Moderasi Politik Islam di Genggaman Ustadh Faizal Adriansyah
Terimakasih ustadh Ir. Faizal Adriansyah, M. Si., adalah intelektual asal Banjar alumni Universitas Pembangunan Negeri Yogyakarta, dan kini menjabat Kepala Puslatbang dan Kajian Hukum Administrasi Negara LAN RI Perwakilan Aceh.
Intelektual asal Banjar pulau Berneo ini nama yang sering disematkan padanya
oleh masyarakat Aceh adalah ustad Faizal. Bagi pencinta majelis ilmu wajah beliau tidak asing lagi, dan sering menjadi
khatib shalat jumat di berbagai tempat, keberadaannya tidak asing lagi.
Intelektual yang scietific ini di
samping menjadi pejabat pemerintahan juga menjadi guru umat. Ceramah-ceramahnya
sangat mudah diikuti oleh berbagai kalangan, baik ketika beliau menjelskan
terkait dengan science maupun ilmu-ilmu yang terkait dengan agama.
Sosok moderat ini telah menyampaikan
Islam dari berbagai sisi dengan cara yang baik. Untuk itu berpikir moderat mesti hadir
dalam kehidupan sosial, budaya, dan politik. Maka dengan itu, hadirnya buku
menjawab tantangan politik di dunia Islam abad ini.
Berpikir moderat tidak hanya menjadi lunak dalam memahami konteks hidup,
moderat juga bermakna mengambil sisi-sisi yang terbaik untuk umat ini
sebagaimana yang disampaikan oleh Quraish Shihab, bahwa makna moderat ialah bagaimana
menempatkan posisi terbaik dalam menyikapi setiap persoalan. Termasuk di sini
adalah persoalan politik.
A. Hasjmy telah menempatkan argumentasi terbaik dalam menyikapi gejolak
pemikiran politik di negara ini sejak awal Indonesia merdeka, sehingga gerakan radikal
yang digaungkan oleh kelompok Darul Islam dalam memahami kontek bernegara dapat
dihubungkan oleh A. Hasjmy dengan mengambil jalan tengah atas penyelesaian ide
pemberontakan, sehingga tidak hrus dengan menempatkan Alquran sebagai sumber
hukum dalam sebuah negara Islam, namun cukup dengan memasukkan unsur-unsur
nilai Islam, sebuah negara sudah menganut asas-asas ke-islaman.
Mengingat konfrontasi pikiran
radikal sebagian masyarakat dalam memahami konvergensi pemikiran politik, maka
buku literasi terkait dengan relasi Islam dan negara patut diapresiasi dan
sampai pada umat.
Ustadh Faizal Adriansyah juga prototipe contoh kesederhanaan terlihat dari
sosoknya, sifat kesederhanaan beliau patut
diteladani oleh masyarakat Aceh. Sebagai abdi negara beliau telah memberi
contoh yang baik, dan sebagai guru umat beliau telah menyampaikan sisi-sisi moderat
dalam memahami agama ini.
Islam agama yang menjunjung tinggi
nilai kemanusian, nilai kemanusiaan ini hanya dapat dicapai
dengan cara menghidupkan pola pikir ber-wasatian. Dengan demikian,
hadirnya guru umat yang memahami dua pola keilmuan sangat dibutuhkan.
Islam harus dijelaskan melalui kaca
mata scientific, mengingat Alquran sebagai sumber ajaran Islam tidaklah menjelaskan
sebagai ilmu yang telah memiliki metode tertentu, melainkan memberi tanda-tanda akan keagungan alam semesta.
Alquran is sign not science.
Sedetik saja partikel-partikel itu
hilang, maka lenyaplah koneksivitas makhluk
dengan alam ini. Kehadiran alam kimiawiyah pada dasarnya adalah hadirnya keagungan
Tuhan di alam ini. Pancaran kehidupan di bumi pada
hakikatnya adalah kehidupan langit yang hadir menghidupkan jagat raya.
Melalui ustadh Faizal Adriansyah
kita mengenal banyak hal terkait dengan relasi kosmik makhluk dengan Tuhan dan
alam semesta, melalui beliau juga kita mengenal bagaimana menjadi pejabat yang
bersikap dalam kesederhanaan pada saat mengemban
tugas negara.
Akhirnya, hanya ucapan terimakasih yang dapat disampaikan kepada ustadh Faizal Adriansyah, yang telah menjadikan buku ini sebagai literasi yang patut dikembangkan dan dibaca oleh berbagai kalangan.
Moderasi pemikiran politik Islam di
Indonesia harus digelorakan pada masyarakatnya. Dan buku ini adalah salah satu jawaban dari pikiran-pikiran beku dalam menghubung
pikir kewasatian di bidang politik dan relasinya dengan Islam.
Jakarta, 30 November 2021.
Komentar
Posting Komentar