Membangun Ruang Dialektika Dunia yang Dinamis
Dunia adalah ruang dialektika yang menyuguhkan banyak argumentasi
bagi yang memahami. Kecakapan intelektual manusia sangatlah terbatas, karena
itulah ruang dialektika mesti dibangun sebaik mungkin. Kemampuan akal manusia dalam
menangkap dialektika semesta tidak berbanding dengan wahana yang tersuguhkan
jagad raya. Perkembangan manusia sangat ditentukan bagaimana manusia sendiri
memandang dunia sekitarnya. Bukan alam semesta yang berubah tetapi akal manusia
saja yang telah menemukan jalan-jalan yang disebut dengan kemajuan.
Perkembangan yang dicapai manusia melalui masa yang sangat panjang.
Ilmu pengetahuan dimulai sejak manusia pertama diciptakan hingga manusia
membangun peradaban berfikir di era Yunani dan diteruskan hingga saat ini. Periode
demi periode yang dilalui manusia ditandai dengan era klasik, abad pertengahan,
modern, dan post-modern, dan akhirnya generasi membangun dialektika baru
dalam mengisi ruang dunia. Setiap era melahirkan cara tersendiri dalam memahami
dunianya. Lahirnya berbagai macam ilmu pengetahuan menandakan manusia terus
berproses untuk memahami dunia ini.
Bergeraknya manusia melalui pikirannya sebagai entitas bahwa
rentetan pengetahuan yang diperoleh merupakan ceceran-ceceran dari proses
dialektika yang dibangun para pemikir dalam menerjemahkan dunia beserta
gejala-gejala yang dimunculkan. Wahana dialektika ini kemudian menjadi ruang
studi bagi manusia. Dunia bukanlah ruang kosong melainkan terisi dengan banyak
hal, di mana manusia tidak mampu menangkap materi-materi oleh karena
keterbatasan yang dimiliki manusia itu sendiri. Kekayaan yang disuguhkan oleh
alam ini idak berbanding lurus dengan kekayaan intelektual yang dibangun
manusia dengan alam pikirnya.
Alam semesta menjebak pikiran manusia yang tidak memahami
ruasnya. Ilmu pengetahuan telah mengungkapkan bahwa alam ini adalah jagad yang
sangat luas secara materi. Pada satu sisi ini adalah realitas di mana luasnya
dunia ini hampir tidak terjangkau oleh gerak manusia. Pada sisi yang lain dunia
ini adalah ruang sempit dalam perspektif ekspresionis. Manusia boleh saja
meng-angan-angankan banyak hal, tetapi ekspresi manusia tidak mudah untuk menguasainya.
Dunia ini luas secara materi namun sempit secara hakikat.
Jalan sempit untuk menuju dunia telah dilalui oleh setiap manusia
melalui rahim seorang ibu. Alam rahim adalah satu-satu jalan bagi manusia
menempuh ruang dunia. Di alam ini manusia harus berjuang dan dipelihara sebaik
mungkin, bagi yang gagal melewatinya ia tidak akan lahir ke dunia dengan
selamat. Dunia yang dipahami luas ternyata lebih sempit dari alam rahim yang
pernah dilalui. Begitu sempitnya ruang dunia manusia tidak dapat berekspresi
dengan sekehendak hatinya. Manusia harus membatasi kata-katanya, membatasi
prilakunya, membatasi keinginananya, membatasi keperluannya, membatasi
kekuasaannya, dan membatasi banyak hal agar keseimbangan terjaga. Bahkan manusia
terbatas umurnya.
Gerak dunia diatur sedemikian rupa, mulai dari aturan
secara alami, aturan agama, dan aturuan yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Aturan
secara alami manusia diikat dengan tatanan alam yang melahirkan banyak
persaksian baik dan buruk. Aturan alam ini tidak boleh dilanggar oleh manusia,
jika dilanggar manusia akan mendapatkan resiko yang besar. Terjadinya banjir
disebabkan manusia melawan hukum alam. Dan, walaupun semua itu tidak selamanya
terkait tetapi fakta yang terus berulang demikian.
Di samping hukum alam manusia diikat dengan aturan agama. Tentunya,
hukum alam berbeda dengan hukum agama, jika melanggar hukum alam maka murkanya
alam berdampak buruk pada lingkungan dan manusia itu sendiri. Sementara, hukum
agama bukan hanya mengatur manusia untuk berbuat baik dan mencegah perbuatan
buruk, melainkan hukum agama akan mendapatkan ganjaran baik di dunia maupun di
akhirat. Sementara hukum yang dibuat manusia adalah melalui kesepakatan bersama
dalam hidup berbangsa dan bernegara yang melahirkan hukuman, denda, dan sanksi.
Aturan-aturan yang mengikat hidup manusia menandakan bahwa dunia ini adalah
ruang sempit secara hakikat.
Dilihat secara materinya dunia ini sangatlah luas sehingga
menghadirkan banyak hal bagi manusia. Tuhan sendiri menyatakan dalam Alquran “menguasai
dunia hanya dapat ditempuh melalui ilmu pengetahuan”. Dari sini dapat ditarik
wacana bahwa ruang dialektika dunia adalah ilmu pengetahuan. Kemajuan yang dirasakan
oleh manusia di era modern lahir dari dialektika pikiran yang terus menerus
berkembang dalam berbagai wilayah. Perubahan ilmu pengetahuan sangatlah cepat,
satu pengetahuan belum dikuasai oleh sebagian orang pengetahuan yang baru telah
muncul. Karena itu, kecepatan dialektika menjadikan manusia mengausai sebagian
yang lain.
Dialektika akal jika tidak dibarengi dengan dialektika
qalbu, maka sebagian manusia menjadi ancaman bagi manusia yang lain. Dari sini
dapat disimpulkan bahwa dialektika pikiran tidak cukup ruang untuk mengisi
dunia ini tanpa dibarengi dengan dialektika rasa. Dengan demikan, ruang
dialektika dunia harus ditinjau dari berbagai perspekktif. Kemajuan ilmu
pengetahuan yang ditempuh manusia tidak hanya dibangun pada satu sisi saja,
tidak hanya dilihat dari perspektif teknologi semata. Realitas yang terjadi kemajuan
yang ditempuh manusia hari ini hanya dilihat dari perspektif tekonologi semata,
sehingga mengabaikan ruang dialektika dari perspektif ilmu yang lain.
Dunia yang tidak diisi dengan dialektika pengetahuan maka
kekacauan di segala ruang akan terjadi. Ini yang sering berlaku di wilayah sosial;
hampanya ruang dialektika sosial dalam mengisi setiap ruang menyebabkan
kebenaran tidak menjadi persoalan yang terus diperdebatkan. Akhirnya, yang kuat
mengintimidasi yang lemah, resistensi menguasai semua pihak, masing-masing ekspresi
yang mengisi ruang merasa diri lebih baik dari yang lainnya.
Dunia adalah ruang dialektika dalam berbagai perspektif. Ini
harus disadari oleh setiap orang. Bagaimana menjadikan ruang dunia yang sempit
secara hakikat memudahkan jalan untuk melebar ruang secara materi. Dialektika Hegel
yang dibangun atas tiga ruang; pertama mengajukan pengertian, kemudian
menghadirkan perbandingan/lawannya, lalu mendamaikan dengan pilihan yang lebih
baik. Artinya, ruang dialektika dunia tidak dapat menghindari konflik, sebab
hanya Yang absolut yang tidak memiliki lawan (the absolut has no oppoiste).
Selain dari pada yang absolut tetap dalam perdebatan dan memiliki lawan.
Oleh karena itu, ruang dialektika dunia adalah ruang kontradiksi.
Kontradiksi yang dipahami adalah konflik secara konstruktif bukan destruktif. Manusia
terus bergerak secara dinamis. Gerak dinamis ini harus dibenarkan melalui
dialektika di mana masing-masing diri memunculkan sintesa yang lebih baik. Kebodohan
selalu membangun dialektika destruktif, dikarenakan ilmu pengetahuan tidak
hadir menyelesaikan persoalan manusia. Jika manusia menagkui makhluk yang
berakal maka dialektika pikir mesti mengusai ruang dialektika dunia di segala
bidang.
Dunia adalah ruang sempit secara materi, tetapi walaupun
dunia ini sempit tidak mudah bagi manusia untuk menguasainya. Kehadiran manusia
ke dunia bukanlah untuk menguasai banyak ruang, melainkan untuk mengisinya
dengan cara melakukakan sesuatu yang baik sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
dan peran masing-masing lintas bidang. Karena itu, Nabi Muhammad diutus untuk mengabarkan kebaikan pada penduduk bumi. ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi
adalah suatu upaya penyadaran kepada manusia bahwa ruang dunia yang sempit
secara hakikat agar dibuka menjadi ruang yang luas secara materi, walaupun
materi-materi dunia tidak semua orang dapat memilikinya. Tafassahu fil majalis;
berlapang-lapanglah dalam mengisi ruang dialektika dunia.
Jakarta, 1 Desember 2023
Komentar
Posting Komentar