Dikala Tuhan Mencabut “Harapan” dalam Jiwa Manusia
Peristiwa bunuh diri yang terjadi dikarenakan seseorang berputus asa atas nikmat yang diberikan Tuhan atas dirinya. Sungguh manusia akan berputus asa jika harapan telah sirna bersamanya. Bersyukurlah manusia yang selalu ditanamkan banyak harapan dalam dirinya. Gantunglah harapan sebanyak mungkin sehingga manusia sibuk menghitung ni’mat Tuhan yang tersuguhkan di alam jagat raya ini. Menggantungkan harapan pada banyak nikmat efeknya besar sekali dalam kehidupan manusia, walaupun harapan itu tidak mampu diraih namun dengannya manusia terus menatap masa depan. Merugilah seseorang yang menggadaikan jiwanya hanya karena satu harapan yang hilang dari dirinya.
Manusia selalu dihadapkan dengan konsekuensi dari pilihannya sendiri. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi adalah cerita azali yang menyata dalam kehidupan. Peristiwa ini bukan terjadi tanpa alasan, justru banyak alasan Tuhan menciptakan masalah dalam kehidupan. Peristiwa yang berulang-ulang terjadi yang dilakukan orang yang berbeda untuk memperkuat ingatan manusia sebagai makhluk pelupa.
Dunia adalah
ruang pikir bagi manusia untuk terus belajar agar manusia terus meng-upgrade
pengetahuannya. Bukan penyebab dari peristiwa yang perlu ditelusuri, tetapi yang
harus dicari adalah jalan keluar seperti apakah yang Tuhan tetapkan. Tuhan berfirman,
satu peristiwa yang menimpa manusia Tuhan menciptakan banyak jalan keluar. Jika
banyak jalan keluar kenapa manusia hanya fokus pada satu peristiwa, dan
melupakan banyak jalan keluar. Manusia tidak pernah puas dengan apa yang telah dicapai, manusia selalu menggantung hidupnya pada banyak harapan.
Dunia mesti
dipahami tempat menaruh banyak harapan. Karena sebuah harapan lah manusia terus
bertahan, satu harapan hilang harus dibuka dengan harapan baru. Semakin banyak harapan
semakin jauh manusia dari sikap putus asa. Dan, sungguh manusia akan berputus
asa jika Tuhan tidak menaruh harapan dalam dirinya. Walaupun harapan juga
berlaku paradoks. Dalam pengertian dengan sebuah harapan manusia akan melakukan
banyak hal, dengan harapan pula manusia menuai kekecewaan/duka. Harapan bisa
membuat bersemangat hidup, dengan harapan pula manusia terpapar jiwanya.
Pada dasarnyan manusia tidak pernah tersakiti kecuali dengan harapannya sendiri. Terlalu banyak berharap sehingga apa pun yang ada di dunia ini harus mengikuti sesuai dengan keinginannya. Bahkan Tuhan pun diatur mengikuti sesuai keinginan dirinya. Bukankah terlalu rendah takdir Tuhan jika harus mengikuti keinginan makhluk.
Manusia menciptakan luka dengan harapannya sendiri jika ia hanya fokus
pada satu harapan saja. Setiap harapan sangat tergantung dengan ruang dan waktu,
maka harapan ada batas temporalnya. Jika satu harapan telah pupus maka buka
harapa yang baru. Manusia sebagai hamba harus memperbanyak harapan, sebab
sungguh manusia akan berputus asa jika ia sendiri menutup harapan untuk
dirinya.
Seseorang yang
tersakiti dengan harapannya sendiri cenderung lupa bahwa dunia ini serba
paradoks. Oksigen yang menjadi sumber kehidupan juga sekaligus mematikan.
Kejenuhan yang dialami tubuh manusia mematikan dirinya sendiri. Kelolalah
dengan baik apa pun harapan itu agar tidak tersakiti dengan satu harapan.
Sebab, semua orang di dunia dalam keadaan selalu menggantungkan harapan. Berharap
banyak hal positif menghampiri dirinya. Dan bahkan manusia diminta untuk
berharap pada sesuatu yang tidak mungkin dicapai, itu semua agar manusia tidak
mudah berputus asa.
Harapan adalah
semangat hidup. Harapan adalah cahaya kehidupan. Harapan tidak bisa dilihat tapi dapat menjadi generator. Dan
inilah yang mengherankan dari manusia itu sendiri, sesuatu yang tidak bisa
dilihat olehnya tetapi ia percaya jika harapan itu ada. Harapan selalu
digambarkan dengan sesuatu yang indah. Untuk mencapai keindahan sebagaimana
yang diinginkan maka manusia akan melakukan apa pun. Sepanjang seseorang
menaruh harapan maka sepanjang itu pula ia tidak akan pernah berputus asa,
sebab menaruh harapan saja perolehan nikmat yang luar biasa baginya.
Padahal Alquran
sendiri menggambarkan bahwa dunia ini adalah keindahan yang menipu (wamal
hayataddunya illa mataa'ul ghurur). Artinya, orang yang terlena dengan satu
harapan ia melenakan diri pada satu keindahan. Berharap pada satu keindahan saja
manusia akan menuai kekecewaan, sementara banyak harapan yang digantung dalam
wahana kehidupan tidak dilihat sebagai rahmat dari Tuhan. Menggantungkan banyak
harapan sama dengan keinginan meraih banyak rahmat dari Tuhan.
Tuhan sengaja
menciptakan harapan supaya manusia tidak berputus asa. Selagi manusia punya
harapan ia tidak akan berputus asa dalam kondisi apa pun. Suatu kebodohan menggadaikan
harapan dengan jiwanya. Perbanyaklah harapan agar tidak tersakiti hanya karena
satu harapan. Terlalu fokus pada satu harapan menjadikan ruang gerak terbatas. Meng-upgrade
harapan bukan berarti melupakan satu nikmat, justru karena banyaknya nikmat
manusia mudah menangkap harapan.
Alquran menyatakan
bahwa hidup di dunia adalah keindahan yang menipu. Peristiwa yang menjadikan
seseorang sangat bahagia hanya bisa dikenang tetapi tidak dapat kembali
mengulang rasa yang sama pada momen dan waktu yang berbeda sebagaimana
kebahagiaan itu dirasakan. Begitu juga rasa sedih atas musibah yang menimpa
seseorang, setiap pelakunya tidak pernah dapat mengulang rasa sedih yang sama
pada momen dan waktu yang lain, kecuali mengenang peristiwanya saja. Semakin
lama peristiwa itu berlalu maka semakin jauh dari rasa sakit dan bahagia.
Intinya, rasa sedih yang dirasakan seseorang adalah menipu apalagi rasa bahagia "wamal hayataddunya illa mata'ul ghurur" (tidaklah kehidupan dunia kecuali keindahan yang menipu). Alquran menggambarkan bahwa kehidupan dunia bagaikan tanaman yang tumbuh menghijau memanjakan mata orang-orang yang melihatnya, lalu menguning, kering, dan hilang. Disaat seseorang mendapat pekerjaan yang layak dengan penghasilan yang menjanjikan muncul rasa senang. Ketika menjalani pekerjaan yang berat dengan penghasilan sedikit ia merasa sedih. Padahal dua duanya menipu pandangan mata dan rasa.
Bersabar atas peristiwa yang menimpa adalah perintah Alquran. Sabar merupakan pekerjaan yang berat, dan inilah aktifitas para Nabi. Dibalik kata sabar ada istilah syukur. Syukur dan sabar dua amalan yang bisa dipraktekkan oleh siapa pun; baik orang kaya, miskin, pintar, bodoh, intelektual, pejabat, pemimpin, penguasa, rakyat biasa, dan lain sebagainya, tetapi berat saat dipraktekkan.
Konsep hidup kaum sufi menganut filosofi "ini semua akan berlalu". Jika saja prinsip ini dikelola dengan baik maka apa pun yang dihadapi pada prinsipnya semua itu akan berlalu. Dan, ketika berlalu; baik yang menyenangkan dan menyedihkan tentunya ia akan pergi begitu saja, dan siapa pun tidak bakal kembali dapat mengenang rasa yang sama kecuali hanya mengingat peristiwanya saja bahwa suatu ketika dimasa lalu pernah menimpa rasa sedih dan menuai rasa bahagia.
Berpikirlah dengan baik, sebelum masuk syurga masuklah alam pikir yang lurus terlebih dahulu di dunia. Tuhan menciptakan "harapan" supaya manusia tidak mudah untuk berputus asa. Tetapi, manusia pada dasarnya tidak akan merasa sakit kecuali karena harapannya sendiri, harapan yang speknya ditakar menurut pikirannya sendiri. Sebaik-baik harapan adalah harapan yang digantung pada selain makhluk; yakni pada Tuhan.
Menggantungkan
harapan pada makhluk apa pun, maka manusia akan tersakiti. Sebab, manuasi suka memberi
harapan palsu. Satu sisi diciptakannya manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa
diperintahkan untuk saling mengenal satu sama lain “lita’arafu”, tapi
pada sisi lain manusia juga diperintahkan untuk berlindung dari kejahatan makhluk
dari kalangan jin dan manusia yang membawa nafsu serakah bersamanya. Artinya, satu sisi manusia diciptakan sebagai teman pada sisi yang lain juga sebagai musuh yang nyata. Dan sesuai
dengan bunyi surat terakhir dari Alquran. Alladzi yu waswisu fi sudurinnas;
minal jinnaiwannas.
Jakarta, 2 Mei
2024
Komentar
Posting Komentar