Pemda: Dekatkan Beasiswa pada Anak Buruh Tani Miskin di Aceh
Kuliah dengan biaya yang ditanggung pihak ketiga adalah keinginan semua orang, terutama anak-anak berprestasi dari keluarga miskin. Dapat kuliah di kampus tertama seperti Universitas Gadjah Mada dan yang lainnya juga cita-cita dari banyaknya calon mahasiswa hari ini. Untuk mendapatkan beasiswa bukan perkara mudah, apalagi beasisswa prestasi sifatnya sangat kompetitif. Tentunya, kompetisi ini jauh dari jangkauan anak-anak Indonesia khususnya anak-anak buruh tani miskin Aceh.
Hari ini beasiswa dari banyak sumber masih jauh dari
jangkauan anak-anak kita; baik jauh dari segi koata, beasiswa sifatnya sangat
kompetitif, butuh persaingan yang sangat ketat, serta jurusan yang terbatas. Kendala
utama adalah sifat beasiswa yang kompetitif sehingga tidak berimbang dengan
kemampuan calon mahasiswa untuk mendapatkan beasiswa tersebut.
Pemerintah Daerah jangan hanya memahmi bahwa beasiswa sebagai
bantuan belajar semata, tetapi juga harus dipahami sebagai lapangan pekerjaan
bagi anak-anak muda. Akhir-akhir ini sangat susah mendapatkan pekerjaan bagi
usia produktif. Ini disebabkan dunia kerja semakin kompetitif, skil terbatas,
dan lapangan pekerjaan sulit. Di Aceh hampir tidak ada lapangan pekerjaan
non-pemerintah yang mampu menggarap pekerja lokal dengan jumlah besar.
Maka dengan itu Pemerintah Aceh dan Pemerintah Daerah wajib
memprogramkan beasiswa untuk S1, S2, dan S3 secara khusus membiayai kuliah
sampai tuntas menggunakan anggaran propinsi dan juga kabupaten masing-masing. Sehingga,
anak muda usia produktif bekerja sebagai mahasiswa yang digaji oleh negara. Bukan
sebagai mahasiswa yang menghabiskan uang pribadi untuk membantu negara menambah
Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Negara sedekat mungkin harus memberi
akses beasiswa bagi anak-anak di daerah masing-masing.
Daftarkan diri kalian sebagai mahasiswa yang digaji oleh
negara/Pemerintah aceh atau pemerintah kabupaten masing-masing. Pemerintah Aceh
jika tidak mampu membuka lapangan pekerjaan bagi warganya, maka bukalah pos-pos
beasiswa bagi anak-anak Aceh seluas-luasnya, sehingga mereka bisa mendapat upah
sambil belajar; baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Memberi beasiswa ke
luar negeri sama dengan membuka jalan bagi anak-anak Aceh menempuh pendidikan
setara dunia dan menguasai pergaulan internasional.
Pemerintah Daerah mesti berpikir untuk mendekatkan beasiswa
dengan anak-anak Aceh. Sebagian besar penyediaan beasiswa masih jauh dari
jangkauan anak-anak Aceh. Jangkauan dimaksud bisa jadi syarat yang begitu
ketat, kecerdasan di bawah rata-rata, akses informasi terhadap beasiswa
terbatas, penguasaan bahasa asing tidak memadai, dan lainnya. Dan tidak mesti masuk
kuliah pada fakultas ternama dunia; disaat anak-anak kita terlibat belajar
dengan banyak orang luar; baik luar daerah maupun luar negeri maka akses
terhadap dunia kerja semakin dekat dengan mereka.
Mahasiswa setelah menyelesaikan studi sarjananya mereka
rata-rata berpikir mencari pekerjaan. Pada kenyataannya lapangan kerja di Aceh
sulit bahkan tidak ada. Sebagaimana disampaikan melalui media bahwa di Aceh
yang banyak lapangan bola, lapangan upacara, dan lapangan-lapangan lainnya yang
tidak ada kaitannya dengan pendidikan dan prestasi serta dunia kerja bagi anak-anak
negeri.
Para penguasa publik pun gencar-gencarnya mengkampanyekan
olah raga, dan ada yang membuat khusus club-club olah raga tanpa jelas arahnya
ke mana kecuali untuk eforia saja. Ada pula yang membuat turnamen
berjilid-jilid. Lagi-lagi yang diisi adalah lapangan bola, bukan penyediaan lapangan
kerja. Ini yang membuat desain insentif bagi warga tidak berjalan, kecuali
investasi politik untuk orang-orang tertentu.
Seharusnya; mahasiswa mempersiapkan diri, baik saat belajar
di bangku sekolah menengah, dan setelah selesai studi sarjana yang dikejar
adalah beasiswa ke luar negeri; negara-negara Asia, Eropa, atau pun Timur
Tengah. Bekerja dengan belajar lebih baik untuk investasi masa depan. Bekerja
baginya adalah belajar, sementara pendapatannya adalah diberikan beasiswa. Dan
tidak jarang, mereka yang belajar ke luar negeri juga menyempatkan diri bekerja
di luar jam studinya. Ini persoalan teknis saja.
Mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan sarjana
berhentilah berpikir mencari pekerjaan di Aceh sebagai tujuan utama. Ganti
target utamanya, selesai sarjana yang seharusnya dikejar adalah belajar ke luar
negeri lewat jalur beasiswa. Investasi terbaik dalam hidup ini adalah ilmu
pengetahuan, dan belajar dengan sungguh-sungguh. Satu detik menjelang kiamat
ilmu masih bermanfaat untuk manusia.
Selagi masih muda belajarlah. Negara kita dan dunia lainnya
banyak menyediakan beasiswa dalam jumlah besar. Dan, lebih baik lagi punya
kesempatan bekerja sebagai mahasiswa sejak menempuh pendidikan sarjana.
Artinya, setelah tamat Sekolah Menengah Atas ia telah mendapatkan beasiswa. Tentunya,
mendekatkan beasiswa pada anak buruh tani miskin di Aceh peran pemerintah
tingkat propinsi dan kabupaten diperlukan.
Belajarlah sebagai pekerja yang digaji negara. Persiapkan
diri untuk memperoleh beasiswa; baik dalam negeri maupun luar negeri.
Pemanfaatan terhadap orang-orang yang berilmu tidak akan pernah berakhir sampai
satu hari -H kiamat dunia. Ganti orientasi kalian, selesai sarjana yang
didaftar lebih utama adalah di mana titik-titik beasiswa yang memberi pendapatan
pada kalian untuk belajar. Beasiswa adalah gaji yang diberikan pada mahasiswa,
sementara pekerjaannya adalah belajar.
Di sini, tahun-tahun politik bakal calon gubernur dan
bacalon bupati perlu mencantumkan program utamanya adalah menyediakan anggaran
untuk menyekolahkan anak-anaknya ke berbagai jenjang pendidikan; baik sarjana,
master, dan doktor agar beasiswa semakin dekat dengan anak-anak di daerah dengan
beragam jurusan yang dibutuhkan dunia hari ini. Kuliah bukan semata ingin
menjadi anak-anak menjadi pintar tetapi juga membangun jaringan dunia luar
melalui jalur pendidikan untuk anak-anak Aceh, sehingga mereka menempuh
pergaulan dunia.
Mendapatkan beasiswa sama dengan memperkecil angka
pengangguran di Aceh, sampai mereka mampu menggapai pekerjaan pada
perusahaan-perusahaan ternama; baik dalam negeri maupun perusahaan internasional
sehingga mengangkat derajat ekonomi keluarga. Memperoleh pekerjaan dari
pemerintah yang mana kerjanya adalah belajar pada Perguruan Tinggi ternama; baik dalam maupun luar negeri. Memperoleh beasiswa; "nikmat mana
lagi yang harus didustakan anak buruh tani miskin di Aceh”.
Membangun Peradaban Politik, 3 Agustus 2024
Komentar
Posting Komentar