Pahamilah Dia jika Ingin Dianggap Ada

Marah, benci, sayang, dan rindu adalah fitrah dan juga tabiat manusia. Kompleksitas rasa yang ada dalam diri cucu Adam adalah selalu hadir sifat marah, benci, kesal, sayang, dan benci. Jika salah satu di antara sifat tersebut hinggap pada seseorang maka sesungguhnya ia sedang dijemput rindu. Persoalan rindu adalah perkara yang rumit bagi manusia,

Rumitnya rindu sebab ia tiada dinding yang menepikannya. Rindu adalah kata sifat, maka tiada upaya pun dari manusia, jika rindu sudah datang maka ia tetap hadir walaupun tiada tahu bagaimana cara menghapusnya. Ada orang yang menangis dengan rindunya, ada juga yang marah dengan rindunya, dan tidak jarang seseorang yang bahagia dengan rindunya. Apa pun cerita tentang kerinduan ia tetap saja menyakitkan bagi yang merasakan tanpa menatap wajah yang dirinduinya.

Rindu tiada tepi. Bagi yang sering merindu ibarat seseorang yang berdiri di tepian sungai tanpa disadari ia akan jatuh di dalamnya dan hanyut. Terjal rindu ibarat tepian laut tanpa disadari ombak menghapus ingatannya kepada apa pun yang ada di dunia ini selain objek-objek yang dirindui. Rindu tidak dapat disederhanakan kecuali orang-orang yang mampu memahami bahwa rindu juga perangkat dunia yang menipu. Jika sudah melekat satu rasa; yakni merindui, maka marahpun menjadi tumpahan kegelisahan terhadap orang-orang.

Berbahagialah kamu dengan cinta yang selalu memarahi rasa. Sebab salah satu cara untuk menumpahkan rasa kerinduan yang terberat adalah dengan cara memarahi seseorang yang sudah mampu menghadirkan rasa rindu. Sang penyinta akan selalu berujar “wahai kekasih hati; jiwa ini selalu ingin memarahimu untuk menumpahkan rasa rindu-rindu itu”.

Rindunya bagi yang sakit adalah memarahi masa sehat, rindu bagi yang miskin menginginkan hidup mewah, rindu bagi yang gelisah mencapai kebahagiaan, rindu bagi perantau ingin kembali ke kampung halaman, rindu bagi pahlawan menginginkan kemerdekaan, rindu bagi yang raganya terkurung menginginkan kebebasan, rindu bagi jiwa yang dalam genggaman-Nya kembali pada Tuhan. Lalu rindu menuju ke manakah yang patutu diperjuangkan.

Mahabbah pada diri anak Adam selalu melewati masa pasang dan surut. Statistik cinta dalam jiwa manusia sering berubah-rubah. Ternyata cinta juga plinplan. Kadang muncul, kadang hilang, bahkan kadang menurun, dan tenggelam sekalipun, bahkan hilang sama sekali. Rasa saling memahami itulah puncak kesetiaan. Sang pencinta tidak pernah lelah memahami kekasihnya.

Bagi sang penyinta apapun yang berlaku tekadnya bulat sampai keinginan hatinya terpenuhi, dan tanpa menyisakan rasa sakit. Mencintai tanpa masalah bukan sebuah hakekat kasih. Namun bermasalah dalam mencintai merupakan jalan yang sedang disediakan Tuhan untuk membuat wadah bagi Anak Adam. Wadah yang menampung segala rasa, supaya manusia tahu jika cinta adalah gelisah yang membawa bahagia, tangis, dan tawa. Cinta tanpa menyayangi juga nihil. Sebab, hakekat menyintai adalah rasa sayang.

Manusia makhluk yang selalu rindu akan kasih sayang; baik kasih sayang orang-orang maupun kasih sayang Tuhan. Cinta adalah perangkat buruk yang pernah dimiliki manusia; manusia merasa berguna dirinya ketika ia mulai menyintai. Tanpa disadari rasa cinta yang mulai tumbuh adalah benci yang baru dimulai. Sebab, cinta sifat utamanya menghadirkan rasa mecemburui, memarahi, lalu membenci. Cemburu dengan kekasihnya bukanlah perkara baik, sebab rasa cemburu akan membangkitkan marah, dan marah akan menanamkan benci. Akhirnya, yang diagungkan adalah rasa cinta dan merendahkan rasa menyayangi.

Cinta yang ada dalam diri manusia bukan hanya pada jiwa-jiwa, tetapi juga terhubung pada yang lain; seperti cinta pada harta, pangkat, dan jabatan. Seseorang yang mulai cinta pada dunianya secara berlebihan maka ia akan berusaha dengan apa pun caranya agar mendapatkan sesuatu yang ia cintai, bahkan ia rela melakukan sesuatu yang menyakiti banyak orang. Intinya, apa pun dan ke mana pun rasa cinta dituju akan mendatangkan buruk bagi manusia jika tidak dibendung dengan rasa menyayangi. Tanpa disadari oleh banyak orang; rasa cinta terhadap banyakk objek didunia menjadikan diri mudah menebar kebencian, “terlalu menyintai objek dunia lupa menyayangi pada sesama”.

Tersenyumlah wahai kalian yang sedang bermasalah dengan cintanya (cinta pada objek apa pun). Ketahuilah serumit apapun masalahnya Tuhan selalu membuka jalan agar setiap hambanya saling memahami. Bagaimana cara menanamkan rasa memahami, salah satu caranya adalah dengan konspe “kenalilah” (ta’aruf) objek-objek yang bersandar dalam jiwa. Sehingga sekecil apapun kekurangan yang terdapat dalam diri masing-masing para pecinta, maka semua kekurangan tersebut akan diketahui dan dipahami sebagai median untuk saling menebar kasih dan menanam sayang (saling menutupi kekurangan). 

Pelihara cinta yang kana jaga yang ka setia. Artinya, cinta terhadap sesuatu; baik jiwa, harta, tahta, pangkat, dan jabatan dengan tidak memikirkan yang lain. Peliharalah cinta yang sudah ada, dan jagalah dia yang sudah setia. Bukan memelihara kebencian yang sudah ada lalu membuang rasa menyayangi pada manusia. Cinta dan kebencian bedanya cuma diasa. Jika jiwa sudah lelah dan rasa sudah tersakiti, maka cinta bakal hilang dengan sendirinya.

Pada Tahapan ini, cinta bakal hilang. Sebenarnya cinta  tidak ada, yang ada hanyalah merasa nyaman, kenyamanan inilah diklaim sebagai rasa cinta oleh orang yang tertipu dengan perasaan jiwanya. Di sini, manusia tanpa menyadari telah menipu dirinya. Pada rasa kenyamanan yang dirasakan seseorang saat bersama tidaklah datang dengan sendirinya tetapi ia muncul sebab diusahakan/diperjuangkan. Jika kenyamanan tidak diperjuangkan lagi maka cinta akan hilang dengan sendirinya, ketika rasa cinta sudah hilang maka rasa menyangi jangan pernah diharapkan lagi.

Padahal, antara cinta dan menyayangi sangatlah berbeda. Cinta adalah benci yang tertunda, sementara menyayangin rasa kasih yang tidak akan pernah ada keluhan, marah apalagi benci. Jika sudah duduk rasa menyangi dalam diri seseorang tidak perlu lagi engkau berharap cinta, sebab kasih sayang bukanlah benci yang ditunda.  

Masalah yang sedang dihadapi manusia adalah tidak tahu bagaimana cara Tuhan menanamkan kasih sayang-Nya. Tuhan tidak memunculkan rasa cinta secara dominan pada hamba, sebab Tuhan tidak ingin cemburu, marah, apalagi membenci hambanya dikala cinta-Nya tidak terbalas. Maka, Tuhan memunculkan sifat kasih sayang secara pada makhluk ciptaannya di bumi. Tuhan hanya memberi reward saja dengan rasa cinta bagi orang-orang yang bertawakkal misalnya, “innallaha yuhibbul mutawakkilin”.

Hikyata cinta bukanlah cerita-cerita fiksi yang tidak memiliki arah dan tujuan, melainkan hikayat cinta adalah rasa sayang yang diperjuangkan oleh banyak pihak. Dalam cerita cinta yang harus dihindari sifat prosesif, dan mendidominasi sifat romantis. Prosesif dalam cinta hanya memunculkan kelelahan, sementara romantisme menghadirkan keindahan. Hikayat cinta adalah cerita memahami dengan baik objek-objek yang dicintai. Tiada yang lebih istimewa dari dunia ini kecuali menghidupkan rasa menyayangi. Jika suda memahami Dia, siempunya rasa sayang tidak pernah lelah memahami kekasihnya. 

Jakarta, 30 September 2023.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meraih Gelar Doktor; Muchlinarwati Disabilitas yang Menginspirasi

Melihat Masalah dengan Masalah

SURAT TERBUKA: KEPADA YANG TERHORMAT BAPAK BUPATI ACEH BARAT DAYA