MUSDA DAERAH KAHMI KABUPATEN PURWAKARTA JAWA BARAT
Pada kegiatan ini Dr. Suherman Saleh, Ak. MSc., CA menyampaikan catatan-catatan penting yang harus dikembangkan dalam tradisi MUSDA di manapun, dan juga untuk musyawarah nasional, untuk berpikir cepat dan bertindak tegas, agar suksesi kepemimpinan tidak berlangsung lama.
Bukan tanpa alasan, adanya peristiwa Kongres PB-HMI menghabiskan waktu lebih dari dua bulan, sehingga orang non-HMI berkesimpulan bahwa HMI tidak memiliki calon yang kompeten, dan ini dianggap HMI tidak mampu berorganisasi dengan baik. Dan inilah kerugiannya dapat meragukan masyarakat terhadap Himpunan Mahasiswa Islam.
Hal ini menjadi alasan Dr. Suherman Saleh, agar KAHMI Majelis Daerah Purwakarta wajib melakukan MUSDA dengan efesien, efektif, dan terencana dengan baik. Hari ini telah terbukti dapat dilakukan dengan terpilihnya lima anggota presidium Majelis Daerah Kabupaten Purwakarta. Dari sini diharapkan dapat berkontribusi untuk kemajuan Indonesia.
Sebagai presidium KAHMI Jawa Barat merasa perlu untuk menjelaskan bahwa terdapat perbedaan HMI dengan KAHMI. Perbedaannya dapat dilihat dari cara melihat masalah, bagi KAHMI masalah dilihat dari gejalanya bukan mempersoalkan masalahnya, dan juga berpikir untuk menyelesaikan masalah dengan secepatnya tanpa menimbulkan masalah baru.
Sementara HMI menurut Ketua Asosiasi Konsultan Pajak Publik Indonesia (AKP2I) belajar membuat masalah dan akrap dengan masalah. Tidak hanya sampai di situ HMI dituntut untuk mencari masalah baru, jika belum tahu membuat masalah maka belajarlah untuk berbuat kesalahan dan mengakrapkan diri dengan kesalahan tersebut, sehingga muncul wacana yang wacana harus diselesaikan. Bagaimana generasi HMI dituntut dapat menyelesaikan masalah jika mereka tidak pernah terlibat dalam masalah. Perbanyaklah masalah, tentunya masalah yang membangun wacana intelektulitas.
Masalah yang memancing munculnya ide baru merupakan bentuk kreatifitas bagi anak bangsa. Dengan ide baru tersebut kita akan selalu berdialektika dengan zaman dengan segala potensinya.
Ada yang berbeda dari Musyawarah Daerah (MD) kali ini, sebab dihadiri langsung oleh mantan ketua-ketua cabang HMI Purwakarta yang keberadaan mereka telah menjadi anggota KAHMI, pengurus FORHATI-HMI Purwakarta, dan para senior HMI lainnya.
Pelaksanaan dua kali MUSDA sebelumnya selama sepuluh tahun terakhir kali ini yang paling sukses. Itu artinya, semua yang terlibat dalam MUSDA sudah bekerja sama dengan baik dan bersinergi tanpa adanya riak penolakan terhadap presidium terpilih.
Persoalan yang selalu muncul dari HMI pada saat berlangsungnya suksesi kepemimpinan. Hal ini menyisakan tendensi buruk bagi HMI itu sendiri ketika orang lain melihat dari luar, kondisi seperti itu mengindikasikan HMI tidak miskin kader kepemimpinan, padahal ditubuh HMI banyak bintang-bintang baik yang sudah pernah memimpin di berbagai level dan juga kader-kader hari ini masih berpotensi menjadi pemimpin dimasa yang akan datang. Bahkan sebelumnya, sudah tokoh HMI menjadi wakil presiden Republik Indonesia.
Pandangan seperti ini tidak hanya medapati tendensi buruk pada HMI dan juga pada Islam. Sebab HMI merupakan refresentatif dari Islam. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) telah membawa semangat itu, dan kiprahnya pun tidak hanya tingkat daerah, juga di tingkat nasional, bahkan tingkat dunia. Jika tendensi tersebut masih saja terbangun, tidak hanya kepemimpinan di tingkat organisasi yang dipersoalkan termasuk juga kepemimpinan di tingkat kabupaten, provinsi, dan pusat.
Bukti orang islam tidak punya pemimpin dapat dilihat dari cara mereka menentukan pilihan ketika ada pergantian kepemimpin. Model suksesi kepemimpinan diorganisasi manapun yang notabenenya Islam berpengaruh terhadap pandangan dunia luar terhadap Islam. Bagaimana kita dapat menunjukkan Islam sebagai agama yang menyelamatkan segala hal jika cara menentukan pilihan saat adanya suksesi kepemimpinan tidak dapat dijadikan keteladanan.
Berangkat dari sinilah Dr. Suherman Saleh mewacanakan konsep baru dengan merubah cara berpikir kader HMI untuk mempercepat proses MUSDA di manapun maupun kongres HMI di tingkat nasional.
Kongres Ambon untuk memilih Ketua Umum PB-HMI sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tidak ada penundaan yang memakan waktu lama, seperti yang terjadi pada kongres di Jakarta diundur sampai dua bulan kemudian, dikarenakan semua merasa paling benar dan paling hebat, serta masing-masing calon ketua dan pendukungnya merasa paling baik dan paling benar tanpa mengindahkan misi HMI yang sebenarnya: yaitu membentuk kader umat yang cerdas, mampu mengatasi masalah, serta menebarkan rahmat pada alam.
Kebiasaan orang Mekah sejak dulu setiap orang yang datang dijamu dengan baik. Kebiasaan baik ini dipertahankan oleh Nabi Muhammad, sehingga mereka dipersaudarakan tanpa melihat latar belakang. Di sini dapat disimpulkan Nabi Muhammad sebagai bapak persaudaraan dunia dan bahkan akhirat.
Persaudaraan menjadi aikon keislaman, dan ini juga sebagai dasar utama negara Madinah dibangun oleh Nabi. Jika unsur persaudaraan di kedepankan, maka tidak ada yang namanya teroris di dunia.
Intinya, Nabi muhammad telah menanamkan tauhid, iman, dan akhlak, dengan itulah semangat persaudaraan dibangun. Himpunan Mahasiswa Islam mesti berangkat dari semangat tersebut untuk menjalin persaudaraan baik pada keluarga besar HMI itu sendiri, antar organisasi, antar generasi, seagama, antar agama dan sesama anak bangsa. Sehingga dengannya Indonesia membawa peradaban untuk dunia.
Purwakarta, 28 Mei 2022.
Komentar
Posting Komentar