Nuzul Isna, Ph. D Alumni Barat Namun Tetap Agamis
Nuzulul Isna, Ph. D., merupakan salah satu wanita Aceh yang mengecap pendidikan S2 dan S3
di Texas Amerika Serikat telah membawa nilai baru dalam dunia pendidikan di
Aceh. Bagaimana tidak, sebagai alumni di negara Barat tetap saja terlihat
agamis.
Hadirnya sosok wanita bertalenta ini sebagai editor menjadi
warna tersendiri terhadap buku ini. Sadar dengan sejarah masa lalu Aceh, pernah
mengecap pendidikan strata satu di UIN ar-Raniry telah mengingat jasa atas
kiprah A. Hasjmy, di samping sebagai tokoh politik, ulama, birokrat,
satstrawan, wartawan, tokoh pergerakan kemerdekaan, tokoh integrasi kebangsaan,
bapak pembangunan, dan juga sebagai bapak pendidikan modern Aceh. Dengan itulah,
jiwanya tersambung edukasi dengan sosok A. Hasjmy.
Menuntut ilmu itu berat, memasukkan pengetahuan dalam
pikiran (akal) bukanlah perkara yang mudah. Ada dua hal yang harus dimiliki oleh orang yang mempelajari ilmu. Pertama,
memiliki kecerdasan otak atau IQ. Kedua, memiliki kecepatan akal
dalam menangkap informasi-informasi eksternal.
Akal
bukan perkara serba jadi dalam diri manusia. Sama seperti otak harus diisi
dengan makanan dan nutrisi bergizi. Begitulah akal harus diisi dengan ilmu-ilmu
pengetahuan. Semakin tinggi pendidikannya, maka semakin terisi akalnya, dan semakin banyak yang dipelajari semakin
banyak tahunya. Dan akal ini bekerja sesuai dengan
ilmunya. Ahli apapun akan mengikuti akal (ilmu) nya
dalam melakukan pekerjaannya.
Ilmu
adalah salah satu sifat ketuhanan. Pada diri Tuhan juga melekat sifat ilmu,
yang disebut dengan al'-Alimun. Al-'Alimun tertera pada urutan yang ke-19 dalam
al-asmaul husna. Maha mengetahui hanya dimiliki oleh Tuhan, sementara
manusia hanya diberi sedikit saja dari sifat ilmu itu. Dalam sebuah dalil
disebutkan "wama utitum minal 'ilmi illa qaliil", tidak akan
kuberikan ilmu itu kecuali sedikit saja.
Sebanyak
apapun ilmu yang didapati oleh manusia, dan setinggi apapun strata pendidikannya,
tetap pada batasan hanya secuil saja. Dengan demikian, tidak ada kesempatan
bagi manusia untuk menyombongkan pengetahuan tersebut, sebab ia hanya mendapati
sedikit saja dari pengetahuan Yang Maha Mengetahui (al-'Aliimun).
Sebelum
kata al'-Aliimun dalam urutan al-asmaul husna terlebih dahulu diawali
dengan sifat al-fattah (Maha Pembuka). Jika al-'Alimun berada pada urutan ke
19, maka al-Fattah berada pada urutan yang ke-18. Pembuka di sini dipahami
berbagai hal. Bagi penuntut ilmu tentu membuka cakrawala berpikir.
Cakrawala yang luas tidak akan duduk dalam diri manusia, jika dia tidak
memiliki pengetahuan di dalamnya.
Inilah
maknanya, semakin banyak ilmunya semakin luas akalnya, dan semakin tinggi pendidikannya
semakin tersusun jenjang pengetahuannya. Maka dengan itu, ilmu adalah pembuka
cakrawala.
Sekolah di sini
juga dipahami strata pendidikan berjenjang, dari strata
satu, dua, tiga, empat, dan seterusnya akan membentuk pengetahuan yang
terakumulasi dengan berbagai disiplin ilmu. Dan ini juga berlaku pada
pendidikan non-formal, di pesantren atau dayah-dayah misalnya.
Belajar
itu berat, sebab ia merupakan aktifitas memasukkan sifat ketuhanan dalam diri
manusia. Oleh karena berat, maka lakukanlah atau ajarakanlah ilmu itu dengan
cara pelan-pelan, jangan dipaksa-paksa, sebab tidak semua orang mampu dengan
mudah memasukkan sifat 'alimnya Tuhan dalam akal manusia.
Buku “Transformasi Nilai Islam Menuju Pemikiran Politik
Nasiona: Konsepsi dan Praksis Politik Ali Hasjmy” yang kini berada di tangan pembaca
adalah bagian dari proses memasukkan ilmu dalam akal, sebatas kemampuan yang
dipahami oleh penulisnya. Oleh karena ilmu sifatnya harus disampaikan, maka
prosesnya harus berjalan.
Oleh sebab itu, buku ini tidak akan berarti serta tidak
akan menampakkan ciri khasnya tanpa sentuhan sang editor.
Terimakasih saya ucapkan kakak Nuzulul Isna, Ph. D. Doktor jebolan Texas A&M University Texas
Amerika Serikat merupakan menantu dari al-marhum Ustadh Saed Marwan
Saleh, guru kita bersama.
Bagi Masyarakat Aceh Barat Daya kususnya siapa yang tidak
mengenal dengan sosok cendikiawan yang sering mengisi mimbar-mimbar keagamaan,
dan juga pernah menjadi Wakil Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Barat
Daya. Sang orator dan juga sebagai tokoh pendiri Aceh Barat Daya. Beliau adalah
guru kita bersama.
Istri dari abang Saed Muhammad Haikal telah menjadi
bagian penting dari hadirnya buku yang mengantarkan cahaya moderasi politik dan
khazanah pemikiran politik Islam Aceh untuk dunia.
Belajar adalah manifestasi
pengetahuan ketuhanan dalam akal. Prosesnya berat dan tidak mudah. Bagi
penuntut ilmu butuh kesabaran dalam menjalaninya.
Dengan itu, patut diberi apresiasi kepada editor. Selama menempuh
pendidikan di negeri Paman Syam begitu sabar dalam memasukkan pengetahuan dalam
jiwa. Kami tahu ini bukanlah perkara mudah, sebab menuntut ilmu adalah
pekerjaan yang sangat berat. Dan ditambah lagi dengan mengurus keluarga.
Kakak
koe..........kamu adalah wanita yang hebat, yang patut dicontoh oleh
wanita-wanita lain di luar sana. Tentu juga dibalik istri yang kuat sebab siaganya
suami siaga, yang dengan begitu sabar telah mendampingi, hingga sampai pada
tahap pengakuan (wisuda) atas pendidikan berjenjang ini.
Banyak
waktu yang kalian korban hanya untuk memasukkan pengetahuan ketuhanan pada
akal. Dan pada tahap ini satu kata buat abang Saed Muhammad Haikal “luar
biasa”. Belajar sendiri gampang, tapi belajar
bersama keluarga di negeri orang tidaklah mudah.
Tentunya,
setelah ini berakhir banyak orang menunggu kepulangannmu untuk melanjutkan
proses memasukkan pengetahuan kembali pada generasi berikutnya.
Oleh karena menuntut ilmu itu berat, maka dengan itu
hanya satu yang diharapkan kepada siempunya ilmu "ajarkanlah pengetahuan
itu kepada kami dan yang lainnya dengan pelan-pelan. Dan kepada Tuhan kita berharap,
dudukkanlah kesabaran dalam hati siempunya ilmu dalam mengajarkan ilmunya,
sebab memasukkan pengetahuan dalam akal sangatlah berat. Apalagi bagi kami yang memiliki keterbatasan akal, oleh karena
nutrisi dari makanan bergizi yang tidak memadai.
Selamat
atas wisudanya kakakkoe sebagai pengakuan bahwa pendidikan berjenjang Ph. D.,
telah usai. Rasa-rasanya tidaklah mungkin kami harus ke Texas Amerika Serikat
lagi mengikuti jejakmu. Biaya untuk ke sana sangatlah mahal. Untuk itu,
kembalilah, pulanglah, dan ajarlah kami pengetahuan dengan pelan-pelan, dan
penuh kesabaran, karena kami memiliki keterbatasan akal.
Buku yang kini telah berada di tangan pembaca, keberdaan
Kakak Nuzulul Isna, Ph. D., sangatlah penting. Tiada satupun yang mampu
berjalan di muka bumi tanpa ditopang oleh keberadaan orang lain. Dan bersyukurlah
penulis, sebab telah ditopang oleh orang-orang hebat. Terimakasih banyak kakak
koe, semoga ini menjadi amal ibadah untuk kita semua.
Jakarta,
30 November 2021.....
Komentar
Posting Komentar