DUHAI HATI CURIGAILAH DIRIMU SENDIRI
Kebanyakan dari kita terlalu cepat curiga pada orang lain. Sementara kita tidak pernah sama sekali curiga dengan diri sendiri. Mencurigai orang lain tidak berdasarkan fakta yang secara umum dapat diyakini benar merupakan tindakan semena-mena dan tidak bermoral. Kita sering cepat curiga dengan orang lain, tapi tidak pernah curiga dengan diri sendiri.
Seharusnya kita curiga dengan diri kita sendiri, dengan cara menghitung peran. Terkadang apa yang sudah dimiliki tidak sesuai dengan peran, pekerjaan, dan pendapatan (gaji). Dalam tempo yang singkat telah terjadi perubahan yang signifikan dengan diri kita dalam konteks materi.
Padahal, orang yang profesinya sama dengan kita, tempat kerja yang sama pula, posisi atau jabatan yang setara, masa kerja bersamaan, jumlah pendapatan yang sama jua, tetapi hidupnya masih sangat sederhana, bahkan terkesan jauh dari kemewahan. Terkadang hal seperti tidak mendapat perhatian serius dari diri kitamasing-masing.
Kondisi seperti ini seharusnya disadari bahwa ada yang keliru dengan cara kita bekerja. Rumahmu mewah, kenderaanmu mengkilap, depositomu banyak, aset di mana-mana, sementara teman seangkatan dan seprofesi denganmu masih biasa-biasa saja. Malahkita seringberprasangka sebaliknya, mencurigai mereka tidak gigih dan kreatif dalam mencari peluang.
Hati merupakan cerminan diri seseorang yang dipancarkan melalui sikap serta prilaku. Baikburuk prilaku seseorang sangat ditentukan bagaimana hati menyampaikan pesan. Jika baik, maka baiklah sikap itu, dan jika buruk maka buruk pula tindakannya. Bicara hati seseorang sama dengan bicara sesuatu yang sangat rumit. Kita tidak dapat menebak niat hati seseorang. Oleh sebab itu, mencurigai diri sendiri jauh lebih mudah dibandingkan dengan mencurigai orang lain.
Celakalah orang-orang yang menghitung-hitung. Ketika menghitung laba untuk orang lain dikurang-kurangi, dan pada saat menghitung laba untuk diri sendiri dilebih-lebihkan. Serta suka memberi pekerjaan lebih pada orang lain, giliran untuk diri sendiri diambilnya pekerjaan yang lebih ringan.
Kelompok orang seperti ini menurut Alquran adalah golongan orang-orang yang celaka. Alquran menyebutnya dengan kata "al-'athif", artinya; penghitung. Ini diabadikan di dalam kitab suci "wailul lil muthaffifin", celakalah orang-orang yang menghitung-hitung. Ia mengurangi rugi untuk dirinya, dan ia juga mengurangi laba untuk orang lain. Kalo untuk diri sendiri maunya jangan pernah rugi, sementara orang lain dibiarkan bangkrut.
Curigailah dirimu sendiri, sebab ia tidak pernah disadari. Sadar dirilah ketika melihat orang lain, sebab kemampuan setiap kita berbeda-beda. Kelebihan yang dimiliki seseorang bukan berarti merendahkan apa yang orang lain tidak punya. Belajarlah menghitung banyak untuk orang lain, dan menghitung kurang untuk diri sendiri, agar kita tidak termasuk golongan orang-orang yang celaka.
Jangan-jangan hatimu sedang membusuk, jangan-jangan hatimu sedang rusak, jangan-jangan hatimu sedang tidur, jangan-jangan hatimu sedang gelap, jangan-jangan hatimu sedang buta, dan jangan-jangan hatimu sedang dihinggap buruk rasa. Jangan biarkan hati menyempit sehingga kita tidak tahu bagaimana mencurigai diri sendiri.
Jakarta, 11 November 2022.
Komentar
Posting Komentar