MERAIH SYURGA DALAM BAHTERA RUMAH TANGGA
Menikah
adalah anugerah Allah yang dititipkan pada anak manusia. Meraih syurga dunia mesti dipraktekkan dalam berumah tangga. Suami merupakan
pendobrak utama peran-peran syurga dunia dalam menjalin bahtera rumah tangga.
Peran
syurga di dunia dengan cara memperlakukan pasangan dengan
baik, atau dalam bahasa agama sering disebut dengan "wa'asyiru bil
ma'ruf”. Dengan begitu, meraih syurga tidak perlu menunggu
akhirat terlebih dahulu, sebab perangkatnya sudah ada di dunia sejak keduanya melngsungkan akad pernikahan. Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menciptakan pesona syurga
akhirat di dunia.
Pertama, suami harus bertanggung jawab atas wanita yang telah
dinikahinya sampai akhirat nanti. Menjaganya dari api neraka merupakan
kewajiban utama, mulai sejak di dunia sampai hari akhirat. Kewajiban ini
sebagai alih kuasa segala kebutuhan hidup dari orang tua wanita kepada suami
yang telah menikahinya.
Peran
syurga di dunia juga harus dipahami oleh seorang istri, dengan cara menyambut
dan menerima apapun yang disuguhkan kepadanya, tanpa melihat bentuk kemewahan
dari apa yang diberikan, melainkan semua itu dipahami sebagai kewajiban sesuai
dengan kemampuannya. Sikap seperti ini hanya dimiliki oleh orang-orang
bersyukur.
Kewajiban
suami harus disambut dengan rasa syukur oleh seorang istri. Rasa syukur itu
dengan berupaya menerima sepenuh hati kemampuan suami dalam
menafkahi
yang dilakukan sesuai dengan standar prosedur. Pemberian dari suami harus dipahami sebagai pemberian dari Allah.
Seorang istri yang baik akan selalu menyambut dengan baik dan berucap atas pemberian suaminya dengan kalimat “Alhamdulillah”.
Kedua, selalu berhusnuzon kepada Allah, dengan berprasangka
baik atas apa yang menimpa disaat menaungi rumah tangga. Saling mengenal, saling
pengertian, saling memahami keadaan, dan saling mendahului kebaikan dalam
rangka menyuguhkan syurga pada setiap waktu.
Hal yang paling pokok dalam pernikahan adalah tahu diri. Suami tahu akan
kewajiban dirinya, dan seorang istri juga memahami bagaimana bertoleransi pada
kewajiban yang dibebankan pada suami.
Bertoleransi
pada semua kewajiban yang dibebankan pada suami adalah pintu syurga bagi seorang istri. Semakin besar toleransinya, maka
semakin lebar pula pintu menuju syurga untuk dirinya. Toleransi pada segala
kemampuan terkait dengan kemampuan suami memenuhi kebutuhan hidup, baik
sandang, pangan, dan papan. Termasuk bertoleransi pada suami ketika ia belum
mampu membawa istrinya menikmati tempat-tempat wisata terbaik yang terkenal di
dunia.
Ketiga, berbaktilah pada kedua orang tua masing-masing.
Ketika pernikahan berlangsung, maka keluarga besar mulai dibentuk. Memuliakan
kedua orang tua dengan memuliakan kedua orang tua masing-masing baik orang tua suami
maupun orang tua istri. Pada saat itu
tidak adalagi pemisahan antara orang tua sendiri dengan orang tua pasangan yang
ditakdirkan pada keduanya.
Selama
hidup berumah tangga, bergaul dengan baik dengan kedua orang tua pada kedua belah pihak. Dan kebaikan itu jangan pernah diakhiri hanya dengan
alasan sudah melangsungkan pernikahan. Setelah menikah hubungan baik pada
keduanya dipadamkan.
Seharusnya
hubungan keduanya lebih dipererat kembali oleh karena adanya akad pernikahan. Dengan bersatunya
dua keluarga besar atas pernikahan tersebut, maka
semakin tumbuh kepedulian antar keduanya. Bukan hanya pada kedua orang tua saja, melainkan juga menjalin komunikasi yang baik pada kedua keluarga besar.
Menghormati
kedua orang tua dan memuliakan dua keluarga besar adalah kewajiban keduanya,
antara istri dan suami. Kewajiban ini bukanlah dipahami parsial
melainkan juga temporal. Artinya, menghormati keduanya tidak hanya
terikat dengan waktu dan tempat saja, melainkan juga dilakukan sepanjang hidup.
Raihlah syurga
akhirat di dunia dalam bahtera rumah tangga. Jangan membawa neraka akhirat
dalam rumah tangga di dunia. Selamat meraih sakinah, mawaddah, warahmah untuk
kedua mempelai “Takdirul Aziz/Tri Agustiningsih”.
Purwakrta, 21 Agustus 2022.
Komentar
Posting Komentar