Milad Muhammadiyah dan Maulid Muhammad sebagai Nabi

 

Dua peristiwa ini berangkat dari acara yang sama, sama-sama mengenang hari kelahiran. Milad Muhammadiyah memperingati hari lahirnya organisasi dan maulid memperingati hari kelahiran Muhammad sebagai Nabi.

Dua nama yang sama, namun spirit yang berbeda. Satu nama organisasi yang mana gerakannya ternisbah pada nama Nabi. Satu lagi nama sosok Nabi penghulu alam, yang mana keberadaannya sangatlah penting atas manusia.

Personalnya Nabi Muhammad saw hadir sebagai sosok yang mentauladani segala bidang, sementara komunalnya Muhammadiyah bergerak bersama-sama membangun perdaban manusia.

Maka tidak heran organisasi  ini mencetak pelaku dan pengatur terhadap zamannya, sehingga lahirlah segala ahli dan tenaga profesional. Membangun peradaban manusia adalah cita-cita Nabi Muhammad saw.

Sejak tanggal 18 November 1912 di dirikan, dan setiap tahunnya organisasi Muhammadiyah memperingati hari lahirnya. Memperingati hari jadi tidaklah dilarang, sebab dari sana muncul semangat membangun ke arah yang jauh lebih baik terus digelorakan.

Berumur satu abad sudah lebih kurang, organisasi ini telah mengembangkan dirinya ke berbagai penjuru arah. Mulai dari memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sampai mengisinya dengan berbagai macam program pembangunan.

Membangun segala arah tidak hanya bagi masyarakat kota saja, melainkan masuk ke seluruh pelosok desa, dengan mudah kita melihat lembaga pendidikan berlabel organisasi Muhammadiyah, baik sekolah, pesantren, rumah sakit, lembaga sosial, dan lain sebagainya.

Bahkan lebih dari itu, melalui lembaga pendidikan dan keorganisasian telah banyak mencetak putra-putra terbaik di negeri ini. Baik sebagai ulama, cendikiawan, intelektual, guru, pekerja ahli, pejabat, pemimpin, serta berbagai macam posisi lainnya.

Sementara sudah berabad-abad lamanya umat ini memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw yang dibungkus dengan acara maulidan, maulid, atau molod.

Sampai kapan memperingati maulid totalitas pelaksanaannya hanya pada penyediaan makanan saja, sehingga ratusan juta anggaran hanya dihabiskan untuk makan-makan. Bukankah di negeri kita umat tidak lagi bermasalah dengan makannya, yang menjadi persoalan umat hari ini adalah kita kehilangan arah menggapai dunia, sehingga Islam sepertinya tertinggal bersama kurang kreatifnya cara berpikir dalam menyikapi semangat spiritual menjawab semangat zaman.

Namun belum terlihat adanya satu program membangun peradaban manusia yang dirancang berdasarkan semangat maulidan atau molod. Program kecil saja, memberi beasiswa untuk anak-anak miskin dan yatim yang mana anggarannya berasal dari semangat maulidurrasul.

Membangun peradaban adalah semangat kenabian, dengan itulah Nabi mendirikan sebuah konstitusi umat manusia dengan negara Madinah sebagai simbolnya. Negara yang hari ini telah menjadi prototipe bentuk negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Mengingat begitu semangat dari umat ini terpanggil hatinya untuk mengeluarkan sebanyak uang untuk memeriahkan acara memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw dan bahkan bagi yang tidak ikut memeriahkan merasa terhukumi secara sosial.

Sementara, terhambatnya proses pendidikan oleh karena keterbatasan anggaran untuk anak-anak miskin dan yatim tidak pernah merasa terhukumi secara sosial oleh sebagian besar umat ini.

Semangat milad mesti dibangun untuk menjawab problematika umat dalam bentuk apapun. Menggiring kebersamaan melaui semangat spiritual umat sangatlah efektif. Dan itulah telah berlaku atas brdirinya masjid bagi umat Islam. Dengan adanya masjid terbangun kesejukan dalam hati. Tentunya kesejukan mempengaruhi kesejukan sosial.

Sebab masjid di dirikan bukan hanya untuk mengenal serta beribadah kepada Tuhan semata, namun lebih pada mengenal manusia. Jika hanya untuk mengenal Tuhan shalat di rumah jauh lebih baik dengan kesendirian, karena disaat selesai shalat dengan salam menghadap wajah ke kiri dan ke kanan tidak perlu lagi kita harus mentap manusia, sebab shalat di rumah hanya kita dan Tuhan saja dalam kesunyian.

Dengan demikian, fungsi masjid lebih pada membangun kepedulian terhadap kosmik alam semesta.

Aceh dengan sebutan Sermbi Mekah sudah berhasil membangun perdaban ketauhidan. Namun spiritnya mesti dikembangkan melebar jauh menggait peradaban zaman. Dan semangat membangun peradaban ini melalui perdaban Madinah.

Mekah adalah fase Nabi memperkenalkan manusia dengan Tuhan, sementara Madinah adalah fase Nabi memperkenalkan manusia dengan manusia.

Artinya, melalui periode Mekah Nabi membangun peradaban tauhid, dari menyembah berhala bertuhan pada Allah swt. Sementara periode Madinah, Nabi membangun peradaban manusia, sehingga kontrak sosial dibangun atas sesama manusia melalui konstitusi.

Membangun semangat spiritual umat mesti digelorakan dengan semangat menjawab tantangan zaman. Melalui spiritual maulid atau molod umat Islam membangun perdaban. Membangkitkan kembali perdaban yang sudah hilang, maka dengan peristiwa memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw sangatlah tepat.

Bukan memperingati maulid yang harus ditiadakan, melain cara memperingatinya perlu diarahkan pada peristiwa yang lebih dibutuhkan oleh umat di mana tantangan zaman semakin pesat, dalam hitungan detik perubahan dunia dari berbagai arah terus bergulir.

Jika saja milad organisasi Muhammadiyah telah mampu membangkitkan ghirah membangun para anggotanya di segala bidang, lalu kenapa melalui semangat memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw  umat ini terkesan tidak mampu membangun peradabannya. Sehingga banyak artefak-artefak gerkana berlambangkan semangat  maulidan atau molod.

Jakarta, 28 November 2021.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meraih Gelar Doktor; Muchlinarwati Disabilitas yang Menginspirasi

Melihat Masalah dengan Masalah

Logika Politik: Beri Kabar Gembira Bukan Kabar Sedih apalagi Duka