraikan kehidupan. Dimensi munakahat merupakan sosio-sakralitas bagi
manusia, dengannya nasehat zaman terus mengitari kehidupan anak manusia yang
terkait antara satu dengan yang lainnya.
Nasehat yang disampaikan mengikuti alur pikir
zaman. Mengingat generasi terus berganti dan zaman terus berubah, dan nasehat
zaman harus diperkenalkan kepada generasi berikutnya. Sebagai orang tua yang
telah banyak melewati getar-getir kehidupan, hidup ini terlalu keras untuk
dijalani jika pengetahuan tidak mengikuti alur pikir zaman.
Kecerdasan berfikir harus lebih cepat dari
pengetahuan yang dimiliki. Untuk itu, setiap nasehat harus diteruskan, setiap
pernikahan harus dinasehati berdasarkan pengalaman hidup bagi yang telah
terlebih dahulu merasakannya. Nasehat ini berlaku umum bagi siapa saja yang
memiliki zaman, walaupun penyampaian
nasehatnya ditujukan pada pernikahan tertentu.
Pada bagian keenam, kehidupan manusia di
dunia adalah perjalanan panjang, bak seorang musafir yang sedang menuju pulang
ke kampung halamannya. Dalam perjalanan hidup banyak hal yang dilihat, dan
banyak dimensi yang mengantarkan kagum pada penciptaan alam ini. Nusantara
telah dititipkan Tuhan sebagai bentuk kesucian Maha penciptaan-Nya di bumi.
Panorama laut yang dipenuhi dengan pegunungan dan perbukitan bagaikan gambaran syurga, yang membuat manusia lupa akan pulang. Keindahan dunia mengundang jutaan rasa dalam jiwa, jiwa-jiwa yang penat dengan kehidupan yang mengitari hidupnya.
Kelelahan dalam meraungi penatnya alam yang sudah tidak lagi terlihat asri. Hadirnya pesona dari hamparan alam mampu mengupas polemik kehidupan yang telah mendudukkan rasa kejenuhan dalam jiwa-jiwa masyarakat modern.
Maka dengan itu, pesona wisata di Nusantara yang telah dititipkan Tuhan mampu menggetarkan sisa-sisa pengingkaran terhadap nikmat hidup yang telah Tuhan berikan. Berdasarkan ayat-ayat kauniyah bersama alam terjawab sudah pikiran-pikiran yang mengingkari akan adanya Tuhan, dan bersamaan dengan indahnya alam dunia menandakan Tuhan itu ada.
Mengakiri uraian ini, penulis memahami bahwa belajar tentang hidup bukanlah di bangku pendidikan, sebab di sana cuma ada huruf dan angka saja yang menguntai kata, lalu dengan pengakuan intelektual sepihak mengarang kalimat, yang kemudian kebenaran dikleim hanya keluar dari ujung lidahnya saja.
Jakarta, 16 Agustus 2021...
Komentar
Posting Komentar