MADHA TUNFIQUN: KEBAIKAN AKAN KEMBALI PADA PEMILIKNYA
Artinya, "mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah, “Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin dan orang yang dalam perjalanan.” Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui". Q. S. Al-Baqarah/002:215.
Ketika orang-orang bertanya pada Nabi Muhammad apa yang harus kami infakkan, maka Nabipun diperintahkan untuk menjawab infakkan sesuatu yang baik. Sesuatu yang dapat dimanfaatkan dalam bentuk apapun, baik harta, ilmu, pikiran, tindakan, dan lain sebagainya.
Kebaikan itu diutamakan pada kedua orang tuamu, orang-orang terdekat denganmu, anak yatim, fakir, dan ibnu sabil (ibn sabil ini termasuk juga orang yang sedang menuntut ilmu ataupun yang sedang menempuh studinya. Belajar itu (apapun ilmunya) adalah sesuatu yang berat, maka mereka harus dibantu sesuai kebutuhannya, bukan sesuai selera yang membantu.
Keutamaan pertama memberikan kebaikan bagi kedua orang tua. Secara psikologi ini berlaku hukum timbal balik, jika anak diperintahkan berbuat baik pada orang tua setelah anak itu mampu membedakan yang mana hak dan mana yang bathil. Artinya, kebaikan pertama harus diberikan oleh orang tua terlebih dahulu, dan setelahnya anak itu akan mengikuti kebaikan kebaikan perrama dari orang tuanya.
Ucapan orang tua apapun ucapan itu dan dalam kondisi apapun diucapkan tetap itu bermakna doa, maka ucapkanlah hal-hal yang baik kepada anak, dan jangan ucapkan kata-kata yang buruk sebab itu akan kembali kepadamu dikemudian hari. Jika kebaikan yang telah engkau infakkan pada anakmu, maka anak itu akan menginfakkan kebaikan jua padamu dikemudian hari.
Perhatikan baik-baik makna doa yang diajarkan Tuhan pada anak pada kedua orang tuanya. "Qulil harmhuma kama rabbayani shaghira". Katakanlah sayangilah kedua orang tuaku sebagaimana (kata sebagaimana adalah tuwaian yang akan didapatkan pada momen yang lain) mereka mengasihaniku sejak dulu. Sejak anak itu dalam kandungan, lahir, tumbuh, dan berkembang menjadi dewasa.
Doa ini bermakna timbal balik, kata "sebagaimana mereka memperlakukanku sejak kecil" dapat dimaknai sebagai tindakan yang terus terjadi berulang-tulang, jika saja orang tua suka berkata kasar pada anaknya, maka ia juga akan mendapati ucapan yang kasar juga dari anakny. Jika suka mengabaikan kepedulian pada anaknya, maka anak itu juga akan mengabaikan kepedulian juwa.
Tanggung jawab orang tua pada anak sangatlah berat, dengan itulah mereka akan mendapati dosa yang banyak. Karena sangat berpotensi berdosa, maka Tuhan mengajarkan doa keampunan pada anak untuk kedua orang tuanya.
"Allahumaghfirli dzunubi waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghira". Doa ini dibaca sesering mungkin, sebab setiap detik dan waktu orang tua sebagai pemilik amnah terhadap anaknya selalu berpotensi berdosa pada anak-anaknya. Sejauh pengetahuan penulis tidak ditemukan doa keampunan kusus dari orang tua kepada anaknya, ini pertanda tanggung jawab orang tua sangatlah besar pada anak-anaknya.
Begitu juga dengan kebaikan-kebaikan yang lain. Posisi utama terlebih dahulu pada orang tua dan seterusnya pada kerabat, anak yatim, miskin, dan ibn sabil adalah bentuk skala prioritas saja. Pada dasarnya setiap kebaikan memiliki hak yang sama, dan ini perlu juga dipihat asas manfaatnya, terkadang mendahulukan dalam memberi kebaikan pada orang lain dalam konteks tertentu lebih diutamakan, dengan tidk mengabaika kebaikan pada orang tua.
Ayat di atas ditutup dengan sebuah pernyataan yang kuat dari Tuhan dengan menggunakan tawkid inna, bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas apa yang mereka (setiap kita) kerjakan. Maka balasannya juga sesuai dengan apa yang kita kerjakan juwa. Apa yang dulunya ditanam, maka itu pula yang akan dipetik dikemudian hari.
Genggamlah tangan anakmu diwaktu fajar dan tuntun ia ke masjid dikala subuh menghampiri. Lakukan sesering mungkin, sebab itu akan mengingtkan memorinya di kemudian hari bergegas dikala pagi merupakan awal kesuksesan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Pendidikan pertama setelah anak lahir (tarbiyatul ula ba'dal wiladah) gurunya pertamanya adalah orang terdekat dengannya yakni orang tua.
Hubungan timbal balik ini berlaku secara umum dalam kehidupan kita, kebaikan yang engkau taburkan pada orang lain, maka kebaikan itu akan menghitung mundur dengan sendirinya pada orang yang pernah menebarkannya, begitu juga dengan keburukan. Setiap kita akan menghitung atas segala sesuatu. Dan ini sesuai dengan firman Tuhan "innallaha 'ala kulli syai in hasiiba" (sesungguhnya Allah Maha menghitung atas segala sesuatu). Tuhan saja menghitungnya apalagi manusia.
Jakarta, 23 April 2022.
Komentar
Posting Komentar