Bhinneka Tunggal Ika; Nilai Toleransi, Keharmonisan, dan Gotong Royong
Toleransi secara bahasa berarti tenggang rasa. Bisa
diartikan dengan menahan diri atau sabar. Selain itu, toleransi juga bisa
diartikan dengan bersikap lapang dada terhadap orang yang memiliki pendapat
berbeda. Sedangkan secara istilah,
toleransi artinya menghargai, menghormati, menyampaikan pendapat, kepercayaan,
pandangan terhadap sesama manusia yang pada dasarnya bertentangan dengan diri
sendiri. Toleransi bermanfaat dalam kehidupan sesama anak bangsa.
Terutama dalam beraktivitas dan berinteraksi sesama
manusia. Dengan bersabar dan menahan diri serta menghargai orang lain, maka
konflik atau perbedaan bisa dicegah atau tidak akan terjadi. Dengan begitu
toleransi memiliki peranan penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan dalam kehidupan
bermasyarakat. Toleransi menjadi penting
karena bangsa Indonesia memiliki cukup banyak suku, ras, dan agama.
Namun perbedaan tersebut juga bukan menjadi kendala dalam
membangun persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Toleransi dalam Keberagaman karena
para bapak bangsa dan pahlawan sudah banyak memberi contoh tentang budaya
toleransi.
Contoh nyata adalah pada masa mempertahankan kemerdekaan semua pasukan yang berasal dari berbagai elemen pejuang, laskar, dan masyarakat bahu membahu dalam mempertahankan kemerdekaan. Dalam perjuangan diplomasi pun presiden pertama Indonesia; Soekarno selalu berunding dengan berbagai tokoh dalam kabinet pemerintahannya, yang tentu berasal dari banyak suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Bentuk-Bentuk Toleransi Masyarakat Indonesia tanpa mereka
sadari telah melakukan sikap bertoleransi dalam aktivitas kegiatan sehari-hari.
Baik di rumah, sekolah dan masyarakat. Berbagai bentuk aktivitas tersebut di
antaranya; menghormati hak dan kewajiban umat beragama. Sama-sama sudah diketahui
bahwa di Indonesia terdapat beberapa agama dan kepercayaan yang diakui oleh
negara. Acapkali perbedaan agama dan kepercayaan menjadi bahan perdebatan dan
pemecah persatuan dan kesatuan bangsa. Maka dari itu, sikap yang harus dimiliki
adalah saling menghormati antar umat beragama.
Contoh dalam kehidupan sekolah adalah setiap siswa diberi
kesempatan untuk berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing saat
memulai dan mengakhiri pembelajaran. Artinya, saling membutuhkan satu sama
lain. Oleh karena itu, manusia yang bertoleransi adalah manusia yang membantu
manusia lain baik saat dibutuhkan maupun ketika tidak dibutuhkan. Contohnya adalah saat melihat ada musibah
bencana alam, maka secara sigap membantu dengan memberi donasi atau memberi
bahan makanan bagi yang terkena musibah. Ramah dengan tetangga. Orang yang
paling dekat dengan pintu rumah kita adalah tetangga.
Walaupun tetangga berbeda suku, ras agama maupun pekerjaan,
apabila baik dengan tetangga, maka tetangga akan baik dengan juga responnya.
Menghargai perbedaan pendapat dalam
kehidupan keluarga, sekolah dan masyarakat, acapkali kita berbeda pendapat
dengan orang lain. Maka agar tidak terjadi perpecahan sikap kita adalah
menghargai pendapat orang lain. Karena bisa jadi pendapat orang lain lebih
benar daripada pendapat kita.
Pelaksanaan sikap toleransi mengedepankan musyawarah, untuk
menyelesaikan masalah musyawarah adalah cara terbaik dalam menyelesaikan
perbedaan pendapat. Dengan musyawarah semua pendapat akan didengar dan
dibicarakan oleh peserta musyawarah. Serta akan diputuskan hasil yang terbaik
bagi semua orang. Tidak memandang rendah suku atau budaya lain serta tidak
memandang tinggi suku dan budaya sendiri dalam hal budaya, tidak ada istilah
budaya satu lebih tinggi dari budaya lain. Maka sikap-sikap memandang rendah
suku lain dan memandang tinggi suku dan budaya sendiri harus sebisa mungkin
dihindari. Hal ini selaras dengan
semboyan bangsa Indonesia yakni Bhineka Tungga Ika yang artinya berbeda-beda
tetap satu jua.
Gotong Royong merupakan sikap kekeluargaan antar masyarakat
untuk saling bahu membahu dan saling bergandengan tangan, serta bukanlah sikap
yang mementingkan pribadi ataupun suatu kelompok masyarakat. Gotong Royong
menjadi suatu kegiatan yang tumbuh secara alami di dalam masyarakat, yang pada
akhirnya membentuk rasa toleransi antar masyarakat. Toleransi ini merupakan
rasa saling menghargai dan saling tolong menolong antar sesama masyarakat.
Toleransi ini tumbuh dan berkembang seiring dengan sikap
kegotong-royongan antar masyarakat tanpa membeda-bedakan satu sama lain,
sehingga semua elemen masyarakat bersatu padu dalam persatuan dan di anggap
sama rata. Sikap Gotong Royong juga dapat terjalin dengan baik di antara umat
beragama, sebagai bentuk sikap saling menghargai dan menghormati antar umat
beragama. Meskipun berbeda agama yang di anut oleh masing-masing masyarakat,
namun dengan menumbuhkan sikap Gotong Royong serta rasa toleransi dapat memupuk
hubungan yang erat antar umat beragama.
Dengan adanya sikap Gotong Royong dan rasa toleransi antar
umat beragama, maka mereka akan dijauhkan dari konflik antar umat beragama
serta tidak menimbulkan keinginan untuk menciptakan kelompok ataupun pribadi-pribadi
yang menolak keberagaman agama. Memang agama merupakan kepercayaan akan Tuhan
yang di anut oleh masing-masing masyarakat serta memiliki doktrin-doktrin yang
berbeda-beda, jika mereka hanya fokus dengan doktrin masing-masing dan
membeda-bedakannya dengan doktrin dari agama yang lainnya, maka akan timbul
konflik yang sangat berkepanjangan. Oleh karena itu, umat beragama juga harus
sadar diri bahwa dengan memiliki sikap Gotong Royong dan rasa Toleransi akan
menjauhkan mereka dari konflik dan membuat mereka dapat hidup saling
berdampingan satu sama lain.
Gotong Royong dan toleransi merupakan bagian yang sama
sekali tidak dapat dipisahkan, di mana ada sikap Gotong Royong maka di situ
pasti akan tumbuh rasa toleransi antar sesama, dan menumbuhkan kerja sama untuk
saling bahu membahu mencapai tujuan bersama. Keberagaman agama yang di anut
oleh masyarakat Indonesia tidak menjadi persoalan untuk saling memiliki rasa
toleransi, dan dengan keberagaman agama ini umat beragama dapat bersatu padu
serta menjadi cerminan kerukunan umat beragama dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Gotong royong dan toleransi juga sebagai pokok untuk lebih
saling menghargai antar umat beragama, sehingga tidak akan terjadi kasus yang
serupa seperti kasus pengeboman tiga gereja di Surabaya. Karena, dalam diri
masing-masing umat beragama sudah tertanam rasa kekeluargaan yang erat dan
memiliki rasa toleransi yang kuat. Sehingga, dari rasa kekeluargaan, toleransi,
dan gotong royong akan menunjukkan ciri khas masyarakat Indonesia yang
sebenarnya, serta menjadi rupa Natura Negara bagi Negara Indonesia.
Bentuk-bentuk Gotong Royong antar umat beragama dapat
tercerminkan dari kegiatan-kegiatan masyarakat yang dikerjakan bersama secara
aktual di tengah-tengah masyarakat. Dalam aktualisasi bentuk toleransi antar
umat beragama dapat semakin mempererat tali persaudaraan satu sama lain, dan
semakin mencerminkan sikap gotong royong.
Gotong Royong itu sendiri telah menjadi kebiasaan yang
tumbuh di tengah-tengah masyarakat Indonesia, serta mencerminkan Natura Negara
Indonesia dalam kehidupan antar umat beragama. Jiwa gotong royong yang tumbuh
dari antar umat beragama ini akan membentuk suatu semangat kekeluargaan di antara
mereka. Sehingga, dalam rasa kekeluargaan antar umat beragama, maka mereka akan
saling timbul rasa perasaan untuk bersama-sama membangun dan bekerja sama dalam
mewujudkan kerukunan dalam wajah Indonesia.
Gotong Royong yang dilakukan oleh umat antar agama ini akan
semakin memupuk kerukunan dalam bermasyarakat dan beragama dalam Negara
Indonesia. Bentuk Gotong Royong yang menjadi suatu keutamaan yang telah tumbuh
dalam diri masyarakat Indonesia akan menumbuhkan rasa toleransi yang sangat
kuat bagi masing-masing umat beragama. Dan dalam hal ini pula, umat beragama
akan semakin tumbuh dan memiliki rasa kekeluargaan yang sangat erat.
Sehingga tidak lagi timbul batasan-batasan untuk saling
bersosialisasi ataupun untuk menyampaikan suatu inspirasi ataupun pendapat yang
baik di muka masyarakat. Melalui bentuk-bentuk gotong royong dalam toleransi
antar umat beragama semakin membuka hati dan pikiran masyarakat betapa penting
dan indahnya hidup bersama dalam satu Negara Indonesia di tengah-tengah
perbedaan dari masing-masing masyarakat ataupun kelompok agama tertentu.
Sebagai penutup, untuk mewujudkan masyarakat indonesia yang toleran, harmonis dan memiliki jiwa gotong royong yang tinggi maka ada empat hal yg harus dilakukan. Pertama, bingkai teologis, selalu mengedepankan dan mengembangkan sikap moderasi dalam beragama, menumbuhkan pemahaman teologi kerukunan, bukan teologi konflik. Kedua, bingkai politik; yaitu dengan selalu mengedepankan empat konsensus nasional di antaranya Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Ketiga, bingkai sosiologis, yaitu dengan mengedepankan pendekatan kultural dan kearifan lokal, serta bijak dalam berinteraksi sosial. Keempat, bingkai yuridis, yaitu dengan senantiasa patuh dan taat terhadap seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dedi Suriansah; Kuala Simpang, 10 September 2023
Komentar
Posting Komentar