PUASA: PUNCAK KEBAHAGIAAN PERTEMUAN RASA
Gus Mahrus, bernama lengkap Dr. KH Mohamad Marussilah, MA. Kyai muda asal Banten ini adalah pengasuh kitab Fathul Muin, dengan metode Fiqh Neurostorytelling telah membangkitkan pemahaman umat dalam memahami hukum-hukum Islam melalui budaya tutur.
Puasa menurut Gus Mahrus merupakan tugas kerahmatan yang dimandatkan pada manusia sebagai amanat keimanan.
Kebahagian diakses dengan daya pikir
kedamaian. Kedamaian dapat dirasakan dengan naluri keselarasan. Keselarasan
bisa dikenali dengan ketakwaan. Ketakwaan diperoleh dengan latihan menahan
gejolak perasaan. Menahan gejolak raga dari kepuasan, keakuan, kehadiran. Dan
perasaan adalah inti dari hakikat disyariatkannya Puasa.
Sebagaimana Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ
مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Q. S.
Al Baqarah/002: 183.
Dan Nabi bersabda:
للصائم فرحتان،
فرحة عند فطره، وفرحة عند لقاء ربه
“Bagi orang yang melaksanakan
puasa ada dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika
bertemu dengan Rabbnya”. (muttafaq
‘alaihi)
Kedamaian pikir dan keselarasan
naluri adalah wadah kesucian ruhani. Sehingga jiwa menjadi tenang dan
membahana, sabar dan mempesona, serta takwa sesuai dengan aturan semesta. Pada
posisi inilah puncak kebahagiaan pertemuan rasa kehadiran Tuhan.
Rawalini, Jumat, 8 April 2022/6 Ramadan 1443.
Komentar
Posting Komentar